Untuk mendukung kelanjutan dari Program 500 Rumah Layak Huni, relawan Tzu Chi melakukan survei kepada 10 calon penerima bantuan bedah rumah di wilayah RW 12, Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.
Setelah launching Program 500 Rumah Layak Huni yang dilaksanakan pada 20 Januari 2025 lalu, relawan beserta staf Eksternal dan Proyek Tzu Chi Indonesia melaksanakan survei ke rumah-rumah calon penerima bantuan program tersebut di RW 12, Kelurahan Tanah Tinggi, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat pada Rabu, 12 Februari 2025.
Untuk tahap awal, sebanyak 10 rumah warga di RW 12 dikunjungi relawan Tzu Chi untuk dilakukan pendataan, pengukuran, serta pendokumentasian kondisi rumah yang rencananya akan dibedah. Selain relawan, kegiatan survei ini juga didampingi oleh Camat Johar Baru beserta jajarannya.
Relawan beserta staf Eksternal dan Proyek Tzu Chi Indonesia berdiskusi sebelum melakukan survei ke rumah-rumah warga.
Camat Johar Baru, Ishran Prasetiawan berdiskusi dan mendampingi langsung proses survei yang dilakukan relawan Tzu Chi ke rumah-rumah warga.
“Kami atas nama kecamatan dan kelurahan sangat berharap kegiatan perbaikan rumah di wilayah kami bisa direalisasikan oleh Buddha Tzu Chi. Dan ini untuk pilot project-nya di wilayah RW 12 mudah-mudahan memberikan motivasi, semangat untuk wilayah kami bisa tertata dan menjadi contoh bagi wilayah lainnya,” ujar Camat Johar Baru, Ishran Prasetiawan.
Setelah dilakukan briefing singkat, relawan dan staf Eksternal Tzu Chi Indonesia bersama perwakilan Kecamatan Johar Baru dibagi menjadi 3 kelompok untuk melakukan survei ke 10 rumah warga yang telah didata. Lokasi rumah-rumah warga yang akan dibedah berada di wilayah yang padat penduduk. Untuk menuju rumah calon penerima bantuan, relawan pun harus melewati gang yang sangat sempit dan minim pencahayaan.
Walaupun harus melalui gang-gang yang sangat sempit, relawan begitu bersemangat untuk mengunjungi rumah-rumah warga calon penerima bantuan di RW 12, Kelurahan Tanah Tinggi.
Salah satu rumah yang disurvei relawan adalah milik Uriptono (75) yang berada di RT 08/12, Kelurahan Tanah Tinggi yang berukuran 3 x 6 meter persegi dan dihuni oleh 8 orang (Uriptono, istri, anak, dan cucu). Walaupun dibangun 3 lantai (2 lantai atas menggunakan kayu), tetapi hanya lantai 1 yang sering digunakan karena dua lantai hawanya panas dan hanya untuk barang-barang. Setiap hari mereka harus berbagi tempat dengan anggota keluarga lainnya untuk tidur di lantai 1.
Jika hujan, rumah Uriptono sering kemasukan air dari sela-sela lantai dan tepian tembok. Bukan hanya itu, karena minim ventilasi udara dan lembab serta banyaknya barang-barang, rumahnya juga sering didatangi oleh hewan-hewan dan serangga. “Kalau hujan, air masuk rembes dari lantai, kadang ada binatang kecil seperti tikus, kecoa, kelabang,” kata Uriptono.
Ada keinginan untuk merenovasi rumahnya, tetapi cita-cita Uriptono ini tidak pernah tercapai karena kendala biaya. Bahkan untuk keperluan sehari-hari keluarga, ia mengandalkan penghasilan anaknya yang bekerja dari event dan menantunya yang menjadi pengemudi ojek online semenjak dirinya pensiun. “Dulu kerja di pabrik besi, usia 50 pensiun. Sekarang cuma andelin anak aja kalau ada kerjaan event, kadang ya makan bisa sehari sekali,” ungkapnya.
Johan Tando, Ketua Relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Pusat bersama relawan lainnya berdiskusi dengan keluarga dari Uriptono saat melakukan survei di ruangan sempit yang sering dipakai untuk bergantian tidur.
Menjadi salah satu calon penerima bantuan bedah rumah dalam Program 500 Rumah Layak Huni, Uriptono merasa bersyukur dan berharap bisa cepat terealisasi bantuan untuk keluarganya. “Alhamdulillah bersyukur, nanti biar bisa nyaman, tidur enak, tenang. Kalau sekarang kan udah umpel-umpelan, tidur susah,” jelas Uriptono.
Begitu pula dengan Muhibin (59), warga RT 09/12 lainnya yang rumahnya disurvei oleh relawan. Kondisi rumah Muhibin tak jauh berbeda dengan Uriptono, rumahnya berdiri tiga lantai dengan lahan terbatas dan dihuni oleh 7 orang termasuk anak dan cucu. Jika hujan, rumah yang dihuni Muhibin dan keluarga terkadang bocor, sedangkan dapurnya berada di gang depan rumah yang sering dilalui orang. Dulu Muhibin bekerja sebagai pedagang kue, tetapi sekarang sudah berhenti dan mengandalkan pendapatan anaknya untuk sehari-hari.
Ia pun berharap dengan adanya Program 500 Rumah Layak Huni ini bisa membuat rumahnya nyaman untuk dihuni, terbebas dari banjir dan bocor saat hujan, dan bisa memiliki dapur di dalam rumah. “Harapannya rumah bisa bagus, kalau banjir nggak kebanjiran, bisa masak di dalam. Aman serta nyaman buat anak dan cucu,” harap Muhibin.
Muhibin bersama istri dan cucu-cucunya di depan rumah. tampak pula dapur yang sering dipakai untuk memasak yang berada di luar rumah.
Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Pusat yang ikut dalam kegiatan ini juga bersungguh hati saat melakukan survei ke rumah-rumah warga. Walaupun harus melalui gang sempit dan masuk ke rumah-rumah yang mini ventilasi, lembab, serta tidak layak huni mereka tetap bersemangat dan bersukacita berdiskusi dengan para pemilik rumah calon penerima bantuan.
“Kita survei 10 rumah dari Program 500 Rumah Layak Huni di Kelurahan Tanah Tinggi. Kondisinya memang sangat minim, mereka tinggal di tempat yang sempit, kurang ventilasi, toilet tidak memadai, serta dihuni oleh banyak orang. Sesuai dengan semangat dari Tzu Chi, kita datang dengan semangat menentramkan raga, menentramkan jiwa, dan berusaha memulihkan kehidupan. Jadi para relawan dengan kesungguhan hati menggali informasi dari para pemilik rumah yang bisa mendukung terealisasikannya program ini sehingga nantinya mereka bisa tinggal di rumah yang layak,” ungkap Johan Tando, Ketua Relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Pusat di sela-sela kegiatan survei.
Editor: Metta Wulandari