Sui Mo Zu Fu : Belajar Melepas

Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando, dan Stephen Ang (He Qi Utara)
 
 

fotoPara relawan Tzu Chi membuka acara pemberkahan akhir tahun dengan menyanyikan lagu" selamanya berada di jalan Bodhisatwa".

Setiap tahun Tzu Chi mengadakan Acara Pemberkahan Akhir Tahun. Acara Pemberkahan Akhir Tahun ini hanyalah sebagai lambang peringatan bahwa waktu berlalu dengan cepat dan tidak lama lagi Tahun Baru Imlek akan tiba, dengan begitu semua orang bisa menyadari bahwa waktu itu cepat berlalu. Maka dalam Acara Pemberkahan Akhir Tahun ini kita memperingatkan setiap orang bahawa setahun telah berlalu, agar setiap orang menyadari bahwa seiring dengan berlalunya waktu maka umur kita juga telah berkurang.

Sehari berlalu, umur kita berkurang sehari. Dengan setahun berlalu, umur kita pun berkurang setahun.

Setiap tahun, di setiap Acara Pemberkahan Akhir Tahun, kita selalu mengharapkan agar di setiap he qi (komunitas relawan) akan semakin banyak kegiatan Tzu Chi sehingga semakin banyak pula insan Tzu Chi yang bersumbangsih. Pemberkahan yang diterima oleh setiap orang berupa benda yang sederhana, namun sangat bermakna mewakili ketulusan hati yang mendalam. Tema pemberkahan Tzu Chi tahun 2011 ialah “Dharma Bagaikan Air yang Membersihkan Noda Batin, Bodhisatwa Mempraktikkan Sutra Makna Tanpa Batas Secara Meluas”. Acara ini diadakan sebanyak 4 sesi pada tanggal 14 - 15 Januari 2011 di Aula Jing Si, rumah insan Tzu Chi Indonesia yang menjadi pusat kegiatan Tzu Chi Indonesia yang juga dapat berfungsi sebagai Disaster Centre jika terjadi bencana. Tanggal 15 Januari 2011, lebih kurang 1.900 orang yang terdiri dari insan Tzu Chi, masyarakat umum dan para Biksu Sangha turut memeriahkan acara pemberkahan ini.

Suara pemukulan genderang tambur bergema di udara, menambah kesakralan seremoni pembukaan acara pemberkahan. Alunan nan indah simponi lagu “Sheng Sheng Shi Shi Dou Zhai Pu Ti Zhong” (Selamanya Berjalan di Jalan Bodhisatwa) yang dinyanyikan oleh para relawan Tzu Chi memulai acara pemberkahan ini dengan suasana yang khidmat dan agung.

Dalam acara Pemberkahan ini juga hadir Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Berkenaan dengan adanya pembagian beras cinta kash di Sumba Timur (NTT) pada bulan Desember 2011, Mari Elka Pangestu datang untuk menyampaikan apresiasinya. “Kami atas nama pemerintah dan semua yang telah dibantu oleh Yayasan Buddha Tzu Chi  mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya atas gelombang cinta kasih maupun bantuan yang telah diberikan untuk berbagai musibah dan tempat yang mengalami masalah, seperti misalnya Sumba Timur yang sedang mengalami rawan pangan,” jelasnya. Mari juga mengatakan jika setiap kali ada bencana, pasti di situ ada relawan Tzu Chi yang turun ke lapangan dengan segala macam bantuan.

foto    foto

Keterangan :

  • Pementasan isyarat tangan pertobatan dimainkan oleh seluruh relawan, termasuk Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi (tengah depan) dan Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia (tengah barisan kedua) (kiri).
  • Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomii Kreatif memberikan kata sambutan dan apresiasi kepada relawan dan Tzu Chi yang telah bersumbangsih bagi masyarakat kurang mampu di Indonesia. (kanan).

Mari berpesan agar insan Tzu Chi terus bersumbangsih melanjutkan kerja baik dan gelombang cinta kasih yang telah insan Tzu Chi lakukan. ”Bantuan beras cinta kasih memang terasa hangat di hati, masalah rawan pangan terselesaikan dengan baik, dan perbuatan ini akan terus diingat selalu dan akan berdampak untuk selama-lamanya,” tutur Mari. Selain itu, Mari juga mengajak para peserta untuk lebih peduli mengenai masalah global warming  yang terjadi di dunia ini. ”Ini akan menjadi tugas atau PR kita bersama, bagaimana kita bersumbangsih untuk mencegah perubahan iklim,” ajak Mari.

Di akhir acara, pimpinan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mewakili Master Cheng Yen membagikan angpau berkah dan kebijaksanaan yang berasal dari royalti hak cipta buku-buku yang ditulis oleh Master Cheng Yen. Buku-buku ini diterbitkan oleh Penerbit Jing Si. Dalam ceramahnya Master Cheng Yen mengatakan: “Sebenarnya, angpau yang setiap tahun dibagikan ini bukan berasal dari uang yayasan, sama sekali bukan uang yayasan. Hal ini perlu saya (Master Cheng Yen) tegaskan bukan meminta simpati orang lain hanya sekedar penjelasan kepada Anda sekalian. Semua uang Tzu Chi dimanfaatkan untuk kemanusiaan. Benar-benar dipergunakan dalam 4 misi utama sesuai dengan tujuan yang diminta oleh donaturnya.”

Mempraktikkan Ajaran Jing Si
Pada acara Pemberkahan ini juga dilantik komisaris kehormatan – relawan yang menyumbangkan dana untuk Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Dana tersebut akan digunakan untuk pembangunan Aula Jing Si. Jumlah komisaris kehormatan di tahun 2012 ini sebanyak 73 orang. Salah satu di antaranya adalah Linda Shijie, relawan berkewarganegaraan Malaysia. Dengan perasaan penuh bahagia dan senyum sumringah Linda datang ke acara Pemberkahan Akhir Tahun ini. Dirinya merasa gembira dapat bersumbangsih di Tzu Chi. Berdiri di sampingnya Hing Kok Shixiong, suami Linda yang dengan penuh kesabaran dan sayang mendampingi Linda mengikuti kegiatan ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Para komisaris kehormatan dilantik langsung oleh Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei (kiri).
  • Linda Shijie saat dilantik menjadi komisaris kehormatan Tzu Chi (Ron Dong) (kanan).

“Rasanya senang, bisa sumbang uang untuk berbuat kebaikan, bantu orang,” ujar Linda Shijie, dengan suara terbata-bata. Siapa yang menyangka jika Linda Shijie yang selalu penuh senyum dan wajah bahagia ternyata memiliki ketidaksempurnaan dalam hal pendengaran. Hal ini dikarenakan pada tanggal 15 Desember 2010 lalu, Linda harus menjalani operasi untuk pengangkatan tumor di kepalanya. Pada saat itu dokter mengatakan jika tumor yang berada di kepalanya dapat diangkat bersih, tetapi Linda akan kehilangan fungsi pendengarannya. Mengetahui hal itu Linda tidak dapat menerima jika ia harus kehilangan indra pendengarannya. Dalam dirinya timbul rasa ketidakrelaan, sulit baginya untuk menerima kehilangan pendengaran.

Perasaan sedih terus berkecamuk dalam hati Linda, hingga suatu hari Linda secara tidak sengaja membaca buku-buku karangan Master Cheng Yen. Dari buku tersebutlah, Linda bisa melihat perspektif dari sisi yang lain dan belajar untuk membuka hati dan pikiran. Secara perlahan tapi pasti, Linda mulai menerima kenyataan jika ia tidak dapat kembali mendengar seperti sedia kala. Linda kini dapat belajar untuk melepas rasa ketidakrelaannya dan menerima apa yang telah terjadi pada dirinya. Langkah menuju hidup yang baru pun mulai ia jalani, untuk dapat berinteraksi dengan orang lain, Linda belajar untuk mendengar dengan membaca gerakan bibir lawan bicaranya dan gerakan isyarat tangan. Memang bukan hal yang mudah, tetapi dengan tekad yang kuat dan perhatian dari Hing Kok suaminya, Linda kini bangkit kembali untuk menjalani kehidupan menuju hari esok yang indah. Sejak saat itu Linda terinspirasi untuk dapat terus aktif dan melangkah pasti di setiap kegiatan Tzu Chi baik di negara asalnya, Malaysia maupun di Indonesia.

Bila sedang berada di Malaysia, Linda sering mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan dan bedah buku. ”Kalau di sana (Malaysia) kita sering mengikuti kegiatan bedah buku, kita rasakan sendiri apa yang kita baca dan kita praktikkan ketika melakukan kegiatan di Indonesia (Jakata),” tutur Hing Kok. Ketika Tzu Chi Indonesia mengadakan kegiatan baksos kesehatan di luar kota, Linda akan datang ke Indonesia. “Linda tidak begitu sering datang ke Jakarta. Hanya karena mengikuti kegiatan Tzu Chi di Indonesialah ia baru mau ke Jakarta,” ujar Hing kok, relawan Tzu Chi yang tinggal di Australia ini. Semenjak Linda kehilangan pendengaran, Hing Kok selalu menemani Linda dalam mengikuti kegiatan Tzu Chi. Dalam mengikuti kegiatan Tzu Chi di Indonesia, Hing Kok juga memetik banyak hikmah. ”Ketika mengikuti kegiatan di Indonesia, saya baru mengalami yang namanya melihat rumah-rumah kumuh di mana bila berjalan harus membungkuk atau melalui sebuah gang yang sempit. Ternyata di dunia ini masih banyak orang yang membutuhkan bantuan,”  ujar Hing Kok.

 

  
 

Artikel Terkait

Tak Lagi Merasa Sunyi

Tak Lagi Merasa Sunyi

06 Juli 2020

Nicholas Febrian Setidewa (6) adalah anak penyandang disabilitas pendengaran yang setahun lalu dibantu dalam biaya pemasangan implan koklea oleh Tzu Chi Indonesia. Untuk memantau langsung perkembangan anak yang akrab disapa Nicho ini, relawan Tzu Chi Bogor berkunjung ke rumahnya di Griya Soka I, Kec. Sukaraja, Bogor, Jawa Barat (3/7/2020). 

Menjadi Bodhisatwa Pengukir Sejarah Tzu Chi

Menjadi Bodhisatwa Pengukir Sejarah Tzu Chi

06 Juli 2021
Tzu Chi Medan komunitas Hu Ai Titikuning mengadakan Gathering Relawan Zhen Shan Mei pada 27 Juni 2021, secara online. Kegiatan ini diikuti 51 peserta dari beberapa kota, yakni Medan, Binjai, dan Tebing Tinggi.
Bersiap Melayani Sesama

Bersiap Melayani Sesama

05 Juni 2009 Pagi, 3 Juni 2009, Bandara Hang Nadin Batam baru saja usai diguyur hujan. Matahari di Pulau Batam yang biasanya terik, pagi itu seakan bersembunyi sesaat. Udara pun terasa sejuk saat 15 relawan Tzu Chi Jakarta dan 4 staf medis Tzu Chi mendaratkan kaki di pulau yang berbatasan langsung dengan negeri tetangga Singapura ini.
Keindahan kelompok bergantung pada pembinaan diri setiap individunya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -