Syukur, Penghargaan, dan Cinta Kasih dalam Iklan

Jurnalis : Willy, Fotografer : Johnsen (He Qi Utara), Willy

Lomba Iklan Layanan Masyarakat ini memberikan ruang bagi para pelajar dan masyarakat umum untuk menuangkan kreativitas mereka dalam karya yang memiliki pesan berlandaskan pada rasa syukur, menghargai, dan cinta kasih.

Sabtu, 28 Februari 2015, DAAI TV mengadakan penganugerahan DAAI TV Great Love Award 2014 dengan mengambil tema Berbagi Syukur, Berbagi Rasa Cinta Kasih. Penganugerahan yang bertempat di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara ini merupakan tindak lanjut dari kompetisi Iklan Layanan Masyarakat (ILM) yang dibuka sejak bulan September 2014 hingga Januari 2015.

Kompetisi ini merupakan kali keempat diadakan setelah sukses dilakukan pada tahun 2007, 2008, dan 2011 lalu. Koordinator acara ini, Ruthsya Stevania menjelaskan bahwa kompetisi ini dilakukan untuk menjaring para anak muda untuk menuangkan kreativitasnya dalam karya iklan layanan masyarakat dengan tema Gratitude, Respect, and Love. “Segmentasi kita adalah remaja dengan usia 17 hingga dewasa 35 tahun yang kita bagi dalam dua kategori yaitu pelajar dan mahasiswa atau umum. Kenapa kita angkat tema Gratitude, Respect, and Love, agar anak-anak muda punya rasa empati terhadap masyarakat, lingkungannya, dan alam,” tutur Ruth.

Senada dengan itu, menurut CEO DAAI TV, tujuan dari kompetisi DAAI TV Great Love Award 2014 ini adalah untuk mengajak para generasi muda untuk berkompetisi menghasilkan iklan layanan masyarakat tentang hal-hal positif. 

CEO DAAI TV, Hong Tjhin mengungkapkan kebahagiaannya mengelola stasiun televisi yang menjadi aliran jernih di tengah media lain yang mengaungkan konsumerisme.

“Ukuran suksesnya di DAAI TV beda dengan media lain. Jika di TV lain ukuran suksesnya mereka mencoba menjual sesuatu. Teman-teman yang menonton DAAI TV, mungkin sudah tahu bahwa DAAI TV tanpa iklan komersial. Apa bedanya? Kalau di TV lain menjual produk dan jasa, di DAAI TV ingin menjual kepedulian sosial, gotong royong, dan cinta kasih,” tutur Hong Tjhin.

Lebih lanjut, Komisaris DAAI TV, Mansjur Tandiono mengungkapkan bahwa kegiatan serupa akan digelar rutin setiap tahun untuk menjaring lebih banyak lagi pelaku kreatif untuk bersama-sama menyebarkan cinta kasih universal melalui iklan layanan masyarakat.

“Great Love Award  ini akan kita adakan lagi setiap tahun sekali supaya dapat mengembangkan pemuda-pemudi kita suatu kreativitas,” pungkasnya.

Jury Prize dan penghargaan Apresiasi diberikan kepada karya yang memiliki ide orisinal namun memiliki kekurangan. Arturo GP menuturkan hal ini didasari penghargaan atas ide yang dimiliki para peserta.

Arturo GP yang menjadi salah satu juri dalam kompetisi ini menuturkan bahwa kriteria penilaian dilihat dari kesesuaian dengan tema, orisinalitas, kreativitas, serta teknik pembuatan karya. Dalam sambutannya  dia mengapresiasi adanya kompetisi ini. “Saya merasa bahwa DAAI TV-lah yang memberikan ruang untuk iklan PSA (Public Service Advertisement­- Iklan Layanan Masyarakat-Red). Saya merasa bahwa perhatian industri televisi baru ada festival yang diadakan oleh para praktisi iklan sendiri. Untuk industri televisi, yang memberikan ruang khususnya untuk pelajar, kalau boleh dikoreksi, kayaknya baru DAAI TV,” ujar praktisi perfilman Indonesia yang lahir di Argentina itu disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.

Ucapan Arturo yang telah berulang kali menjadi juri ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, selain menyasar anak muda, kompetisi ini juga memberikan ruang yang luas untuk mengekspresikan kreativitasnya. Oleh karena itu, pada tahun ini, DAAI TV memberikan tiga macam penghargaan  untuk 3 pemenang (juara 1,2, dan 3), jury prize, dan apresiasi. Pemberian penghargaan jury prize dan apresiasi ini sebagai bentuk penghargaan atas karya yang memiliki ide segar namun terkendala dalam hal-hal teknis. “Ini merupakan satu bentuk apresiasi kepada karya yang memiliki ide yang menarik. Karena sayang jika tidak diapresiasi,” tambah Arturo.

Nala Ayla, pencetus ide iklan berjudul Label berharap karyannya dapat memancing kepedulian akan sesama terutama kepada penderita disleksia.

Selain pengumuman pemenang, para hadirin juga dihibur oleh tarian berjudul Anak Kambing Berlutut oleh siswa/i Tzu chi School, Tari Kipas dari Sekolah Cinta Kasih, persembahan dari Belgi Band serta Christy dan ditutup dengan kesenian isyarat tangan oleh para staf DAAI TV.

Pesan Humanis dalam Iklan Layanan Masyarakat

Harap-harap cemas dirasakan oleh salah satu peserta, Dhinar Aryo Wicaksono. Pria yang akrab disapa Aryo ini menuturkan dirinya merasa senang karyanya dapat menjadi salah satu dari 21 nominasi menyisihkan lebih dari 200 peserta. Meski begitu, dia mengaku optimis menang saat ditemui sebelum acara dimulai.

Karya Aryo tergolong unik. Melalui iklan layanan masyarakat berjudul Be Grateful, Be Respectful, Be Loving, Aryo bersama 4 rekannya ingin menyampaikan penghargaannya kepada para kaum difabel. Pria kelahiran 15 September 1987 itu mengaku terinspirasi dengan penjual angkringan di Yogyakarta. Penjual itu bernama Gatot dan karena kecelakaan, Gatot kehilangan kakinya. Namun, Gatot tidak patah semangat. Gatot kini telah sepuluh tahun berjualan dengan angkringan. Aryo berencana memberikan uang hadiahnya kepada Gatot sebagai bentuk syukurnya.

“Melalui karya kami, bagaimana kita paling ga menghargai diri kita sendiri baru orang lain. Jadi di Yogyakarta, ada penjual Angkringan. Dia ga punya kaki. Tapi dia tetap semangat berjualan. Hingga saat ini dia telah berjualan selama sepuluh tahun,” tutur Aryo.

Lain Aryo, lain pula  Nala Alya. Siswi SMAN 60 Jakarta ini merupakan pencetus ide iklan layanan masyarakat berjudul Label yang berhasil menyabet juara pertama dari kategori pelajar. Label bercerita tentang penderita penyakit disleksia (ganguan syaraf yang menyebabkan kesulitan membaca-red) yang diberi label bermacam-macam. Nala mengaku ide ini didapat karena kecenderungan manusia memberikan label kepada berbagai hal.

“Manusia selalu melabelkan orang lain secara ga sengaja, tadinya mau angkat tentang depresi tapi akhirnya kita ambil disleksia. Harapannya orang bisa lebih menghargai penderita disleksia, karena mereka itu ada,” tutur Nala.

Pemenang DAAI TV Great Love Award

Kategori Pelajar:

Penghargaan

Pemenang dan Asal

Juara 1

Fauzhana Sharifah dari Jakarta (Label).

Juara 2

Sarah Adela dari Bandung (Si Asap).

Juara 3

Farid dari Yogyakarta (Buah Pengorbanan).

Jury Prize

Zara dari Bangka Belitung (Mangrove), dan Ilham dari Magetan (Ku Berangkat).

Apresiasi

Siti dari Sumatera Utara (Tas Kejujuran), Viqih dari Depok (Ilmuku Ilmumu), Priyo dari Ponorogo (Arti Sebungkus Nasi), Galang dari Yogyakarta (Kesuksesan Sejati), dan Bagus dari Pati (Ini kan Tempat Ibadah).

Kategori Umum dan Mahasiswa

Penghargaan

Pemenang dan Asal

Juara 1

Dwi Abadi dari Surakarta (Hemat Energi).

Juara 2

Dhinar Aryo Wicaksono dari Yogyakarta (Be Grateful, Be Respectful, Be Loving).

Juara 3

Insan Indah Pribadi dari Cilacap (Thiwul).

Jury Prize

Sudibyo dari Ponorogo (Sebungkus Nasi), Andri dari Yogyakarta (Tangan Kita), dan Ismail dari Jakarta (Selamatkan Lingkungan dengan Kreativitasmu).

Apresiasi

Himawan dari Yogyakarta (Pahlawan Cilik), Keumala dari Sumatera Utara (Circle of Life), Adela dari Jakarta (Satu), Beni dari Aceh (Sentuhan Cinta), dan Banon dari Jakarta (Spreading Happines).


Artikel Terkait

Syukur, Penghargaan, dan Cinta Kasih dalam Iklan

Syukur, Penghargaan, dan Cinta Kasih dalam Iklan

03 Maret 2015 Kompetisi ini merupakan kali keempat diadakan setelah sukses dilakukan pada tahun 2007, 2008, dan 2011 lalu. Koordinator acara ini, Ruthsya Stevania menjelaskan bahwa kompetisi ini dilakukan untuk menjaring para anak muda untuk menuangkan kreativitasnya dalam karya iklan layanan masyarakat dengan tema Gratitude, Respect, and Love.
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -