Dengan penuh perhatian relawan Tzu Chi Pekanbaru mengalungkan nomor pendaftaran baksos pengobatan degeneratif kepada Lansia yang datang ke SD Negeri 73, Kel. Padang Bulan, Kec. Senapelan, Kota Pekanbaru.
Efek dari pandemi Covid-19 dalam kurun waktu dua tahun lebih telah membatasi ruang gerak hampir di semua tatanan kehidupan. Termasuk juga aktivitas bakti sosial pengobatan Tzu Chi Pekanbaru pun sempat terhenti. Namun, jalinan jodoh baik kembali bersemi seiring dengan menurunnya angka Covid-19. Pada Minggu, 26 Juni 2022 Tzu Chi Pekanbaru kembali menggelar baksos pengobatan degeneratif untuk pertamakalinya di masa pandemi yang berlokasi di SD Negeri 73, Kel. Padang Bulan, Kec. Senapelan, Kota Pekanbaru.
Dengan tetap menjalankan protokol kesehatan ketat terkait Covid-19, kegiatan baksos degeneratif ini terlaksana dengan baik dan lancar. Semangat relawan yang tinggi dan kerja sama tim yang solid juga menjadi kunci kelancaran baksos kali ini. “Saya merasakan kekompakkan dalam baksos Tzu Chi,” tutur dr. Saverin Julia dengan perasaan senang.
Dr. Saverin Julia merupakan salah satu anggota Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Pekanbaru yang bergabung tahun 2021 lalu. “Baksos ini sangat penting, karena para lansia sulit untuk pergi ke fasilitas kesehatan. Dengan kita mendekat di masyarakat, di tempat mereka, maka akan memudahkan mereka untuk mengikuti pengobatan degenerative. Sehingga bisa mencegah penyakit degeneratifnya menjadi lebih parah,” ungkapnya.
Relawan Tzu Chi Pekanbaru, Mawie Wijaya (kiri) menghadirkan dua relawan untuk sharing yakni M. Habibullah dan Lian Sinaga (kanan) kepada para peserta baksos pengobatan degeneratif.
Baksos pengobatan degeneratif ini juga difokuskan pada empat penyakit yaitu darah tinggi, asam urat, gula, dan kolestrol. “Sebenarnya baksos ini diutamakan untuk usia 45 tahun ke atas, namun untuk kondisi Pekanbaru, lebih banyak dari usia 40 tahun ke atas. Kami berharap masyarakat kita yang di atas usia 40 tahun tetap sehat. Karena kalau seorang kepala keluarga sampai tumbang, tentu butuh biaya dan akan mempengaruhi ekonomi keluarga,”, jelas dr.Flemming Wijaya, Koordinator Misi Kesehatan Tzu Chi Pekanbaru.
Sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, para pasien degenerative terlebih dahulu berkumpul di satu ruangan untuk mendapatkan informasi dan pengenalan tentang Tzu Chi. Selain itu, pasien juga mendapatkan penyuluhan kesehatan agar dapat lebih peduli dan waspada sebagai langkah pencegahan penyakit.
Dalam sharing pengenalan Tzu Chi, relawan Mawie Wijaya menghadirkan dua relawan untuk sharing yakni M. Habibullah dan Lian Sinaga. Abi sapaan akrab M. Habibullah adalah anak relawan yang telah meninggal dunia. Sekarang Abi menjadi tulang punggung keluarga untuk menjaga dua orang adik yang sudah yatim piatu. Karena berada di lingkungan Tzu Chi, Abi tumbuh menjadi anak yang baik dan berbudi.
Selain memberikan pengobatan, anggota Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Pekanbaru juga memebrikan penyuluhan kesehatan kepada peserta baksos pengobatan degeneratif.
Sedangkan Lian Sinaga atau yang akrab disapa Lian dulunya adalah penerima bantuan pendidikan Tzu Chi. Awalnya Lian merupakan anak yang sangat nakal dan kecanduan warnet, bahkan pernah sebulan tidak pulang ke rumah dan selalu membuat orang tuanya khawatir. Masuk ke dalam dunia Tzu Chi, pelan-pelan telah mengikis kebiasaan buruknya. Mendengar sharing kedua anak muda ini, Nenek Maniseh (78) menangis sambil mengusap air matanya. Nenek berharap suatu hari cucunya bisa berubah menjadi baik seperti Lian.
Dalam kegiatan baksos pengobatan degeneratif ini, sebanyak 182 pasien yang terdaftar dan sebanyak 178 pasien yang berkonsultasi dengan dokter. Lurah Padang Bulan yang ikut hadir dalam kegiatan ini juga mengapresiasi pengobatan yang dilakaukan Tzu Chi Pekanbaru untuk para Lansia. “Berharap melalui baksos degeneratif ini, masyarakat dapat lebih sadar akan kesehatan,” ungkap Lurah Padang Bulan, Yesi Sartika.
Editor: Arimami Suryo A.