Survei Pembangunan Jembatan di Nias Selatan
Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)Lima orang relawan Tzu Chi Medan dan aparat TNI dan Pemda Nias berjalan menyusuri jalan setapak yang sempit menuju ke sungai Oyo.
Dengan diterimanya surat dari Komandan Korem 023/ Kawal Samudera Kolonel Inf. Trisaktiyono tertanggal 9 April 2019, tentang permohonan bantuan pembangunan jembatan gantung di Desa Tegizita Kecamatan Hilimagai Kabupaten Nias Selatan, dimana jembatan ini menghubungkan dua dusun, yaitu Dusun 6 dan Dusun 7 , maka pada tanggal 10 Mei 2019, sebanyak 5 relawan termasuk ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Medan, Mujianto berangkat ke Nias Selatan.
Untuk sampai ke Nias
Selatan, relawan Tzu Chi harus melalui penerbangan yang menempuh waktu 45 menit
untuk sampai ke Gunung Sitoli, dan dari Gunung Sitoli harus melanjutkan
perjalanan darat selama 2 ½ jam (dua setengah jam) menuju ke Kota Teluk Dalam (Ibukota
Nias Selatan).
Relawan Tzu Chi berkoordinasi dengan Danrem 023/Ks Kolonel Inf Trisakti Yono sebelum melakukan survei ke Sungai Oyo.
Jalan yang rusak dan penuh bebatuan terjal membuat rombongan harus turun dan mendorong mobil agar bisa melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di Dusun 6, rombongan disambut oleh warga setempat dengan mengalungkan bunga sebagai tradisi warga dalam menyambut tamu. Sambutan secara adat juga dilakukan warga sebagai bentuk terima kasih atas perhatian dan kunjungan ke dusun mereka. Warga kemudian secara bersama-sama menyanyikan lagu daerah Nias Selatan, dan mengajak semua orang untuk bernyanyi dan bergandengan tangan bersama sebagai wujud sebuah persaudaraan sebangsa dan setanah air.
Sebelumnya, pada
tanggal 21 Januari 2019, Tzu Chi Medan juga telah melakukan survei satu
jembatan yang menghubungkan Desa Aramo dengan Desa Hilisawato, dimana Desa
Hilisawato tidak mempunyai sarana kesehatan dan sekolah jenjang SMA. Setiap
hari ada lebih dari 160 orang anak Desa Hilisawato yang harus menyeberangi
sungai untuk bisa sekolah di desa tetangganya.
Warga Desa Togizita 1 mengalungkan bunga sebagai tradisi di dalam menyambut tamu.
“Setelah melihat dan merasakan begitu pentingnya jembatan ini untuk warga Desa Togizita I dan warga Hilisawato maka diputuskan Tzu Chi Medan akan membangun jembatan gantung yang menghubungkan Dusun 6 dan Dusun 7 di Desa Togizita, dan jembatan gantung yang menghubungkan Desa Aramo dengan Desa Hilisawato,” kata Uman, koordinator kegiatan ini.
Melihat adanya aparat pemerintah
setempat dan relawan Tzu Chi yang berkunjung ke daerah mereka, warga merasakan
adanya harapan baru, dibangunnya jembatan sebagai penghubung kedua dusun. “Kami
warga Togizita sangat berterima kasih kepada Pemerintah Daerah, aparat negara,
serta Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah berkunjung ke daerah kami. Besar
harapan kami agar pembangunan jembatan ini akan terlaksana. Kami warga di sini
memang tidak mempunyai dana untuk membangun jembatan, namun kami bisa
menyumbangkan tenaga,” tegas Fransiskus, warga Desa Togizita.
Sungai Oyo, yaitu sungai yang menghubungkan Dusun 6 dan Dusun 7 di Desa Togizita 1. Jika musim hujan aliran air sungai sangat deras dan sering menelan korban jiwa warga yang menyeberanginya.
Darilius Laia, Camat Himigai juga sangat berharap agar pembangunan jembatan ini bisa segera direalisasikan. “Semoga jembatan yang dibangun nantinya bisa bermanfaat bagi warga Desa Himigai dan sekitarnya, dan juga bisa menyelamatkan jiwa warga karena tidak lagi harus melewati aliran sungai yang kadang arusnya sangat deras di musim hujan,” kata Darilius.
Menurut Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Medan, Mujianto, selain jembatan juga perlu dipikirkan akses jalan menuju jembatan tersebut. “Bukan hanya jembatan, namun akses jalan setelah melewati sungai, jalannya sangat sempit. Jadi kalau hujan turun maka jalan akan licin dan sangat berbahaya bagi warga,” ungkapnya, “jadi kita akan bahas lebih lanjut lagi selain jembatan, bagaimana dengan akses jalannya. Semoga pembangunan jembatan ini akan berjalan dengan lancar dan cinta kasih akan mengalir di Nias Selatan.”
Editor: Hadi Pranoto