Minggu pagi itu, 8 Desember 2024, para relawan Tzu Chi dari Komunitas He Qi Barat 2 mengunjungi Mirayanti yang kini tinggal di Wisma Lansia Maria Salve yang berada di bilangan Cengkareng, Jakarta Barat.
Mirayanti (52) tak bisa bayangkan bagaimana jadinya jika hari itu relawan Tzu Chi tak datang ke kos-nya. Pada 3 November 2024, tim relawan menemukannya dalam kondisi kritis. Ternyata sudah sepekan Mirayanti yang tinggal sebatang kara itu tak keluar kamar karena sakit.
“Saya sangat bersyukur kalau tidak bertemu dengan relawan Tzu Chi, saya tidak tahu apakah saya tertolong karena saya benar-benar drop waktu itu,” kata Mirayanti yang setelah insiden itu kini tinggal di Wisma Lansia Maria Salve, di Cengkareng, Jakarta Barat.
Mirayanti menjadi penerima bantuan Tzu Chi jangka panjang atau Gan En Hu sejak Oktober 2024. Ia dibantu biaya hidup untuk membayar kos dan berobat. Akibat diabetes, ada luka memar di tangannya. Karena itu juga ia tak bekerja lagi. Sebelumnya ia bekerja sebagai asisten rumah tangga. Mantan bosnya sesekali membantu keuangannya. Karena tak cukup untuk berobat, ia mengajukan bantuan Tzu Chi.
Sebenarnya pada 3 November 2024 itu, relawan tak sengaja datang ke kos-nya. Mulanya tim relawan hendak mengunjungi Gan En Hu lain. Tapi sesampainya di rumah Gan En Hu ternyata tak ada orang. Karena Mirayanti sehari sebelumnya tak datang mengambil jatah bantuannya dan tak bisa dihubungi, tim relawan pun mendatangi langsung tempat tinggalnya.
“Kami ketok pintu, enggak ada respon, para relawan perempuan pun coba buka pintunya, untung pintu tak dikunci,” kata Leni, relawan Tzu Chi.
Mirayanti ditemukan sekarat. Kondisi kamarnya sangat memprihatinkan dengan bau tak sedap. Cepat-cepat Leni dan para relawan perempuan memakaikannya baju. Relawan juga membersihkan kamarnya agar tak separah itu.
Leni mengecek kondisi tangan Mirayanti. Pada 17 Desember 2024 mendatang, Mirayanti mesti kontrol lagi ke RSCK.
Leni dan Joliana dengan lembut meminta Mirayanti untuk dapat lebih menerima kondisinya saat ini.
Karena Mirayanti tak punya BPJS, tim relawan lalu menelepon Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi, Cengkareng untuk minta bantuan ambulan. Ia dirawat di ruang ICU selama 7 hari dan di kamar rawat inap 3 hari, total 10 hari di RSCK.
Agar ada yang merawatnya, tim relawan pun mencarikan panti. Kebanyakan panti jompo hanya menerima lansia 65 tahun ke atas, karena itu mencarikan panti untuk Mirayanti tak mudah. Karena belum dapat, tim relawan sementara mencarikan kos dekat RSCK. Tak cuma itu, para relawan juga membantunya mengurus layanan BPJS.
Berkat kegigihan tim, akhirnya mereka menemukan panti yang mau menerima Mirayanti, yakni di Wisma Lansia Maria Salve. Sejak 21 November 2024, ia tinggal di sana dan mendapatkan perhatian yang baik dari pengurus panti. Bantuan biaya hidup Mirayanti lalu ditambah nominalnya supaya dapat membayar biaya tinggal di panti.
“Hidup di sini lebih baik dari pada di kos karena banyak teman. Kalau di tempat kos, dia di kamar sendirian,” kata Leni. Suami Mirayanti sudah meninggal, ia masih punya kerabat dari keluarga ibu namun tak terlalu akrab.
Tak Cuma Membantu, Tapi Juga Mengedukasi Agar Punya Pikiran Positif
Relawan juga memberikan perhatian pada seorang oma yang tinggal di Wisma Lansia Maria Salve.
Pada Minggu 8 Desember 2024, tim relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 2 kembali menjenguknya. Tim relawan memberikan bingkisan Natal dan THR karena ia merupakan pemeluk Kristiani. Tak lupa tim relawan memberikannya pengertian untuk berpikir positif dan senantiasa bersyukur. Mirayanti saat ini belum bisa menerima perubahan hidup dari yang dulu bisa bekerja, kini sakit dan mesti tinggal di panti.
“Kita harus selalu berusaha punya pikiran yang positif ya Bu..” ujar Joliana dengan lembut pada Mirayanti.
“Di panti kan sudah dikasih makan, dikasih tempat tinggal, banyak teman, ada hiburan, TV, Jadi kita harusnya bersyukur ya..” sambung Suryani, relawan lainnya. Mirayanti mengangguk.
“Tuhan masih memberi saya kesempatan, saya belum bisa menjadi berkat bagi orang banyak. Saya mau menolong orang karena saya melihat dengan mata kepala sendiri relawan begitu baik, peduli padahal saya bukan siapa-siapa,” kata Mirayanti yang terharu dengan perhatian para relawan kepadanya.
Pada 17 Desember 2024 mendatang, Mirayanti mesti kontrol lagi ke RSCK. Karena itu para relawan juga mengedukasinya untuk menjaga pola makan dan istirahat agar lekas sembuh.
“Kalau mengikuti ego, dan kita bertemu dengan Gan En Hu yang misalnya, sudah dibantu tapi maunya banyak, bisa-bisa kita tinggalkan. Tapi balik lagi ke tujuan awal, kita masuk Tzu Chi untuk apa? Kan untuk bantu orang. Dan ini kan orang yang sedang butuhkan bantuan. Jadi kami secara berkesadaran saling bahu-membahu karena ini tidak bisa ditangani sendiri, ini harus tim, banyak relawan yang turut andil,” pungkas Leni.
Sebuah penelitian membuktikan, melakukan hal-hal baik untuk orang lain dapat meningkatkan serotonin, neurotransmitter yang bertanggung jawab atas perasaan puas dan sejahtera. Bagi para relawan, Tzu Chi tak hanya wadah untuk berbuat baik karena begitu banyak kegiatan yang bertujuan menolong orang lain. Lebih dari itu, Tzu Chi juga menjadi wadah untuk melatih diri menjadi seseorang yang lebih baik, lebih bijaksana.
Editor: Arimami Suryo A.