Tak Kenal Lelah Menafkahi Keluarga

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Tak ada hasil yang mengkhianati usaha, pepatah inilah sepertinya pantas disematkan kepada seorang nenek bernama Winarti (74) asal Cikarang, kab. Bekasi, Jawa Barat. Setiap hari ia bertahan dan tak kenal lelah menjual kue dengan berjalan kaki hingga puluhan kilometer. Semangatnya berjalan kue keliling pun tetap ada walaupun dalam keadaan sakit nyeri di punggung bagian belakang dan mengalami pengeroposan tulang sejak 2015.

Peni, anak pertama nenek Winarti sedang menunjukkan obat-obatan yang harus di minum setiap hari untuk mengurangi rasa nyeri di punggung ibunya. Peni inilah yang selalu mendampingi Winarti berobat ke rumah sakit.

Profesinya yang hanya sebagai penjual kue keliling tak menyurutkan niatnya untuk menghidupi ketiga anaknya dan 5 cucu setelah sang suami meninggal dunia akibat stroke. Anaknya yang pertama sudah menikah namun penghasilannya hanya cukup menghidupi keluarga dan bekerja serabutan. Sedangkan anak yang kedua menjual voucher pulsa telepon selular yang tak seberapa keuntungannya bahkan tekadang tak ada pemasukan lantaran tak ada pembeli.

Ferianto, Ketua relawan Tzu Chi komunitas Xie Li Cikarang dan Yusuf relawan yang sejak 2015 hingga saat ini selalu mendampingi nenek Winarti. Winarti sedang menunjukkan keranjang tempat kue-kuenya yang ia pakai untuk berjualan keliling kampung.

Ditemui di rumah kontrakannya di Kampung Kramat, Karang Baru, Kec. Cikarang Utara, Kota Cikarang pada Jumat, 28 Mei 2021, pagi itu Winarti terlihat sedang duduk-duduk di depan rumah kontrakannya. Sesekali, ia memeriksa isi tasnya yang sering ia bawa ketika berjualan kue. Ia ingin memastikan tak ada barang yang tertinggal terutama obat-obatan penghilang rasa nyeri untuk punggungnya.

Nenek Winarti, panggilan akrabnya, tak menyangka akan dibantu oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk mengobati sakit nyeri di punggungnya pada tahun 2015. Tzu Chi membantu pengobatan Winarti yang tidak ditanggung oleh BPJS dan transportasi dari rumah ke rumah sakit.

Nenek Winarti sedang memberitahukan bahwa sekarang jari-jarinya sudah membaik karena sebelumnya jari-jari tangannya terasa nyeri dan sulit digerakkan.

"Terima kasih udah dibantu, saya sangat bersyukur, sekarang udah bisa jualan lagi. Cuma karena sekarang pada sekolah di rumah saya jualan deket rumah yang bersebelahan dengan gereja, lumayan kalo pagi ada jemaat gereja pada beli kue saya,” kata Winarti.

Kepada tim redaksi Tzu Chi, Winarti mengaku bantuan hidup yang diberikan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia saat ini sudah melalui kartu ATM Tzu Chi. “Ini kartunya udah saya terima, jadi saya gak usah ke PGC Cililitan (salah satu kantor Tzu Chi) lagi, jauh sekali kesana, naik tangganya susah saya,” jelas Winarti.

Dari bantuan Tzu Chi yang ia terima, Winarti selalu mendonasikan uangnya sebesar Rp 10.000 kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia di setiap bulannya. Sisanya pun ia gunakan untuk belanja kue yang akan di jual kembali, dan untuk kebutuhan sehari-hari. "Begitu saya terima uang dari Tzu Chi saya langsung titip ke Koh Feri (relawan Tzu Chi komunitas Xie Li Cikarang) Rp. 10 ribu untuk sumbang ke Tzu Chi," ujar Winarti.

Nenek Winarti dimasa pandemi Covid-19 berjualan kue di samping rumahnya yang bersebelahan dengan gereja. Setiap pagi jika ada jemaat gereja yang datang selalu membeli kue-kue Winarti.

Relawan Tzu Chi Cikarang, Ferianto dan Yusuf pun mendampingi Winarti sejak tahun 2015 hingga saat ini. Awal pertemuan Ferianto dengan Winarti saat ia menjajakan kue-kuenya di sekolah anak dari Ferianto dan sudah menjadi langganan. Setelah lama menjadi pelanggan tetap, Winarti mulai menceritakan kesulitan ekonominya kepada Ferianto, ketika suami Minarti mengalami penyakit stroke, anak-anaknya belum bekerja, Winarti juga kesulitan untuk membayar kontrak rumah dan kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari.

Kemudian di tahun 2015 itulah Ferianto mulai mensurvei dan mengunjungi rumah Winarti untuk melihat kondisi rumah dan keadaan keluarganya. Di tahun yang sama, Winarti mengalami penyakit yaitu rasa nyeri di bagian punggungnya. Penyakit nyeri punggung ini sangat mengganggu Winarti untuk berjualan. Dengan mendapat bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Minarti berharap dapat berjualan kembali tanpa merasakan rasa nyeri di punggung.

 

Yusuf, relawan Tzu Chi Cikarang bersama Ferianto berkesempatan memberikan paket bantuan peduli Covid-19 dari Tzu Chi kepada Winarti yang sangat terdampak secara ekonomi akibat pandemi Covid-19.  

Ferianto selalu mendampingi pengobatan Winarti mulai dari berobat ke Klinik Cikarang Medika hingga dirujuk ke RSUD Bekasi. Tujuh tahun sudah Ferianto dan Yusuf mendampingi Winarti hingga hari ini, banyak perubahan yang baik dari kondisi fisik dan mental Winarti.

“Awal saya ketemu dia (Minarti) selalu mengeluh terus, seperti orang putus asa. Sekarang kita bisa lihat sendiri dari gaya bicaranya sangat menggebu-gebu. Saya lihat Winarti punya semangat baru dan kesehatannya mulai baik lagi walaupun usianya sudah 74 tahun,” ungkap Ferianto.

Semangat hidup Winarti membuat para relawan Tzu Chi Cikarang turut senang dan bergembira. Hal ini juga sekaligus menjadi pembelajaran yang baik bagi para relawan muda untuk belajar semangat hidup tanpa lelah untuk menjalani kehidupan. “Melihat semangat hidup dan kesembuhan Winarti menjadi kebahagiaan bagi relawan,” lanjut Ferianto.

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Mengusahakan yang Terbaik untuk Nadira

Mengusahakan yang Terbaik untuk Nadira

04 Juni 2021

Terlahir normal, namun pada usia delapan bulan kondisi kepala Nur Annisa atau Nadira kian membesar dari hari ke hari hingga vonis hidrosefalus menghampirinya.

Suasana Natal di Radmila Children's Home Batam

Suasana Natal di Radmila Children's Home Batam

27 Desember 2017
Sukacita Natal hadir lebih awal di Radmila Children’s Home, Batam, Minggu, 17 Desember 2017. Pada hari itu, 14 muda mudi Tzu Chi (Tzu Ching) dan 8 relawan Tzu Chi Batam mengadakan kunjungan khusus ke panti asuhan yang ada di Jl. Ahmad Dahlan, Marina City itu.
Merasakan Cinta Rodiah untuk Via

Merasakan Cinta Rodiah untuk Via

29 November 2017

Setiap hari Rodiah harus mengurus cucunya, Alvia Bilqis Chairunisa (11). Mulai dari memandikan, menyuapi, dan lain sebagainya. Ia juga masih harus mengantarkan Via ke rumah sakit apabila cucunya mendadak kejang.

Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -