Tampilan Baru Sarana Menuntut Ilmu
Jurnalis : Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Rangga Setiadi, Hendra Gusnadhy, Galvan (Tzu Chi Bandung)Keadaan Bangunan sekolah yang hancur terkena gempa. |
| ||
Wilayah Bandung Selatan, khususnya Pangalengan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Bandung merupakan daerah paling parah yang terkena dampak dari gempa bumi. Murid yang seharusnya menuntut ilmu di dalam kelas dengan bimbingan para guru, harus kehilangan kesempatan untuk belajar. Paska gempa bumi, bangunan sekolah sudah tidak layak pakai. Para murid tidak lagi memiliki sarana untuk menggapai cita-cita mereka. Namun hal itu tidak berlarut lama. Yayasan Buddha Tzu Chi bekerja sama dengan Kodam III/ Siliwangi, menunjukkan kepedulian dengan memberikan bantuan berupa pembangunan kembali sekolah yang hancur terkena gempa, yaitu SDN 1 dan 3 Pangalengan. Pembangunan Total
Ket : - Meskipun tidak nyaman, namun para siswa mencoba untuk berkosentrasi belajar di sekolah bambu, hingga proses pembangunan sekolah mereka selesai. (kiri) Perubahan sekolah menuju ke arah yang lebih baik pun dimulai. Sekolah dengan luas tanah 6,927 m2 ini dibangun kembali, dengan melibatkan sekitar 150 seniman bangunan beserta Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pembangunan tidak mengembalikan sekolah ke bentuk semula. Namun, arah pembangunan dikonsep kembali dari segi arsitekturnya, juga ada penambahan beberapa sarana penunjang lainnya. Sebuah gagasan yang kreatif untuk mewujudkan kenyamanan menuntut ilmu bagi para penerus bangsa. Tidak hanya bangunan saja yang mengalami perubahan. Nama sekolah pun ikut berubah nama menjadi Sekolah Unggulan Cinta Kasih Pangalengan yang semulanya bernama SDN 1 dan 3 Pangalengan (peleburan sekolah antara SD 1 dan 3). Perubahan yang terjadi pada sekolah ini terdapat pada penambahan beberapa ruangan yang berfungsi sebagai sarana penunjang, serta menambahkan bangunan sekolah menjadi menjadi 2 lantai. Pada bagian lantai 1 terdapat 24 ruangan yang terdiri dari 21 ruangan kelas, 1 ruang UKS, 1 ruang tata usaha, 1 ruang aula, serta toilet pria dan wanita yang dilengkapi dengan wastafel yang dibagi menjadi 4 unit. Ditambah dengan sarana penunjang lainnya yang terdiri dari lapangan upacara/lapangan basket, masjid, pos jaga, dan kantin. Sedangkan di lantai 2 terdapat ruang perpustakaan, laboratorium komputer yang dilengkapi fasilitas internet, laboratorium IPA, laboratorium bahasa, dan 2 unit toilet guru yang merupakan fasilitas baru di sekolah ini. Sedangkan ruang guru dan ruang kepala sekolah merupakan fasilitas yang sudah ada di sekolah ini, hanya saja terjadi pemindahan ruangan yang letaknya terdapat di lantai 2. Tidak hanya pembangunan sekolah saja yang dikerjakan. Penanaman pohon pun turut menjadi bagian dari proyek ini. Penanaman pohon di sekolah ini merupakan perwujudan dari salah satu misi Tzu Chi yaitu misi pelestarian lingkungan. Beberapa jenis tumbuhan ditanam disini. Diantaranya ada sebanyak 20 pohon cemara norfolk yang beralaskan rumput hijau menghiasi sekolah ini. Penanamannya dilakukan di depan kelas dan mengelilingi lapangan basket. Ditambah dengan 2 pohon Pancasila (Taboe Boeya) yang terletak di bagian depan gedung sekolah yang penanamannya dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu Negara Hj. Ani Bambang Yudhoyono.
Ket : - Tidak hanya kokoh, bangunan sekolah ini juga selaras dengan alam. Berbagai tanaman pun ditanam sebagai salah satu bentuk nyata dari salah satu misi Tzu Chi yaitu pelestarian lingkungan. (kiri) Berubah 180 derajat Perubahan suasana dirasakan oleh Nenden, salah satu guru di Sekolah Unggulan Cinta Kasih Pangalengan. “Baru beberapa hari ini anak-anak senang dan nyaman dibandingkan di sekolah bambu, keliatan mereka,” katanya. Nenden pun berharap akan ada perubahan kualitas yang positif dari para murid yang menuntut ilmu di SD ini. “Mudah-mudahan ada, karena dengan sarana dan prasarana lengkap ini dibandingkan dengan sarana dan prasarana di sekolah bambu, mudah-mudahan disini bisa membangkitkan semangat anak-anak lagi. Mudah-mudahan anak-anak bisa memanfaatkan ini,” ungkapnya. Kini bangunan sekolah telah diisi kembali oleh aktivitas-aktivitas anak bangsa. Arsitektur sekolah dengan pedoman bangunan khas Tzu Chi yang kokoh, nyaman, dan penuh dengan kekuatan ini, tidak hanya menyajikan tempat belajar yang terlindung dari matahari dan hujan saja. Semoga hadirnya kembali sekolah ini dengan tampilan dan fasilitas yang baru dapat memberikan perubahan yang berarti dalam proses belajar mengajar di sekolah ini. Ditambah dengan lahan yang luas berbalut suasana alam yang sejuk, diharapkan ditempat ini lah para penerus bangsa bisa tampil gemilang demi menggapai cita-citanya. | |||
Artikel Terkait
Kamp 4 in 1: Mengaplikasikan Dhamma Menjadi Bodhisattva dalam Melenyapkan Penderitaan
01 Oktober 2024Kamp 4 in 1 pada 28-29 September 2024, menghadirkan 4 biksuni dari Griya Jing Si, di antaranya ada De Man dan De Jian Shifu yang juga membawakan materi pelatihan.