Sui Mo Zhu Fu: Genderang Pertobatan

Jurnalis : Metasari (He Qi Utara), Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando (He Qi Utara)
 

fotoGenderang dharma ini mengawali acara dengan maksud agar para penonton dapat fokus pada saat perjamuan Dharmanya.

 

“Kami  berterima kasih atas sumbangsih  yang telah Anda lakukan dengan penuh kesungguhan hati sepanjang tahun yang lalu.” (Master Cheng Yen).

Kalimat di atas itulah yang ingin disampakan oleh Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi kepada seluruh insan Tzu Chi di dunia dan berterima kasih kepada para donatur yang selama ini telah mendukung kegiatan-kegiatan Tzu Chi. Karena itulah dalam setiap akhir tahun Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan acara Pemberkahan Akhir Tahun. Acara ini merupakan acara rutin yang dilaksanakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi di seluruh dunia.

Dengan  tema “Dharma Bagaikan Air yang Membersihkan Noda Batin, Bodhisatwa Mempraktikkan Sutra Makna Tanpa Batas Secara Meluas”. Dharma bagaikan air yang membersihkan segala kekotoran batin; kekotoran batin hanya menimbulkan karma buruk yang akan dialami oleh semua makhluk. Karma dan berkah tidak mungkin tertukar. Hendaknya kita memperbanyak pendalaman dharma, dengan meresapi dharma akan membuat diri kita tidak terjerumus dalam  air  yang kotor dan tenggelam di dalamnya.

Acara yang diadakan di Aula Jing Si yang berada di Kompleks Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara ini diselengarakan selama dua hari berturut-turut, yaitu pada tanggal 14 dan 15 Januari 2012, dan terbagi dalam 2 sesi, pada hari pertama Sabtu tanggal 14 dimulai pada pukul 14.00 – 19.00 WIB. Acara Pemberkahan Akhir Tahun ini membuat para panitia harus berkerja keras dalam mengemas acara. Suka duka yang dialami, serta rasa lelah yang meliputi diri selama proses pelatihan sampai hari-H, semua dilakukan agar acara dapat berjalan dengan lancar. Kelancaran acara dan kebahagiaan tamu undangan merupakan kepuasan yang membawa bahagia di dalam hati setiap relawan.

foto    foto

Keterangan :

  • Menurut Viny (pojok kiri), "Dengan bermain genderang dharma ini kami diajarkan tentang harmonisasi. Karena permainan genderang ini dimainkan oleh banyak orang, maka kita harus satu suara, jadi bukan hanya kita sendiri yang bermain, kita pun harus mendengarka (kiri).
  • CEO DAAI TV Indonesia Hong Tjhin (duduk di kursi) tengah memerankan tokoh Biksu Wu Da dalam Drama Pertobatan Air Samadhi (kanan).

Genderang Pembuka Acara
Pada hari Minggu 15 Januari 2012, acara ini dimulai pada pukul 09.00 -14.00 WIB (sesi pertama). Kursi untuk tamu undangan tersedia 2.000 bangku. Acara pertama dimulai, karyawan Da Ai TV serta dari Tzu Chi Perwakilan Sinarmas membuka acara Permberkahan Akhir Tahun ini dengan menaburkan genderang dharma. “Genderang dharma ini mengawali acara dengan maksud agar para penonton dapat fokus pada saat perjamuan Dharmanya. Dengan bermain genderang dharma ini kami diajarkan tentang harmonisasi. Karena permainan genderang ini dimainkan oleh banyak orang, maka kita harus satu suara, jadi bukan hanya kita sendiri yang bermain, kita pun harus mendengarkan bunyian suara pukulan genderang teman kita,” ujar Viny Shijie salah satu pemain genderang.

Bukan hanya acara penabuhan genderang dharma yang ditampilkan pada acara pemberkatan akhir tahun ini, namun pementasan  drama yang menceritakan kisah Biksu Wu Da juga disuguhkan kepada penonton. “Biksu Wu Da memiliki sikap penuh welas asih. Beliau menuliskan dan mewariskan hal-hal yang pernah ia lampaui dengan harapan  agar banyak orang yang tidak perlu mengalami penderitaan yang beliau alami,” jelas Hong Tjhin Shixiong, CEO DAAI TV Indonesia yang berperan sebagai Biksu Wu Da dalam drama Pertobatan Air Samadhi ini.

Sikap ini merupakan bagian dari Pertobatan Air Samadhi yang menandakan bahwa sebagai manusia kita tidak boleh memiliki sikap buruk, dimana hal tersebut dapat membuka pintu karma buruk kita di masa lalu,  dan karma itu akan selalu kita bawa sampai kelahiran kita berikutnya. Maka dari itu Master Cheng Yen berkata, “Kehidupan yang indah merupakan kehidupan yang penuh cinta kasih dan pengabdian.”

foto  foto

Keterangan :

  • Kesungguhan para relawan dalam berlatih dan mempersiapkan acara Pemberkahan Akhir Tahun 2011 ini terlihat dengan suksesnya pertunjukan dan kelancaran seluruh rangkaian acara (kiri).
  • Relawan Tzu Chi menjelaskan tentang sejarah dan para pimpinan Tzu Chi Indonesia kepada para peserta pemberkahan. Di sepanjang lorong tangga menuju Lt. 4 Aula Jing Si terpasang deretan poster-poster tentang kiprah Yayasan Buddha Tzu Chi di Indonesia dan dunia (kanan).

Dengan memiliki cinta kasih kepada semua makhluk, hal  ini mengurangi timbulnya karma buruk atas perbuatan kita. Bukan hanya cinta kasih antar manusia, namun juga terhadap seluruh makhluk hidup. Melakukan vegetarian merupakan perbuatan yang akan mengurangi karma buruk, karena kita tidak membunuh makhluk hidup hanya untuk melampiaskan kepuasan dan keinginan diri. Seperti yang dialami oleh para peserta pengisi acara, Master Cheng Yen berharap agar semua orang dapat bervegetarian. Dengan begitu maka seluruh peserta pengisi acara menjalani gaya hidup bervegetarian selama 108 hari.

Para peserta pengisi acara tidak merasa keberatan untuk melaksanakan persyaratan bervegetarian selama 108 hari. “Hal ini sudah bukan menjadi masalah, pada saat tahun 2005 pun saya sudah bervegetarian. Berawal pada saat saya berkunjung ke Aceh di hari ketiga kami semua melihat bahwa banyak mayat para korban (bencana) yang baunya sangat menusuk,  dan saya terpikirkan dan berikrar demi memberi penghormatan kepada berpuluh-puluh ribu korban bencana di Aceh saya akan bervegetarian untuk menghormati mereka,” cerita Hong Tjhin Shixiong.

Di penghujung acara, para tamu undangan diberikan angpau berkah dan kebijaksanaan. Angpau yang Master Cheng Yen bagikan merupakan angpau yang berasal dari hak cipta (royalti) setiap buku yang ditulis oleh Master Cheng Yen. Banyak makna yang terkandung dari angpau Master Cheng Yen ini, dimana angpau ini mengandung ungkapan terima kasih dan berkah kebijaksaanan  yang Master Cheng Yen berikan untuk kita. Terdapat 3 butir padi  yang tertempel di dalam angpau ini. Makna dari butiran padi tersebut sangat dalam, Master Cheng Yen ingin dari butiran padi ini akan tumbuh berkembang dan tersebar luas seperti cinta kasih yang tersebar.

Acara ini sungguh bermakna dalam, bukan hanya relawan dan tamu undangan saja yang hadir dari Jakarta, namun juga dari luar kota seperti Bandung, Bogor, Bali sampai yang datang dari Batam. Kehidupan yang penuh cinta kasih dan pengabdian terhadap masyarakat luas harus kita manfaatkan dengan baik. Semakin luas cinta kasih yang terhimpun maka semakin banyak pula berkah yang tercipta.

 

  
 

Artikel Terkait

Melatih Raga dan Mengasah Kebijaksanaan

Melatih Raga dan Mengasah Kebijaksanaan

14 November 2011 Jika kita hanya mempraktikkan bentuk, tetapi tidak mengembangkan tenaga berarti kita hanya mengembangkan unsur Yang dengan mengabaikan Yin. Ketenangan, akal, dan ketrampilan diwakili oleh Yin dan gerakan, tubuh,  penerapan diwakili oleh Yang.
Kelas Budaya Humanis

Kelas Budaya Humanis

05 Maret 2012 Pendidikan adalah harapan bagi setiap masyarakat. Pendidikan sangatlah penting apalagi bagi anak-anak guna perkembangan pemikiran masa depannya. Dalam proses belajar mengajar, guru harus menggunakan metode yang tepat.
Meringankan Duka Korban Kebakaran Di Panipahan

Meringankan Duka Korban Kebakaran Di Panipahan

01 Juli 2019

Kamis, 27 Juni 2019, relawan Tzu Chi Medan, Tzu Chi Tebing Tinggi, dan Tzu Chi Kisaran membagikan bantuan kepada para korban kebakaran di Panipahan.  Karena jarak perjalanan lumayan jauh dan prasarana menuju ke Panipahan dengan kapal penumpang yang tidak begitu besar maka kali ini bantuan kepada para korban kebakaran di Panipahan diberikan dalam bentuk uang santunan pemerhati.

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -