Sudah Bisa Tersenyum dan Melanjutkan Hidup
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah, Videografer: Clarissa R.Sebuah pen implan yang tampak seperti antena televisi terpasang di sepanjang kaki kanan Pita Rosita (24). Sembari duduk di kasur, ia membuka perban yang membalut kakinya tersebut dan pelan-pelan membersihkannya dengan cairan pembersih luka.
“Sudah seperti perawat ya Pita, sudah terampil,” kata Beti Susanti, relawan Tzu Chi yang mengunjungi Pita pagi itu, Kamis 26 November 2020.
“Iya Bu, akhirnya bisa bersihkan sendiri,” jawab Pita sambil menutup kembali kakinya dengan kasa yang baru dan perban elastis.
Beti saat mengunjungi kembali Pita di rumahnya di Kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Kulit di permukaan kaki kanan Pita memang belum sepenuhnya kering. Tapi sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.
“Sudah banyak kemajuan dibanding waktu awal-awal. Waktu operasi yang kemarin, Pita sempat curhat kalau dia takut operasi lagi. Saya bilangin harus semangat, kalau dokter bilang harus operasi, pasti itu sudah yang terbaik,” tutur Beti.
Bagi Pita, Beti Susanti sudah seperti ibu sendiri. Sejak pemohonan bantuannya ia ajukan pada Februari 2020 yang lalu, kemudian Beti dan beberapa relawan Tzu Chi dari Xie Li PGC mensurvei keadaannya, sejak itu Beti selalu menyemangati Pita.
Cobaan Hidup
Pita telah menjalani tiga kali operasi, operasi untuk pakai pen dalam dan operasi rahang yang bergeser, lalu operasi bedah plastik untuk menutupi kulit-kulit yang terlepas, dan terakhir pasang pen luar.
Pada 16 Januari 2020, Pita mengalami kecelakaan cukup parah saat hendak pulang dari Plaza Pondok Gede, Jakarta Timur bersama anak dan keponakannya. Dengan mengendarai motor, Pita membonceng anaknya, Alvian (3) di depan dan Evi (6), keponakannya di belakang dengan laju yang normal. Saat hendak berbelok, sebuah angkutan umum dengan kecepatan tinggi tiba-tiba memotong jalannya. Ketiganya pun terlempar.
“Tiba-tiba saya tidak ingat apa-apa. Yang saya dengar cuma orang-orang bilang ‘pelan-pelan, pelan-pelan’,” ujar Pita.
Ketiganya langsung dibawa ke klinik terdekat. Posisi kaki kanan Pita bengkok dan patah. Sementara tulang leher Alvian patah, kepalanya retak dan benjol karena terlempar sejauh tiga meter. Kaki Evi juga retak, namun masih terbilang mending dibanding Alvian dan Pita. Karena luka yang serius, dokter di klinik memberikan rujukan ke RS Polri Jakarta Timur.
“Saya tidak tahu kalau ternyata banyak kulit saya yang terbuka. Saya pikir patah saja, ternyata kulitnya banyak yang sobek, di UGD langsung ditindak,” terangnya.
Setelah perawatan selama tiga hari, Pita pun menjalani operasi pemasangan pen dalam karena tulang keringnya patah dan tulang betisnya hancur. Ia juga menjalani operasi rahang.
Kehilangan Sang Anak
Pita menggunakan alat bantu untuk berjalan. Ini sudah lebih baik dari
pada sembilan bulan sebelumnya yang mana hanya bisa berada di atas kasur. Ia
bisa berjalan karena nyeri yang selama ini menyiksanya sudah berkurang.
Salah satu yang paling memilukan, Pita saat itu belum mengetahui jika anaknya Alvian tak tertolong jiwanya. Ia baru tahu setelah pulang dari rumah sakit atau dua pekan setelah kecelakaan, itu pun tanpa sengaja.
“Setiap hari saya selalu bertanya-tanya ke suami, ‘Vian mana, Vian mana kok nggak ada?’ ‘Ada di rumah Mbah’, di rumah mertua, di Halim. Tapi ternyata bohong,” kata Pita yang tak bisa membendung air matanya.
Keluarga Pita tak memberitahunya karena khawatir ia terguncang. Pita akhirnya tahu sendiri jika anaknya sudah meninggal dari telepon genggam suaminya. Ada foto makam yang nisannya tertulis nama anaknya.
“Saya di situ shock, down, menangis. Rasanya campur aduk. Kenapa tidak ada yang kasih tahu,” kata Pita terisak.
Pita sudah bisa keluar rumah sekedar menikmati angin dan hijaunya kolam di samping rumahnya.
Hingga kini Pita terus mencoba ikhlas dan menata lagi perasaannya serta menumbuhkan semangat untuk bangkit melanjutkan hidup.
“Saya ingin sembuh, ingin kerja lagi, ingin punya anak lagi,” ujar Pita mencoba tersenyum.
Pita sebelumnya bekerja sebagai marketing di bidang properti di bilangan Cakung, Jakarta Timur. Suami Pita, Dian sebelumnya bekerja sebagai penjaga gudang, berhenti kerja demi merawat Pita. Dian kini bekerja sebagai seniman bangunan di sebuah proyek bersama orang tuanya.
Selain keluarga yang senantiasa mendukungnya, dukangan dan semangat juga Pita dapatkan dari Tzu Chi melalui bantuan yang ia terima setiap bulannya sejak Maret 2020. Bantuan tersebut berupa ongkos transportasi dan obat yang tidak di-cover oleh layanan BPJS Kesehatan.
Beti juga membawakan mukena lucu untuk Evi.
“Alhamdulillah, bersyukur banget. Mungkin kalau tidak dibantu yayasan (Tzu Chi), saya nggak tahu harus bagaimana, mungkin pinjam sana, pinjam sini,” kata Pita.
Dalam kunjungan kasih tersebut, Beti yang datang bersama Hatimi, yang juga relawan Tzu Chi menyemangati Pita untuk terus kuat, terus sabar menjalani pengobatan.
“Semoga Pita bisa lebih bersabar dan bisa lebih bersemangat lagi karena nanti masih ada tahapan-tahapan lagi yang mungkin harus operasi lepas pen lagi, masih terus kontrol lagi, konsul ke dokter untuk penyembuhannya supaya cepat, sehat kembali dan normal seperti semula. Karena Pita kan masih muda, masih ingin bisa bekerja dan beraktivitas lagi,” pesannya kepada Pita.
“Iya Shigu,” jawab Pita.
Dalam kunjungan kasih kali ini, Pita juga menerima paket sembako.
Dalam kunjungan kasih ini, Beti juga membawakan dua celengan bambu agar Pita dan keluarga Evi bisa bersumbangsih melalui celengan yang punya slogan Dana Kecil Amal Besar tersebut. Tak lupa Beti membawakan hadiah ulang tahun untuk Evi yang sudah sangat sehat. Beti membawakan Evi mukena bermotif hello kitty yang pas dikenakan Evi.
“Evi kan senang beribadah ya, kata mamanya. Semoga hadiah kecil kami berikan bisa membuat dia lebih bersemangat lagi untuk beribadah dan bisa menjadi anak yang ceria lagi karena kan sudah sembuh ya retak di kakinya,” kata Beti.
“Terima kasih Ibu...,” kata Evi yang sangat senang.
Editor: Arimami Suryo A.
Artikel Terkait
Kita Satu Keluarga
30 Agustus 2018Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 menyebarkan cinta kasih dengan berkunjung ke rumah singgah Faith dan CISC khusus pasien penderita kanker untuk memberikan semangat dan motivasi bagi mereka.
Kunjungan Kasih untuk Ibu Terkasih
12 Juni 2013 Belajar tentang kasih orang tua yang tiada habisnya, belajar tentang ketulusan orang tua, dan belajar tentang pengorbanan orang tua dari awal kita dilahirkan sampai waktu yang tak terhingga.Estafet Cinta Kasih, Dulu Dibantu, Sekarang Membantu
24 September 2021Setelah sebelas tahun tak berjumpa, siang itu menjadi ajang reuni bagi Vita (34) dan keluarganya yang pernah dibantu Tzu Chi, dengan Ayen dan Yang Pit Lu, relawan yang mendampingi mereka dahulu.