Suasana Baru di Kelas Bedah Buku

Jurnalis : Vinson Theodoric (Tzu Chi Medan), Fotografer : Liani (Tzu Chi Medan)


Suasana bedah buku yang tampil berbeda dengan biasanya.

Suasana bedah buku kali ini tampak berbeda dengan kegiatan bedah buku sebelumnya. Kegiatan bedah buku rutin dilaksanakan setiap hari Jumat pukul 19.30 WIB di Toko Buku Jing Si and Café dan kafe Jing Si yang berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan, Grand Jati Junction, Medan, Sumatera Utara.

Bedah buku kali ini tampil dengan suasana baru, baik relawan maupun para Bodhisatwa lainnya yang mengikuti bedah buku hari ini akan dibagi per meja yang diikuti oleh 44 orang. Karena per meja ada Jing Si Cha Dao, yaitu seni penyajian teh Jing Si yang akan dibawakan oleh relawan Tzu Chi, dimana relawan telah belajar cara menyeduh teh yang baik dan benar, sesuai ajaran Jing Si. Jing Si berarti pikiran yang tenang, Cha artinya teh, sedangkan Dao adalah prinsip kebenaran, jadi Cha Dao bukan hanya sekedar minum teh biasa, namun dibalik semua itu mempunyai makna dan filosofi yang dalam. Teh yang digunakan juga merupakan produk dari Jing Si yang merupakan cinta kasih dari para Biksuni yang ada di Hualien, Taiwan.


Sylvia, relawan Tzu Chi ( sebelah kanan) sambil menyeduh teh pada saat sharing bedah buku dimulai.

Kali ini kita semua diajak untuk berdiskusi tentang Sutra Makna Tanpa Batas, Bab Sepuluh Jasa pahala, dimana topik tersebut sudah dibahas terlebih dahulu dan mengajak kembali semua relawan maupun Bodhisatwa lainnya untuk mengulang kembali apa yang kurang dipahami dalam penyampaian yang telah disampaikan oleh pembicara. Semua relawan serta Bodhisatwa lainnya yang telah dibagi per grup akan dipandu oleh pembicara – pembicara yang telah menjadi pembicara di kelas bedah buku sebelumnya.

Bukan hanya bedah buku saja, semua relawan dan Bodhisatwa lainnya juga diajari cara menikmati secangkir teh. Sebelum kita meminum teh kita harus mengucapkan tiga kalimat baik yaitu bertutur kata yang baik, yang merupakan tegukan pertama, dilanjutkan dengan berpikiran yang baik, yang merupakan tegukan kedua, serta yang terakhir melakukan hal yang baik, yang merupakan tegukan ketiga.


Semua relawan terllihat bahagia dan semangat dalam diskusi bedah buku kali ini.

“Kegiatan bedah buku ini sudah sangat lama, jadi kita mau tahu apa yang telah didapatkan setelah mengikuti bedah buku ini, serta apa yang tidak dipahami oleh mereka dalam bedah buku ini. Harapannya ke depan kita akan lebih giat membuat kegiatan bedah buku dan sesekali kita akan membuat suasana baru dalam kegiatan bedah buku dengan Jing Si Cha Dao,” ujar Jusni Lina, koordinator bedah buku.

Relawan dan para Bodhisatwa yang mengikuti bedah buku terlihat antusias dan semangat dalam bedah buku kali ini, banyak pertanyaan yang ditanyakan langsung kepada pembicara di meja masing-masing, serta ada juga relawan yang memberikan tanggapan atas pertanyaaan tersebut. Karena kebanyakan relawan telah mengalami hal tersebut pada saat menjalankan Misi-misi Tzu Chi. Walaupun dibagi dalam 6 (enam) grup, akan tetapi masing-masing grup menjaga ketenangan agar tidak mengganggu grup lainnya.


Walaupun di bagi per grup, masing masing grup menjaga ketenangan agar tidak mengganggu kenyamanan grup lainnya.

“Bedah buku hari sangat berbeda dengan bedah buku sebelumnya yang saya ikuti, hari ini terlihat semua relawan dan peserta lainnya terlihat akrab karena adanya minum teh bersama sambil membahas Sutra Makna Tanpa Batas, Bab Sepuluh Jasa pahala. Karena kegiatan bedah buku kali ini lebih ditekankan di kehidupan pribadi masing-masing,” tutur Hasan Tiopan, relawan Tzu Chi.

Editor: Hadi Pranoto


Artikel Terkait

Bedah Buku:Mutiara Dalam Hati

Bedah Buku:Mutiara Dalam Hati

31 Agustus 2012 Dengan tema “Cinta Kasih Tzu Chi Berkembang di Corporate”, Rudy Shixiong membuka sharing dengan sebuah pertanyaan, “Misalkan dalam hati kita ada serigala hitam dan putih, bila keduanya diadu, kira-kira siapa yang menang?” Rata-rata peserta yang hadir menjawab putih. “Mengapa putih?”
Bedah Buku Kebon Jeruk 3

Bedah Buku Kebon Jeruk 3

10 Maret 2014 Pertemuan kali ini membahas mengenai “Merenungkan bahwa Pikiran Tidak Kekal (Guan Xin Wu Chang ).“ Acara ini juga dihadiri oleh 2 orang Shifu (bikkhuni).
Ketulusan dan Cinta Kasih

Ketulusan dan Cinta Kasih

25 Juni 2014 Kamp tersebut berlangsung dari tanggal 8-12 Juni 2014 di Jing Si Tang Banqiao - Taipei, Taiwan. Haryo Shixiong berangkat bersama 87 relawan Tzu Chi Indonesia lainnya, dan saat tiba di Banqiao bergabung dengan relawan dari 20 negara.
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -