Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat menyusuri jalan Menteng Tenggulun Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat. Para relawan Tzu Chi tengah melakukan survei rumah-rumah warga yang tidak layak huni.
Empat belas orang relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Pusat melakukan survei ke lokasi calon penerima bantuan bedah rumah yang berada di RT 12/10 dan RW 01, Menteng Tenggulun, Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Total ada 14 rumah yang sedang di survei oleh relawan Tzu Chi pada Senin, 1 Agustus 2022.
Bagi warga yang kurang mampu, mempunyai angan untuk mewujudkan sebuah rumah yang baik dan layak huni tidaklah mudah karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah umumnya memiliki keterbatasan untuk mewujudkan kebutuhan rumah yang layak huni sehingga memiliki rumah yang nyaman menjadi sebuah impian yang sulit diwujudkan.
Hal ini seperti yang di rasakan oleh Indra (44) yang tinggal di RT 12/10, Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat. Indra sudah tinggal di rumah ini sejak lahir tahun 1978, dan rumah ini sudah ada dari Nenek Indra. Sejak itu pula rumah ini tidak pernah direnovasi sehingga kondisinya semakin usang dan rusak tergerus waktu. Indra tinggal bersama istri dan dua orang anak yang masih sekolah.
Hartono, relawan Tzu Chi sedang berbincang dengan Indra, salah satu pemilik rumah dan menanyakan surat-surat dokumen rumah. Hasil survei ini selanjutnya menjadi dasar bisa atau tidaknya rumah ini dibantu.
Indra saat ini bekerja serabutan, seperti memperbaiki kipas angin, AC, atau menjadi buruh bangunan. “Saya kerja apa aja, Pak, kalau lagi nggak ada kerjaan saya ngojek, ya untuk makan sehari-hari aja,” ujar Indra.
Indra berharap rumah yang berdiri di atas tanah berukuran 12 X 3 meter² dapat dibangun kembali agar anak-anaknya dapat nyaman belajar di rumah. “Saya berharap Insya Allah rumah ini bisa dibantu Tzu Chi untuk direnovasi supaya anak-anak pada betah di rumah,tidur nyaman, sekarang ini kita tidur nyampur semua,”ungkap Indra.
Indra mengatakan untuk memasang kasur saja tidak muat jadi keluarga Indra ini tidur hanya beralaskan karpet. “Sekarang saya kalo mau bangun sendiri keuangan saya nggak ada, Pak. Ini saya ketemu uang untuk jajan dan makan anak-anak saya aja udah bersyukur bener, kalo buat benerin rumah saya selalu berdoa kepada Tuhan, siapa tahu nanti biar bisa benerin rumah,” ungkap Indra.
Johan Tando sedang memeriksa surat-surat rumah Ibu Edah di wilayah Menteng Tenggulun. Rumah Edah berukuran 2 x 4² bertingkat (semi permanen) dan dihuni oleh tujuh orang.
Harapan yang sama juga diungkapkan Ibu Edah (67) yang ingin sekali rumahnya direnovasi. Ibu Edah tinggal bersama 7 orang anak-anaknya. Edah mengungkapkan keadaan rumahnya yang saat ini dihuni, dimana kalau hujan bocor dan kebanjiran. Seperti Indra, Edah juga tinggal di rumah ini sejak kecil. “Saya tinggal di sini dari kecil, di sini belum banyak rumah,” ucap Edah.
Edah mengaku anggota keluarga yang tinggal di rumahnya ada tujuh orang termasuk cucunya. Edah berharap rumahnya yang berukuran 2 x 4² dapat di bangun kembali. Rumah Edah bertingkat (semi permanen), dimana enam orang anaknya tidur di lantai atas dalam satu kamar dan lantai bawah untuk satu orang anak Edah. Bisa dibayangkan betapa padatnya rumah Edah yang dihuni oleh 7 orang.
Wilayah Menteng dikelilingi perumahan-perumahan elite. Namun, kondisi ini berbanding terbalik dengan kesejahteraan warga Menteng Tenggulun di Rw. 01 dan Rw. 10, Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat. Hal ini yang coba dilakukan relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Pusat dengan langkah awal menyurvei rumah warga yang tidak layak huni di wilayah ini secara langsung.
Relawan Tzu Chi secara langsung mensurvei rumah warga yang mengajukan bantuan. Relawan bertemu langsung dengan pemilik rumah dan melihat langsung kehidupan mereka.
Johan Tando, relawan Tzu Chi yang menjadi koordinator kegiatan survei di wilayah ini menjelaskan jika kegiatan program bedah rumah Tzu Chi ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, caranya dengan memperbaiki rumah warga agar lebih layak huni, bersih, dan sehat. “Warga di sini rata-rata kurang mampu, pekerjaannya juga serabutan sehingga sulit untuk bisa memperbaiki rumah mereka,” terang Johan. Dalam kesempatan itu, Johan juga mensosialisasikan pola hidup bersih dan sehat kepada warga.
“Hari ini kita menyurvei 14 rumah warga. Nanti kita akan cek lagi administrasinya (surat-surat). Tzu Chi punya syarat-syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi untuk proses bedah rumah,” ujar Johan. Meski kondisi rumah-rumah warga memang layak dibantu, namun syarat-syarat harus terpenuhi, salah satunya adalah bukti kepemilikan yang sah atas tanah dan bangunan yang ditempati.
Editor: Hadi Pranoto