Super Meriah, Pengumuman Juara Teratai Cup Diwarnai Keceriaan dan Sukacita

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari, Indra Gunawan (He Qi Angke)

Tim isyarat tangan He Qi Pusat bersorak bahagia ketika mereka diumumkan berhasil memperoleh juara pertama lomba isyarat tangan pada Teratai Cup.

Rangakaian perlombaan Teratai Cup yang digelar bertahap sejak satu bulan lalu akhirnya sudah menemukan juaranya. Pengumuman lomba digelar Minggu, 21 Juli 2024 bersamaan dengan lomba tahap kedua yang mempertandingkan Drama Singkat Humanis, Projek Daur Ulang, Duet Lagu Tzu Chi, Isyarat Tangan, dan Cerdas Cermat. Di edisi sebelumnya, telah dilangsungkan pertandingan Pidato Berbahasa Inggris, Pidato Berbahasa Mandarin.

Kemeriahan tak terbendung ketika MC membacakan masing-masing pemenang di setiap kategori, yakni:

  • Lomba Pidato Berbahasa Inggris:
     Juara 1: Ralifa Avrillyos (He Qi Sinar Mas)
     Juara 2: Jessica Santoso (He Qi Barat 1)
     Juara 3: Jane Aliyu Putri (He Qi Cikarang)
 
  • Lomba Pidato Berbahasa Mandarin:
     Juara 1: Chelsea Felicia (He Qi Barat 1)
     Juara 2: Dragon Apriliawan (He Qi Utara 2)
 
  • Lomba Drama Singkat Humanis dimenangkan oleh tim He Qi Cikarang
 
  • Lomba Projek Daur Ulang:
     Juara 1: tim He Qi Barat 1
     Juara 2: tim He Qi Barat 2 dan tim He Qi Cikarang (grup 4)
 
  • Lomba Duet Lagu Tzu Chi dimenangkan oleh tim He Qi Tangerang
 
  • Lomba Isyarat Tangan:
     Juara 1: tim He Qi Pusat
     Juara 2: tim He Qi Utara 2
     Juara 3 tim He Qi Cikarang
 
  • Lomba Cerdas Cermat:
     Juara 1: tim He Qi Tangerang
     Juara 2: tim He Qi Sinar Mas

Tak hanya juara pertama, seluruh pemenang lomba masing-masing mendapatkan sertifikat dan uang tunai.

Nymphaea, Tas Keren dari Jeans Daur Ulang
Lomba projek daur ulang yang mengangkat tema akan dampak buruk fast fashion membawa Christian Ray Evan dan Aba Bu Bu Ong Gautama Sadikin beserta timnya memenangkan juara pertama dalam kategorinya. Mereka dengan matang memilih ide mengolah limbah tekstil khususnya berbahan jeans menjadi satu produk baru yang diberi nama Nymphaea (nama latin dari teratai), yakni tas modis yang bisa dipakai seluruh kalangan.

Lomba projek daur ulang yang mengangkat tema akan dampak buruk fast fashion membawa Christian Ray Evan (seragam biru - berkacamata) dan Aba Bu Bu Ong Gautama Sadikin (seragam biru – tengah) beserta timnya memenangkan juara pertama dalam kategorinya.

Relawan dari He Qi Utara 2 tak henti mendukung dan menyemangati Anak Teratai mereka yang sedang tampil dalam lomba isyarat tangan.

Christian mewakili timnya menuturkan memilih mengolah limbah fashion karena berdasarkan data yang dikutip dari laman earth.org, industri fashion dunia menghasilkan sekitar 92 juta ton limbah tekstil setiap tahunnya. Lalu terkhusus pada pengolahan produk pakaian berbahan jeans nyatanya lebih banyak menyumbang limbah pada perairan dari proses pewarnaannya.

“Ketika kami mengunjungi depo, kami lihat banyak sekali baju bahan jeans. Dari sana langsung diskusi dengan kelompok untuk gimana kalau kita olah jeans ini. Ya teman-teman setuju,” ucap Christian yang kini merupakan siswa kelas 11 SMK Cinta Kasih Tzu Chi.

“Betul, apalagi produk jeans ini memang tak lekang zaman, selalu bisa dipakai oleh siapa saja, cocok, dan bahannya tebal,” lengkap Aba Bu. “Di luar itu, yang paling penting adalah kami menyoroti fast fashion yang menimbulkan sampah industri pakaian. Makanya kami sangat excited mengerjakan projek ini dengan harapan bisa membantu mengurangi limbah tekstil.”

Peserta lomba cerdas cermat dari He Qi Tangerang (seragam biru) dan He Qi Sinar Mas (seragam putih) terlihat sangat serius memikirkan jawaban mereka.

Peserta lomba drama singkat humanis dari He Qi Cikarang menguasai panggung dan memukau para juri. Mereka berhasil memenangkan juara pertama pada kategori drama singkat humanis.

Tim yang mewakili Anak Teratai di komunitas He Qi Barat 1 ini mengerjakan projek bersama kurang lebih satu bulan. Mereka mulai mengeluarkan ide hingga mencari bahan-bahan daur ulang di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Perumahan Tzu Chi Cengkareng, mengolahnya, hingga membuat akun khusus seakan sedang berjualan dengan sangat serius, juga dilengkapi dengan barcode yang langsung terhubung dengan media sosialnya.

“Dengan Teratai Cup ini, kami seperti diajak untuk keluar dari zona nyaman sekaligus merasa kayak diajarin bikin usaha sendiri. Shigu Shibo juga terus memacu kami buat belajar public speaking sekaligus marketing,” lanjut Christian bersemangat dan bersyukur karena pada momen ini, ia seperti sedang melakukan gladi resik dalam mencapai cita-citanya menjadi pemilik usaha.

Relawan dari He Qi Tangerang dan para pendukung yang mana merupakan orang tua Anak Teratai ikut bersemangat dan tak bisa membendung kebahagiaan ketika tim mereka memenangkan lomba cerdas cermat.

Rudi Dharmawan memberikan piala bagi pemenang juara 1 lomba cerdas cermat.

Senada dengan Christian, Aba Bu juga merasa hal yang serupa. “Teratai Cup ini membuat kami tahu akan potensi yang belum tergali dalam diri kami. Gan en kepada shigu shibo dan Tim Bakti Amal Tzu Chi yang bener-bener mengajak kami untuk meningkatkan potensi kami. Saya sendiri sangat senang dan selain tertantang juga seru kan bisa melatih kepercayaan diri,” kata Aba Bu senang.

Tak hanya juara pertama, seluruh pemenang lomba masing-masing mendapatkan sertifikat dan uang tunai sebagai penyemangat dan motivasi.

Munculnya Bakat-Bakat Terpendam
Menjadi salah satu juri yang menilai separuh perlombaan, Mika Wulan dari DAAI TV sedikit tak menyangka betapa berbakatnya anak-anak Teratai yang berhasil menampilkan karya mereka dengan penuh kepercayaan diri. Yang ia tahu, dalam bidang akademis, Anak Teratai ini memang tak perlu diragukan lagi kepintarannya, tapi di luar itu ternyata potensi mereka sangat besar.

“Hari ini saya melihat bakat-bakat yang di kemudian hari bisa menjadi keunggulan mereka dan bisa menjadi skill-skill tersendiri ya buat mereka. Jika itu diasah, diberikan support mungkin berupa workshop atau training tambahan, pasti bisa lebih bagus lagi,” kata Mika ikut senang dengan pencapaian para Anak Teratai.

Mika Wulan menerima sertifikat tanda ungkapan terima kasih dari Wie Sioeng. Mika turut senang dengan bakat-bakat yang bermunculan melalui Teratai Cup ini.

PR Manager DAAI TV ini pun tak menampik bahwasanya apabila nanti bakat mereka telah matang, bisa jadi mereka langsung diundang oleh DAAI TV untuk menginspirasi khalayak luas lainnya, baik berupa konten peliputan atau tampil langsung di depan panggung.

“Karena tadi ada satu yang paling menarik perhatian saya, projek daur ulang itu jeans itu yang saya pikir menarik banget gitu. Mereka bahkan sudah bisa kembangin sampai ke pemasaran produknya, ready to use. Mereka sudah branding, sudah masuk ke media sosial. Itu kan sebenarnya sudah satu mata rantai kalau orang buat usaha ya. Mereka sudah lakukan itu dan ini anak-anak muda yang istilahnya mereka sendiri belum banyak modal tapi sudah bisa berbuat banyak,” papar Mika salut.

“Untuk itu dengan bimbingan dan support dari Tzu Chi mungkin mereka bisa menjadi pengusaha ke depannya. Jadi mereka pun bisa membuka lapangan pekerjaan juga buat orang lain. Kalau ini saya juga banyak terinspirasi dan mungkin suatu saat bisa kita tampilkan juga di DAAI TV,” lanjut Mika.

Menjadi Teratai yang Cantik, Bersih, Bermanfaat
Yully Kusnadi, Dept Head Divisi Bakti Amal Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia tak menampik dirinya merasa sangat bangga akan anak-anak Teratai Tzu Chi yang tampil maksimal. Sebanyak 173 anak dari 9 He Qi yang hari itu datang dengan mambawa bakat mereka masing-masing, betul-betul memberikan kesan mendalam bagi Yully. “Saya tersentuh dengan keharmonisan kerja sama antara Anak Teratai, relawan, dan panitia. Mereka benar-benar all out dalam mempersiapkan diri,” kata Yully yang sepanjang acara terlihat amat terhibur dan sesekali menyeka air mata haru.

Sejalan dengan harapan Mika, saat ini Tim Bakti Amal Tzu Chi tengah mempersiapkan berbagai bimbingan untuk memberikan dukungan bagi bakat yang telah muncul ke permukaan ini. Bimbingan tersebut nantinya akan berupa pelatihan public speaking, kelas vokal, juga kelas entrepreneurship bagi anak-anak Teratai.

Yully Kusnadi memberikan pesan, semangat, sekaligus motivasi kepada seluruh Anak Teratai.

Anak Teratai sendiri merupakan sebutan bagi anak-anak penerima bantuan pendidikan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Mengapa Teratai? Karena teratai bisa tumbuh di air keruh berlumpur, habitat yang sangat berbeda dari tamanam lainnya. Walaupun susah, tapi ketika ia tumbuh, dia mempunyai batang yang tinggi ke atas dengan bunga yang sangat cantik dan bersih. Maka seperti yang Yully jelaskan, dalam kondisi apapun kita berada, berkecimpung, dan bertumbuh, kita semua punya kesempatan menjadi seperti bunga teratai yang tumbuh bersih, cantik, dan punya banyak manfaat untuk lingkungan sekitar.

“Apapun kondisinya, di mana kita dilahirkan, itu kita tidak bisa memilih. Tetapi ke depannya, Tuhan memberikan kita tangan, kaki, otak, kemampuan, dan sikap, semuanya kita yang kendalikan dan arahkan. Jadi kita berharap, di ajang ini, di Teratai Cup ini kita semua belajar. Mari kita seperti bunga teratai, apapun kondisi kita, dilahirkan di manapun, apapun yang Tuhan kasih, kekurangan kita maupun kelebihan kita, kita pakai dengan tekad, dengan sungguh-sungguh, dan dengan hati yang bersih sebagai upaya untuk kita berkembang dan kita bisa bermanfaat bagi sesama,” pesan Yully yang memberikan kesan mendalam bagi para Anak Teratai.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Teratai Cup 2024: Saling Mengenal dan Menggali Potensi

Teratai Cup 2024: Saling Mengenal dan Menggali Potensi

25 Juni 2024

Tzu Chi Indonesia mengadakan perlombaan Teratai Cup 2024 bagi anak-anak asuh yang dibantu Tzu Chi pada Sabtu, 22 Juni 2024 dengan tajuk “Menggali Potensi Menggapai Masa Depan”.

Super Meriah, Pengumuman Juara Teratai Cup Diwarnai Keceriaan dan Sukacita

Super Meriah, Pengumuman Juara Teratai Cup Diwarnai Keceriaan dan Sukacita

23 Juli 2024

Rangkaian perlombaan Teratai Cup 2024 akhirnya sudah menemukan juaranya. Tak hanya juara, Teratai Cup ternyata telah menumbuhkan bakat-bakat luar biasa dari Anak Teratai.

Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -