Tak Henti Meningkatkan Prestasi

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Arimami SA, Yuliati, Teddy Lianto, Dok. Pribadi


Para siswa baru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang berlokasi di Cengkareng, Jakarta Barat mengikuti serangkiaan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) selama tiga hari.

Bagi siswa baru yang pertama kali masuk sekolah tentu mereka harus mengikuti serangkiaan kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Seperti yang terjadi di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang berlokasi di Cengkareng, Jakarta Barat. Selama tiga hari merupakan hari mengenal lingkungan pembelajaran bagi mereka.

Pada hari pertama kegiatan MPLS (16/7/2018), para guru yang terlibat pun sangat sibuk mengatur jalannya kegiatan ini bersama pengurus OSIS. Termasuk Freddy Ong, Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Sebagai pimpinan sekolah tentu Freddy harus memastikan kelancaran kegiatan pengenalan sekolah kepada siswa baru.


Freddy Ong S. Kom, MM. berkoordinasi dengan guru dan pengurus OSIS mengenai kegiatan hari pertama MPLS, memastikan setiap rundown tidak terlewatkan.

Sejak pagi Freddy sudah melayani tamu dari dinas pendidikan, internal sekolah, maupun tamu-tamu lainnya yang berdatangan. Meski begitu ia tetap menyempatkan diri untuk memantau kegiatan MPLS. Setibanya di ruang aula kegiatan MPLS unit SMA Cinta Kasih Tzu Chi berlangsung, Freddy mengajak guru dan pengurus OSIS untuk berkoordinasi mengenai kegiatan hari itu, memastikan setiap rundown tidak terlewatkan.

Kecermatan dan kepedulian anak bungsu dari tujuh bersaudara ini menjadi kunci kesuksesannya dalam membawa prestasi sekolah. Terbukti dari tahun ke tahun prestasi sekolah terus mengalami peningkatan. Seperti prestasi yang baru saja diraih unit SMK Cinta Kasih Tzu Chi. Pasalnya pada tahun ajaran 2017/2018 SMK Cinta Kasih menjadi peringkat pertama sekolah se-Jakarta Barat dengan nilai UN 100 pada mata pelajaran Matematika yang diraih 5 siswa dan Bahasa Indonesia oleh 1 siswa.


Selain menjadi karyawan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Freddy juga turut mengikuti kegiatan kerelawanan yang diselenggarakan oleh Tzu Chi. Ia pun mengikuti kamp Pelatihan 4 in 1 Indonesia pada tahun 2015.

“Bangga, pencapaian anak-anak sudah jauh lebih baik dibanding dulu,” ungkap Freddy Ong S. Kom, MM.

Jika unit SMK Cinta Kasih Tzu Chi menduduki peringkat pertama, secara keseluruhan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi menduduki peringkat 6 dari sekolah-sekolah se-Jakarta Barat. “Ini memotivasi kita untuk lebih baik lagi. Lebih mudah menggapai daripada mempertahankan, mempertahankan juara 1 se-Jakarta Barat nggak gampang di sini kita dituntut untuk extra konsen lagi,” tutur pria yang menjabat Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi sejak 2016 ini.

Berpikir Lebih Terbuka


Sebagai Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Freddy mewakili sekolah menyerahkan kenang-kenangan kepada pada relawan pendamping (Daai Mama) sekolah.

Tanggung jawab besar yang diemban dalam membawa prestasi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bermula pada tahun 2014 silam. Kecelakaan yang dialami Freddy meyakinkan dirinya untuk meninggalkan pekerjaan lama di Pulomas, Jakarta Timur dan mencari pekerjaan yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya di Poris, Tangerang. Ia pun berjodoh dengan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dari aplikasi internet yang menyediakan layanan info lowongan pekerjaan, ditemukanlah lowongan Kepala Sekolah Tzu Chi School. “Saya coba apply, interview dan presentasi di depan BOD (Board of Director) dan saya diterima jadi kepala sekolah per tahun ajaran 2014-2015 di sini (Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi),” ucapnya.

Dua tahun menjabat sebagai Kepala SD Cinta Kasih Tzu Chi, Freddy yang sejak awal memang sudah diberi tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas SD Cinta Kasih Tzu Chi  memperoleh satu pembelajaran yang sangat berharga dari seorang siswa yang sempat keluar masuk sekolah. “Kasus ini membuka mata saya langsung,” ucapnya tersenyum. Ada satu siswa dari Perumahan Cinta Kasih yang memiliki sifat berbeda yakni suka mencuri barang milik temannya. Di sisi lain juga sangat tidak disiplin, sehingga nilainya pun tidak bagus dan tidak naik kelas. Siswa ini pun pindah ke sekolah lain. Namun karena kondisi masih sama, ia beberapa kali pindah sekolah. Tiap jenjang kelas ia habiskan selama dua tahun ajaran sekolah dan akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah lagi.


Freddy Ong juga terlibat dalam barisan tim genderang ketika acara-acara besar Tzu Chi berlangsung.

Orang tua siswa ini terus membujuk anaknya agar mau bersekolah kembali, akhirnya diputuskan untuk mendaftar kembali ke SD Cinta Kasih Tzu Chi dengan mengulang di bangku kelas 4. Namun setelah melihat latar belakang siswa ini, Freddy sebagai kepala sekolah saat itu menolak untuk menerimanya. Tetapi keputusannya ditentang oleh direktur sekolah yang menjabat saat itu. “Saya bilang gimana saya mau meningkatkan kualitas sekolah kalau yang input seperti ini saya terima? Pada saat itu saya berpikir kalau lulus tes ambil kalau enggak lulus ya enggak,” tukasnya, “kalau bibitnya nggak bagus gimana mau berbuah yang enak. Saya berpikirnya begitu.”

Pengambilan keputusan ini pun berujung pada debat bersama direktur sekolah, hingga Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pun memberikan pengertian bahwa tidak boleh melupakan sejarah jika didirikannya sekolah untuk memfasilitasi warga rusun. “Akhirnya saya terima walaupun di dalam masih ada uneg-uneg,” akunya. Tiga bulan pascakejadian ini, Freddy yang kala itu mengikuti kegiatan pelatihan pendidikan mendapatkan sharing dari salah satu relawan pendidikan Tzu Chi Taiwan. Dalam sharing itu dikatakan tidak ada anak yang tidak dapat dididik, hanya saja kita yang belum menemukan caranya. “Dari situ saya terbuka, saya berpikir juga ke siswa ini mungkin belum menemukan cara yang tepat menanganinya,” ujarnya.


Hingga sekarang Freddy merupakan salah satu relawan Calon Komite Tzu Chi dan menerima tanggung jawab sebagai fungsionaris pelatihan di komunitasnya.

Freddy pun mengajak guru-guru yang terlibat untuk mengubah siswa ini menjadi lebih baik. Alhasil siswa yang tadinya tidak dapat diatur sedemikian rupa bisa mengalami peningkatan. “Akhirnya anak ini bisa lulus SD dan nilainya pun enggak paling bawah. Ini yang bikin kaget,” ucap Freddy. Keberhasilan ini tentu memberikan kebahagiaan tersendiri bagi Freddy selaku pimpinan sekolah. “Ini adalah suatu khas unik sekolah kita yang membuat anak-anak dari yang tidak bisa menjadi bisa,” ucapnya tersenyum mengembang.

Meningkatnya Jiwa Sosial

Selain menjadi karyawan di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Freddy juga turut mengikuti kegiatan kerelawanan yang diselenggarakan oleh Tzu Chi. Sejak masuk menjadi bagian dari keluarga besar sekolah, sejak itu pula ia terlibat dalam kegiatan relawan. Banyak aktivitas sosial yang dilakoninya seperti baksos pembagian beras, donor darah, kunjungan kasih, pelestarian lingkungan, dan pelatihan-pelatihan Tzu Chi. Hingga sekarang Freddy merupakan salah satu relawan Calon Komite Tzu Chi dan menerima tanggung jawab sebagai fungsionaris pelatihan di komunitasnya. Ia juga menjabat sebagai Wakil Ketua Xie Li Cinta Kasih Cengkareng He Qi Barat 1.

Freddy yang aktif berkegiatan Tzu Chi pun semakin dapat memahami budaya humanis baik selama kegiatan kerelawanan maupun dari pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah. Hal ini membuatnya mengalami perubahan positif yang sangat besar. Freddy mengaku jiwa sosialnya tergali lebih banyak, bisa menghargai kehidupan dan lingkungan. “Saya sebenarnya orang yang temperamen, galak. Tapi di sini (Tzu Chi) saya belajar untuk bisa menahan emosi, bersabar, menghargai orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri,” ungkap pria kelahiran Tangerang ini.

Upaya Memajukan Kualitas


Ia juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan Pekan Amal Tzu Chi dengan membuka stan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bersama guru-guru lainnya.

Kini Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng mengalami peningkatan secara kuantitas. Total keseluruhan murid sebanyak 2.122 anak pada tahun ajaran 2018 ini. Seiring meningkatnya jumlah siswa, penambahan ruang kelas pun dilakukannya. “Kelas SD sudah nambah, sekarang 5 pararel. SMP juga ada beberapa ruangan yang bisa dijadikan kelas kita ubah jadi kelas, yang tadinya gudang yang tidak jelas peruntukkannya akhirnya kita alih fungsikan jadi kelas. SMP sekarang 5 pararel,” ucap Freddy.

Selain ruangan kelas, pada unit SMK yang menyediakan jurusan Akuntansi dan Administrasi Perkantoran kini juga dilakukan penambahan pilihan jurusan. “Tahun ajaran 2018 ini kita buka jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Kebetulan di Jakarta Barat yang punya jurusan ini baru 1 yakni SMK Telkom,” ujarnya.

Freddy juga berupaya untuk menambah fasilitas pendukung untuk siswa. Seperti yang dilakukan sejak tahun lalu, jenjang pendidikan SMP, SMA, dan SMK disediakan internet gratis (WiFi). “Supaya mereka bisa seaching-searching internet untuk mencari informasi lebih baik,” tukasnya. Termasuk penambahan sarana prasarana sekolah, utamanya untuk meningkatkan minat baca siswa yang dikemas dalam bentuk taman baca yang nyaman. “Kita pasang pojok-pojok baca untuk anak-anak, jadi jam istirahat sekolah bisa saling diskusi,” sambungnya. Ke depan, Freddy juga memiliki visi misi untuk meningkatkan standar pelayanan sekolah yang baik. “Kita coba standar ISO, suatu standar terbaik. Kalau akreditasi semua sudah Akreditasi A,” tukasnya bangga.

Editor: Arimami Suryo A.
Ia juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan Pekan Amal Tzu Chi dengan membuka stan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi bersama guru-guru lainnya.

Artikel Terkait

Tak Henti Meningkatkan Prestasi

Tak Henti Meningkatkan Prestasi

18 Juli 2018
“Ini memotivasi kita untuk lebih baik lagi. Lebih mudah menggapai daripada mempertahankan, mempertahankan juara 1 se-Jakarta Barat nggak gampang di sini kita dituntut untuk extra konsen lagi,” tutur Freddy Ong yang menjabat Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi sejak 2016.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -