Sukacita Menyambut Lebaran
Jurnalis : Hadi Pranoto , Fotografer : Hadi PranotoDengan penuh rasa hormat dan rasa syukur, para relawan Tzu Chi memberikan bingkisan Lebaran kepada para pasien pengobatan yang dibantu Tzu Chi. Bingkisan ini sebagai wujud cinta kasih universal Tzu Chi agar mereka dapat merayakan Lebaran dengan penuh sukacita. |
| |
Sempat Putus Asa Lewat sebuah baksos kesehatan, ia pun bertemu dengan insan Tzu Chi. Melihat kondisi penyakitnya, saat itu dokter langsung menyarankannya berobat ke RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, karena memang bukan sakit gigi biasa. Di RSKB Cinta Kasih, Kokom sempat menjalani operasi kecil. Selesai pengobatan, Kokom tidak bisa menepati janjinya pada dokter untuk kontrol rutin sesudahnya. “Saya pikir dah sembuh, jadi didiemin aja. Nggak tahunya malah jadi bengkak lagi,” terangnya. Kendala transport dan keuangan menjadi hambatan utamanya. “Yang mau buat ongkos nggak ada,” ungkapnya jujur. Hal inilah yang membuat penyakit Kokom semakin bertambah parah. Ia seringkali berobat putus di tengah jalan. Hingga operasi yang tanggal 13 Agustus 2009, itu adalah operasi keempat yang dijalani Kokom. “Mudah-mudahan ini yang terakhir,” harap Kokom setengah berdoa. Bersama suami dan kedua anaknya, Kokom menjadi salah satu peserta doa bersama bagi korban bencana topan Morakot di Taiwan pada Minggu, 13 September 2009.
Ket :- Para pasien pengobatan Tzu Chi dan keluarganya tidak hanya menerima bantuan, tapi mereka juga berdoa dan turut berdana untuk meringankan derita korban topan Morakot di Taiwan. (kiri) Perhatian yang Tak Pernah Hilang Bagi Jamaludin, Tzu Chi punya tempat khusus di hatinya. Pemuda yang baru lulus SMP ini tahu betul bagaimana keikhlasan dan keramahan relawan Tzu Chi telah mendampinginya di kala ia tengah menjalani pengobatan. “Yang sangat berkesan relawannya baik-baik, mereka mau memberi perhatian, semangat, dan dukungan,” terang Jamaludin. Meski harus kehilangan kaki kanannya yang diamputasi, Jamaludian tetap optimis menjalani kehidupannya sehari-hari. Penyakit Osteosarkoma (tumor tulang ganas) telah merengut keceriaan dan kebahagiaan masa kanak-kanaknya. “Rencana mau nerusin sekolah ada, tapi sekarang masih terkendala dengan pengobatan,” jawabnya ketika ditanya minatnya untuk meneruskan sekolah.
Ket : - Kokom tengah memilih pakaian untuk kedua anaknya. Meski dengan keterbatasan yang dimilikinya, Kokom masih menyempatkan untuk berdana bagi korban topan Morakot di Taiwan. (kiri) Untuk mengisi hari-harinya, kini Jamaludin membuka counter pulsa handphone di rumahnya. “Lumayan daripada nggak ada kesibukan,” terang Mulyadi, ayahnya. Seminggu sekali kini Jamaludin masih terus memeriksakan kondisi kesehatannya ke rumah sakit. Diundang dan diberi perhatian seperti ini oleh relawan Tzu Chi, Jamaludin merasa tersanjung. Ia merasa relawan Tzu Chi masih terus mengingatnya. “Senang, berarti Tzu Chi nggak ngelupain kita (pasien-pasien yang pernah dibantu –red),” kata Jamaludin. Senada dengan Jamaludin, Kokom pun mengungkapkan perasaannya, “Senang gitu, ternyata masih ada perhatian dari Tzu Chi. Walaupun (kami) orang nggak mampu tetap diperhatiin.” Bingkisan ini sangat membantu sekali bagi Kokom dan Hendra menjelang hari raya Idul Fitri yang sebentar lagi tiba. Apalagi sudah sebulan ini Hendra menganggur. “Alhamdulillah senang. Saya hanya bisa mendoakan, nggak bisa balas apa-apa sama rumah sakit ini (RSKB –red). Mudah-mudahan doa saya ini didengar dan ke depannya yayasan (Tzu Chi) ini bisa lancar dan sukses terus,” kata Hendra tulus Doa dan Penggalangan Dana Dalam kesempatan itu relawan juga memperkenalkan lebih dalam tentang Tzu Chi dan Master Cheng Yen (pendiri Tzu Chi) kepada para pasien dan keluarganya. “Di Tzu Chi, kita selalu mengajarkan tentang cinta kasih. Cinta kasih itu salah satunya memberi, dan memberi kepada orang yang membutuhkan dalam agama apapun adalah sebuah ibadah,” kata Hok Lay dan Amelia, dua relawan Tzu Chi yang bertindak sebagai pembawa acara.
| ||
Artikel Terkait
Melatih Diri di Jalan Bodhisatwa
23 April 2018Ketabahan Nenek Rodiah Merawat Cucunya
08 Januari 2021Malang betul kisah hidup Alvia Balqis (14). Sejak bayi hingga saat ini, Via, panggilannya, hanya bisa terbaring di tempat tidur. Ia juga tak bisa bicara. Di usia 7 tahun ibunya meninggal dunia. Beruntung ia memiliki nenek yang begitu menyayanginya, Nenek Rodiah (68).