Survei ke Lokasi Bencana
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari Relawan Tzu Chi melakukan survei ke Pulau Kelapa dan Harapan yang terkena bencana angin puting beliung pada akhir Januari 2012 lalu. |
| ||
Angin puting beliung ternyata masih menjadi ancaman bagi warga di sekitar gugusan Kepulauan Seribu. Hal ini terbukti dengan terjadinya angin kencang tersebut pada Rabu, 25 Januari 2012 lalu. Dampaknya sangat terlihat sekali pada masyarakat. Tercatat sebanyak 555 rumah warga rusak dan 20 fasilitas umum seperti sekolah juga mengalami kerusakan. Tidak hanya itu, angin kencang tersebut juga memberikan trauma tersendiri bagi para masyarakat untuk kembali menempati rumahnya. Hampir dua minggu berlalu, bantuan tak kunjung datang. Para warga yang rumahnya diterjang angin topan ini juga tak kunjung dapat memperbaiki rumah mereka. “Sebenarnya banyak bantuan yang sudah diberikan pada masyarakat kami, namun bantuan tersebut hanya berupa bantuan logistik saja,” ujar Atok Baroni Hidayat yang merupakan Camat setempat. “Semua bantuan dikumpulkan di kantor, kemudian baru akan kami bagikan pada dua daerah di kecamatan ini yang terkena terjangan angin,” tambahnya.
Keterangan :
Wilayah Kepulauan Seribu terdiri dari tiga kelurahan, yakni Kelurahan Pulau Kelapa, Kelurahan Pulau Harapan, dan Kelurahan Pulau Panggang. Kerusakan paling parah terjadi di Kelurahan Pulau Kelapa dimana sampai menyebabkan 31 orang luka-luka. Selain itu juga terdapat bangunan-bangunan yang dikategorikan rusak ringan sebanyak 69 bangunan, rusak sedang 110 bangunan, dan rusak berat sebanyak 98 bangunan. Tak jauh berbeda dengan Kelurahan Pulau Kelapa, kampung sebelah (Kelurahan Pulau Harapan-red) juga memiliki nasib yang sama. Pusaran angin puting beliung juga menyambangi pantai utara kelurahan ini dan tak lupa menyapa bangunan di sekitarnya. Akibatnya, sebanyak 149 bangunan dikategorikan dalam keadaan rusak ringan, 106 bangunan rusak sedang dan 25 bangunan rusak berat. Korban luka-luka tercatat sebanyak 11 orang. Sejauh ini, tidak ada penanganan khusus bagi para korban. “Sebagian besar korban yang rumahnya rusak sekarang menginap ke rumah saudara karena rumah mereka juga belum diperbaiki,” tutur Camat. “Kalau kategori rusak ringan, paling cuma genteng atap yang pada jatuh jadi gentengnya sementara diganti dengan terpal. Kami tidak mau memanjakan warga, mereka harus tetap mencari nafkah dan tidak cuma diam saja menunggui rumah mereka,” ungkapnya.
Keterangan :
Salah satu sekolah, SDN 01 juga sempat terkena terjangan kencangnya puting beliung yang menyebabkan genteng pada atap runtuh. Tak hanya itu, parahnya, angin ini juga membuat struktur bangunan sekolah menjadi miring. Hingga sekarang, para murid sekolah tersebut terpaksa dipindahkan ke sekolah lain yaitu SDN 02. “Takutnya nanti kalau dipakai malah menimbulkan korban,” tambah Atok. Saat tim survei (Tim Tanggap Darurat) Tzu Chi datang (7/2/12), hanya terlihat reruntuhan bangunan yang ditinggalkan begitu saja oleh para pemiliknya. Entah atap yang tak lagi bergenteng, sampai bangunan yang telah rata dengan tanah. Alas tempat mereka membangun rumah tenyata bukanlah tanah, namun hanya pasir yang berasal dari laut. Bangunan juga hanya menempel pada pasir, tak ada konstruksi dalam tanah yang dapat menahan rumah untuk berdiri. Hal tersebut yang menyebabkan dengan mudahnya bangunan bisa runtuh. Tempat selanjutnya yang kami (tim survei-red) datangi juga mempunyai pemandangan yang tak jauh berbeda. Puing-puing kayu serta bilik bekas rumah tinggal warga dibiarkan tertumpuk menjadi satu. Angin kencang yang terjadi belakangan ini juga mempengaruhi kinerja para warga, mengingat sebagian besar warga bermata pencaharian sebagai nelayan. Ombak yang tinggi serta angin yang kencang ditakutkan akan membahayakan para nelayan. Joe Riadi yang merupakan Koordinator Tim Tanggap Darurat Tzu Chi menyatakan bahwa kedatangan kali ini masih dalam tahap survei, melihat lingkungan dan kondisi kerusakan yang dialami oleh masing-masing bangunan. “Baru tahap melihat dan survei, untuk kelanjutannya nanti akan dirapatkan lagi,” ujarnya di sela-sela perbincangan dengan pihak kecamatan. | |||
Artikel Terkait
Perayaan Tiga Hari Besar di Tzu Chi Indonesia
24 Mei 2017Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan perayaan Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia pada Minggu, 14 Mei 2017. Kegiatan ini diadakan dalam dua sesi: pukul 10.00 – 11.30 WIB yang dihadiri oleh 1.563 orang peserta, dan pukul 17.00 – 18.30 WIB yang dihadiri oleh 3.310 peserta. Total peserta sebanyak 4.873 orang.
Paket Lebaran 2019: Berbagi Paket Cinta Kasih di Bulan Ramadan
23 Mei 2019Momentum bulan Ramadan dimanfaatkan oleh insan Tzu Chi di komunitas Hu Ai Pluit Gan En untuk mempererat tali silaturahmi dan memberikan uluran cinta kasih bagi warga Penjaringan yang membutuhkan. Cuaca cerah berawan pada Minggu pagi, 19 Mei 2019 seakan menyambut 64 relawan yang hadir dengan semangat untuk siap bersumbangsih.