Sukacita Dalam Pelatihan Pengurus 4 in 1 di Jakarta

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari, Dok. Tzu Chi

Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia memberikan pesan cinta kasih kepada para relawan dalam Pelatihan Pengurus 4 in 1 di bidang misi amal dan pelestarian lingkungan yang diadakan pada 9 Januari 2022.

Sukacita meliputi seluruh relawan Tzu Chi wilayah Jakarta dan Tangerang yang Minggu, 9 Januari 2022 kemarin ikut dalam Pelatihan Pengurus 4 in 1. Pelatihan offline pertama setelah dua tahun lamanya dilakukan secara virtual karena pandemi ini, dikhususkan bagi relawan yang memegang tanggung jawab sebagai koordinator di misi amal dan misi pelestarian lingkungan. Ini adalah bagian pertama pelatihan, selanjutnya akan ada pelatihan bagi koordinator pada Misi- Misi Tzu Chi lainnya.

Pelatihan Pengurus 4 in 1 sengaja dibuat secara terpisah demi membatasi jumlah relawan dalam setiap pelatihannya. Tak hanya itu, pelaksanaan pelatihan pun memenuhi aturan protokol kesehatan berkaitan dengan pandemi Covid-19. Seluruh peserta yang berjumlah 212 relawan dipastikan telah mendapatkan 2 dosis vaksin Covid-19, mereka juga menggunakan masker, hand sanitizer, mengukur suhu tubuh, serta melakukan check-in di aplikasi Peduli Lindungi ketika akan memasuki area Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK tempat pelatihan dilakukan.

Seluruh peserta yang berjumlah 212 relawan mengikuti protokol kesehatan dalam pelaksanaan Pelatihan Pengurus 4 in 1. Sepanjang pelatihan, relawan juga menjaga jarak duduk satu sama lain dan sangat membatasi untuk membuka masker.

Para relawan melakukan check-in di aplikasi Peduli Lindungi ketika akan memasuki area Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK tempat pelatihan dilakukan.

Sepanjang pelatihan, relawan juga menjaga jarak duduk satu sama lain dan sangat membatasi untuk membuka masker kecuali ketika sedang break untuk makan, itupun mereka tidak diperbolehkan untuk saling berbincang. Relawan konsumsi juga memfasilitasi peserta pelatihan dengan cara mengambilkan seluruh makan siang mereka di kotak makan masing-masing yang dibagikan di akhir acara. Relawan bisa membawa makanannya pulang atau makan di kantin Tzu Chi apabila lokasi rumah mereka jauh. Hal itu demi tidak terjadi kerumunan ketika makan siang berlangsung.

“Kebiasaan kita berkegiatan memang harus kita sesuaikan, tidak bisa seperti dulu,” kata Haryo Suparmun, PIC Pelatihan Pengurus 4 in 1. “Dua tahun ini cukup memberikan pengalaman untuk kita tentang bagaimana kita bisa mengatasi situasi dan menjaga prokes. Semoga dengan cara offline pertama kali ini menjadi contoh juga bagi relawan tentang bagaimana kita harus benar-benar menjaga prokes, itupun yang nanti kita praktikkan dalam berkegiatan di luar. Kita mulai menjalankan kebiasaan yang baru yang tidak bisa dihindari,” jelas Haryo.

Mewariskan Semangat 4 in 1 di Misi-Misi Tzu Chi

Relawan konsumsi juga memfasilitasi peserta pelatihan dengan cara mengambilkan seluruh makan siang mereka di kotak makan masing-masing yang dibagikan di akhir acara.

Semangat 4 in 1 yang dimaksudkan adalah: He Xin (bersatu hati), He Qi (harmonis), Hu Ai (saling mengasihi), Xie Li (bergotong royong). Untuk mendalaminya, Hendry Chayadi, relawan Tzu Chi memberikan sharing secara rinci tentang Filosofi 4 in 1 tersebut.

Haryo berharap, setelah dua tahun terpisah jarak, relawan kembali merasa di-recharge semangatnya dengan melakukan pelatihan secara tatap muka. Sehingga kemudian bisa meneruskan semangat yang didapatnya ke relawan komunitas, “Semoga nanti juga bisa lebih memahami bagaimana menjalankan misinya di lapangan,” ungkap Haryo.

Tak hanya Haryo, Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia berharap hal yang sama yakni relawan benar-benar paham tentang filosofi 4 in 1 dan tahu akan tanggung jawab serta arah masing-masing. “Tzu Chi Indonesia sudah hampir 30 tahun, di momen ini kita sudah harus melakukan pembaruan dan inovasi,” tutur Liu Su Mei. “Kita memiliki 4 misi yang lengkap di Indonesia, ini adalah kelebihan kita. Jadi kita harus berusaha memanfaatkan potensi yang kita miliki ini. jadi inilah arah kita bersama, kalau ada masalah tentu saya yakin dengan kita bersama kita bisa menyelesaikannya bersama, kita harus bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Kita sama-sama berusaha,” tambahnya.

Misi Amal dan Pelestarian Lingkungan

Pembekalan Misi Amal Tzu Chi dibawakan oleh Wie Sioeng, Fungsionaris Misi Amal Tzu Chi Indonesia yang mengulas dengan detil seluk beluk pelaksanaan dan penanganan misi amal.

Dalam pelatihan ini, seluruh peserta pelatihan yang datang adalah relawan yang bertanggung jawab sebagai Koordinator Misi Amal dan Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi pada periode 2022 – 2023, termasuk juga relawan ketua He Qi dari masing-masing wilayah di Jakarta dan Tangerang. Mereka semua menerima pemahaman tentang Misi Amal dan Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi.

Pembekalan Misi Amal Tzu Chi dibawakan oleh Wie Sioeng, Fungsionaris Misi Amal Tzu Chi Indonesia yang mengulas dengan detil seluk beluk pelaksanaan dan penanganan misi amal. Ia berpesan bahwa setiap relawan harus mengutamakan kerja sama dalam kelompok. Ia memahami bahwa setiap orang mempunyai sudut pandang dan pertimbangan yang berbeda namun pasti memiliki tujuan yang sama, yakni membantu penerima bantuan. Sehingga relawan harus berkomunikasi dan berkoordinasi untuk mencapai kesepakatan dan kesepahaman bersama.

Johnny Chandrina, Fungsionaris Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Indonesia mengajak relawan di setiap Xie Li untuk mempunyai satu titik pelestarian lingkungan (atau titik pemilahan barang daur ulang).

Sementara itu, Johnny Chandrina, Fungsionaris Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Indonesia mengajak relawan di setiap Xie Li untuk mempunyai satu titik pelestarian lingkungan (atau titik pemilahan barang daur ulang). Ia berharap relawan bisa mensosialisasikan misi ini lebih luas sehingga semakin banyak orang yang paham dan peduli akan kelangsungan masa depan bumi bagi generasi mendatang.

Mengalahkan Ego dan Memegang Tekad

Melalui pelatihan ini, Hok Lay kembali diingatkan tentang bagaimana semangat melayani dan berkegiatan, prinsip pemberian bantuan, juga cara mengatasi masalah yang timbul dalam berorganisasi yang mungkin menjadi hambatan dalam berkegiatan

“Saya senang sekali karena bisa kembali ikut dalam pelatihan yang pasti sangat bermanfaat untuk kita semua. Sudah dua tahun nggak dicharge, sekarang kembali direfresh, sehingga senang sekali,” kata Lo Hok Lay, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 yang aktif dalam misi amal.

Melalui pelatihan ini, Hok Lay kembali diingatkan tentang bagaimana semangat melayani dan berkegiatan, prinsip pemberian bantuan, juga cara mengatasi masalah yang timbul dalam berorganisasi yang mungkin menjadi hambatan dalam berkegiatan. “Di pelatihan ini semua diurai sehingga semoga ke depannya kerja sama antara relawan semakin solid, semakin mengurangi adanya persinggungan, yang pasti ada hal seperti itu. Kita dibimbing untuk menjadi lebih baik lagi,” imbuh Hok Lay.

Selama menangani misi amal, Hok Lay bercerita banyak bertemu dan membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan. “Rasanya sangat menyentuh, membuat hidup terasa sangat lebih baik sehingga terasa bersyukur sekali karena dalam hidup kita bisa bermanfaat bisa membantu orang lain dalam menghadapi penderitaannya,” ungkap Hok Lay.

Dari pengalamannya di Tzu Chi sejak tahun 2007, ia berpesan kepada para relawan yang baru saja mengemban berkah bahwa relawan harus saling belajar dengan toleransi dan bekerja dalam tim yang solid.

“Kita harus mudah memaafkan dan bisa saling mendukung karena inilah yang akan menguatkan kita dalam berkegiatan Tzu Chi. Artinya kita memang akan menemukan permasalahan dalam berkegiatan. Namun jadikanlah permasalahan itu sebagai pelatihan diri kita, bagaimana kita bisa mengelola batin, perasaan, dan ego sehingga tidak menjadi satu hal yang membuat kita mundur dari kegiatan yang sangat bermanfaat ini dan tidak membuat kita menyerah dengan tekad awal kita,” pesan Hok Lay.

Tak Lagi Malu Dengan Tas Daur Ulang

Megawati Ajni Linda, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang yang sangat senang bisa kembali berkumpul dengan relawan dalam kegiatan pelatihan.

Selain Hok Lay, ada Megawati Ajni Linda, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Tangerang yang sangat senang bisa kembali berkumpul dengan relawan dalam kegiatan pelatihan. Ia yang kini memegang tanggung jawab sebagai Ketua Xie Li di Simpak, Parung Panjang, Kab. Bogor mengaku mendapatkan banyak sekali ilmu dan hal baru yang nantinya bisa ia praktikkan dan bagikan kepada relawan di komunitasnya, terlebih pada aksi pelestarian lingkungan.

“Senang sekali bisa ikut pelatihan lagi, materinya bagus-bagus semua ditampilkan banyak contoh dari Tzu Chi luar negeri sehingga kita bisa mengambil sisi positifnya,” tutur Mega, panggilan akrabnya.

“Kalau praktik di rumah, saya selalu pisahkan sampah basah, kering, dan yang bisa didaur ulang. Saya juga bikin eco enzyme. Selain itu ada buat tas daur ulang dari kain-kain sisa sampai talinya pun saya sambung-sambung, masker kain juga saya bikin sendiri. Lalu saya selalu ada bawa barang daur ulang dan pisahkan kalau ke kantor,” cerita Mega antusias.

Sebelum mendengar materi dan sharing dari Johnny, Mega sempat mengaku malu kala membawa tas dari kain daur ulang hasil kreasinya sendiri. Katanya, “Sudah emak-emak, makin kerasa emak-emak kalau bawa tas gendot-gendot (besar). Mana coraknya nggak jelas. Malu sekali.”

Namun walaupun rasa malu ia rasakan, Mega masih saja membawa tasnya ketika pergi bekerja. Dengan tasnya, ia mengaku merasa lebih aman ketika naik ojek online karena bisa meletakkan tas di depannya sebagai pembatas duduk dengan si abang ojol. “Tapi ya tetap malu karena banyak teman tanya, ‘Kok Mega bawa tas itu? Kok Mega bawa kotak makan?’” katanya melihat temannya lebih suka dengan kantong plastik dan sterofoam.

Mendengar penjelasan mengenai manfaat penting dari pelestarian lingkungan dan daur ulang dari Johnny, Mega seperti mendapatkan pencerahan dan rasa malunya hilang begitu saja. “Saya jadi merasa bangga dan begitu indahnya ternyata langkah kecil ini. Saya sudah menerapkan dengan sisa-sisa kain yang di rumah. Berguna untuk saya, berguna untuk bumi. Semoga saya bisa lebih banyak fokus dan mengajak orang lain untuk bisa pelestarian lingkungan,” ungkap Mega bersukacita.

Dalam hati kecilnya, Mega ingin satu saat komunitas relawan Tzu Chi di Simpak bisa menyumbangkan sesuatu untuk mewujudkan apa yang Tzu Chi Indonesia impikan, yakni mempunyai satu titik daur ulang dari setiap Xie Li. Memang terlihat susah sekali karena kondisi masyarakat di sana menengah ke bawah. Ia pun saat ini merasa itu adalah hal yang tidak mungkin. Namun begitu Mega masih meyakini bahwa apapun ada jalannya, apapun ada waktunya. “Semoga nanti dengan bantuan relawan Tzu Chi Tangerang, kita bisa mewujudkannya,” harap Mega.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Menggalang Cinta Kasih Melalui Pelatihan Abu Putih 1

Menggalang Cinta Kasih Melalui Pelatihan Abu Putih 1

01 Maret 2024

Cinta kasih Tzu Chi mulai tumbuh di Asuransi Sinar Mas melalui Pelatihan Abu Putih 1 yang dilakukan di Plaza Sinar Mas, Jakarta Pusat pada Kamis, 22 Februari 2024. Kegiatan ini diikuti oleh 135 orang peserta.

Bersyukur Sebagai Dasar Cinta Kasih Budaya Humanis

Bersyukur Sebagai Dasar Cinta Kasih Budaya Humanis

07 Agustus 2023

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Barat 2 mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4 di ruang Xi She Ting, Tzu Chi Centre, PIK, Jakarta Utara pada Minggu 30 Juli 2023. Kegiatan ini diikuti oleh 44 peserta.

Semangat Relawan di Rumah Baru Tzu Chi Bandung

Semangat Relawan di Rumah Baru Tzu Chi Bandung

16 Maret 2020

Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung mengadakan kegiatan Pelatihan Relawan Tzu Chi Bandung (29/02/2020). Kegiatan ini diikuti oleh para relawan dan tamu undangan. Kegiatan berlangsung di Aulang Jing Si Tzu Chi Bandung, Jl. Jendral Sudirman No 628 Bandung.

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -