Tak Sekedar Profesional, Namun Juga Penuh Cinta Kasih

Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul Khotimah


Dalam hitungan bulan, Tzu Chi Hospital Indonesia bakal memulai pelayanannya. Soft opening-nya akan dilangsungkan pada 1 April 2021. Enam bulan jelang soft opening, Tzu Chi Hospital Indonesia intens membekali para stafnya dengan berbagai pelatihan. Salah satu yang paling ditekankan dalam rangkaian pelatihan ini adalah tentang filosofi Tzu Chi yang juga menjadi filosofi dari Tzu Chi Hospital Indonesia.

Pelatihan pertama digelar pada Sabtu, 3 Oktober 2020 lalu secara online. Topik yang dibahas adalah sejarah dan latar belakang serta arah yang akan dicapai oleh Tzu Chi Hospital Indonesia.

Mengenai sejarah, para staf mendengarkan sharing dari Lin Bi-yu, Wakil Ketua Tzu Chi Internasional. Lin Bi-yu menceritakan tantangan berat yang dialami Master Cheng Yen kala mendirikan rumah sakit Tzu Chi yang pertama di Taiwan.


Ketua Tzu Chi Indonesia merasa optimis Tzu Chi Hospital Indonesia dapat memberikan pelayanan kesehatan yang penuh cinta kasih kepada masyarakat.

Prof.DR.Dr.Satyanegara Sp.BS (K), Direktur Senior Tzu Chi Hospital Indonesia juga memberikan materi, yaitu mengapa Tzu Chi Indonesia akhirnya mendirikan Tzu Chi Hospital yang bertaraf internasional.

Disambung Dr.Gunawan Susanto, Sp.BS, Direktur Utama Tzu Chi Hospital Indonesia yang menyampaikan visi dan harapannya kepada para staf. Ia meminta para staf terus mengasah empati sehingga dalam bekerja bisa memberikan layanan yang prima dan penuh cinta kasih kepada pasien dan keluarga pasien.

Berbeda dengan Rumah Sakit Lainnya

Rohani, Kepala Perawat Tzu Chi Hospital tahun lalu berkesempatan mengikuti pelatihan serupa secara langsung di Taiwan. Ia pun lebih merasakan bagaimana Budaya Humanis Tzu Chi yang dipraktikkan di rumah-rumah sakit Tzu Chi di Taiwan.

“Di Tzu Chi punya Budaya Humanis yang memang betul-betul tercermin, harus diaplikasikan kepada pasien-pasien. Kita tidak bisa membeda-bedakan satu pasien dengan pasien lain dengan berbagai latar belakang pendidikan, sosial ekonomi, atau apapun,” kata Rohani. 


Rohani mengajak para anggotanya untuk selalu mempraktikkan Gan En Zun Zhong Ai agar ketika Tzu Chi Hospital Indonesia mulai beroperasi, mereka dapat mengaplikasikannya secara baik.

Budaya Humanis tersebut antara lain adalah Gan En Zun Zhong Ai (bersyukur, menghormati, dan cinta kasih). Gan En yakni rasa syukur yang tinggi akan membuat seseorang selalu bersemangat. Kemudian Zun Zhong adalah menghormati, dengan menghormati semua orang dari segala lapisan, tentu akan membuat seseorang menjadi rendah hati, suka menolong tanpa pamrih. Lalu Ai (cinta kasih) adalah menyayangi semua orang. Satu sama lain saling mengasihi membuat seseorang merasa semakin berarti. 

Gan En Zun Zhong Ai  sebenarnya kan sifat dasar ya, tapi pada training kali ini lebih mengingatkan kembali bahwa kita di Tzu Chi beda dengan di tempat-tempat lain yang benar-benar kita harus punya budaya humanis Tzu Chi yang harus diterapkan,” tambahnya.

Sebagai Kepala Perawat, Rohani mengajak anggota timnya selalu dan semakin mempraktikkan Gan En Zun Zhong Ai. Ini supaya ketika Tzu Chi Hospital Indonesia mulai beroperasi maka Gan En Zun Zhong Ai sudah menjadi bagian dari kepribadian para staf.

“Agar nanti saat melayani pasien, itu tidak hanya wacana yang masih di sini (pikiran) tapi benar-benar sudah teraplikasi di dalam perilaku kita sehari-hari,” pungkasnya.

Jatuh Cinta dengan Filosofi Tzu Chi


Hasan Widjaja turut menjadikan Tzu Chi Hospital sebagai wadah untuk pengabdian bagi masyarakat tanpa melihat latar belakang mereka.

Sebelum bekerja di Tzu Chi Hospital Indonesia, Hasan Widjaja tak mengenal Tzu Chi sama sekali. Bahkan Wakil Kepala Bidang Hukum dan Pengembangan Bisnis Tzu Chi Hospital Indonesia ini sempat merasa khawatir. Khawatirnya, ia yang kebetulan Kristiani, ketika bekerja di Tzu Chi akan diarahkan ke hal-hal yang sifatnya identitas agama.

“Tapi ternyata sama sekali tidak. Di sini ajarannya lebih ke arah bagaimana kita mengembangkan cinta kasih tanpa melihat agama ataupun suku, ras dan lain-lain. Jadi di situ saya merasa tersentuh,” tutur Hasan.

Memberikan cinta kasih tanpa melihat latar belakang inilah yang membuat Hasan bertekad memberikan yang terbaik di Tzu Chi Hospital Indonesia. Ditambah dengan pengalaman bekerja yang ia miliki di rumah sakit sebelumnya, ia berharap bisa bersumbangsih banyak di Tzu Chi Hospital sehingga bisa menolong lebih banyak orang lain lagi.

“Jadi seperti tadi sudah dijelaskan oleh Prof Satyanegara juga kalau Tzu Chi Hospital ini bukan profit oriented, tapi charity hospital. Jadi ini juga semakin menguatkan tekad saya, merasa mantap membantu di Tzu Chi,” sambungnya.

Melihat kesungguhan hati para pimpinan Tzu Chi Hospital Indonesia, Ketua Tzu Chi Indonesia Liu Su Mei semakin optimis bahwa Tzu Chi Hospital akan menjadi rumah sakit yang dapat memberikan pelayanan yang penuh cinta kasih.

“Tahun depan rumah sakit kita, Tzu Chi Hospital akan diresmikan, resmi beroperasi. Saya sangat penuh kepercayaan diri dan sangat  yakin bahwa Prof.DR.Dr.Satyanegara dan Dr.Gunawan Susanto dan para staf semuanya memiliki semangat, tanggung jawab serta kekuatan ikrar yang sangat besar sehingga saya yakin Tzu Chi Hospital pasti akan menjadi rumah sakit yang penuh cinta kasih dan penuh budaya humanis,” ujar Liu Su Mei optimis.

Dengan beroperasinya Tzu Chi Hospital Indonesia pada 1 April 2021 mendatang maka makin melengkapi dan makin paripurna pelaksanaan Misi-misi Tzu Chi di Indonesia.

Editor: Erli Tan


Artikel Terkait

Tak Sekedar Profesional, Namun Juga Penuh Cinta Kasih

Tak Sekedar Profesional, Namun Juga Penuh Cinta Kasih

07 Oktober 2020
Dalam hitungan bulan, Tzu Chi Hospital Indonesia bakal memulai pelayanannya. Soft opening-nya akan dilangsungkan pada 1 April 2021. Enam bulan jelang soft opening ini, Tzu Chi Hospital Indonesia intens membekali karyawannya dengan berbagai pelatihan. Salah satu yang ditekankan dalam rangkaian pelatihan ini adalah tentang filosofi Tzu Chi yang juga menjadi filosofi dari Tzu Chi Hospital Indonesia. 
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -