Tamu Istimewa Guest Room DAAI TV

Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra
 
foto

* Enjah dan pemeran Enjah, Nina Tamam, hadir dalam syuting episode terakhir 'Guest Room' drama terbaru DAAI TV, 'Senandung Mutiara Hati' yang diangkat dari kisah nyata Enjah.

“Lihatlah perbedaan Enjah yang asli dan yang bukan,” ucap Shahnaz Haque. Enjah dan “Enjah palsu” Nina Tamam serentak tertawa. Tokoh asli dan pemeran Enjah dalam drama terbaru DAAI TV, Senandung Mutiara Hati, menjadi tamu istimewa episode 10, episode terakhir Guest Room drama tersebut yang dipandu oleh Shahnaz Haque. Syutingnya sendiri dilakukan di studio DAAI TV Kamis sore, 28 Agustus 2008.

Drama 10 episode ini diangkat dari kisah nyata Enjah (46) yang pernah mendapatkan bantuan pengobatan dari Tzu Chi karena menderita lumpuh. Enjah –nama akrab Siti Khodijah– kini telah bisa berjalan, tidak lagi kurus kering dan jalan hidupnya pun telah cerah. Rumah produksi Kalyana Shira Film pimpinan Nia Dinata menjadi rekan DAAI TV mengangkatnya ke layar televisi dengan sutradara Reka Wijaya serta Nina Tamam, anggota grup vokal Warna, menjadi pemeran utama tokoh Enjah. “Pertamanya nggak percaya, kok muda, kok cantik,” puji Enjah kepada Nina, “Aktingnya bagus sekali.” Syuting drama ini telah dimulai sejak 21 Juni 2008 lalu dan kini tengah memasuki tahap post production.

Pertanyaan-pertanyaan cerdas dan sesekali menimbulkan keharuan terlontar dari bibir Shahnaz. Enjah sering menanggapinya dengan suara yang agak pelan. Nina yang duduk di samping Enjah kadang harus menepuk bahunya karena Enjah sering tak kuasa menahan haru dan matanya berkaca-kaca. “Impian yang jadi kenyataan,” kata Enjah tentang caranya menyikapi kisah hidupnya di masa lalu yang kini telah menjadi sejarah, “Saya ingin menjadikannya sebagai cermin untuk belajar.”

Kisah hidup Enjah adalah tentang keteguhan hati dan juga “permata” yang dimilikinya pada ketiga anaknya, Dede Sulaeman (15), Aditya Saputra (12), dan Indah Permata Sari (8). “Mama Enjah di balik semua cobaan itu, dapet karunia dari anak-anak yang luar biasa sayang, luar biasa tabah dan kuat,” kesan Nina. “Betapa mereka merupakan satu kesatuan yang utuh yang cinta satu sama lain,” tambahnya.

Nina yang memanggil Enjah dengan sebutan “Mama Enjah” pernah menderita kelainan tulang dan pernah mengikuti terapi. Menurut Nina, mengikuti terapi yang hanya sebentar saja rasanya sangat sakit, “Apalagi Mama Enjah yang lumpuh.” “Dari ujung kepala sampai kaki sakit sekali. Sering nangis,” kenang Enjah. Yang menjadikan Enjah kuat melawan rasa sakit ketika lumpuh sehingga akhirnya bisa berjalan setelah menjalani terapi dan duduk di kursi roda adalah anaknya. “Enjah tidak mau anak-anak Enjah selalu melayani Enjah seperti ini. Enjah pengin liat anak-anak Enjah seperti anak-anak yang lain,” ujar Enjah.

foto   foto

Ket : - Tentang harapan Enjah kepada anak-anaknya, Shahnaz Haque yakin dari seorang ibu yang hebat pasti
           anak-anaknya kelak akan menjadi hebat juga. (kiri)
         - Setelah memerankan kisah nyata Enjah, sikap Nina Tamam terhadap orangtua dan adik-adiknya kini mulai
           berubah. Ia menjadi lebih bersedia dimintai pertolongan, padahal sebelumnya ia sering merasa malas.
           (kanan)

Anaknya pula yang menjadikan Enjah bisa berdiri setelah menjalani terapi dan duduk di kursi roda. Ketika itu, anak-anaknya terbiasa menaruh baju di rak bawah sehingga Enjah bisa mengambilnya sambil tetap duduk di kursi roda. Pada suatu ketika, anak sulungnya, Dede, menaruh baju-baju tersebut di rak bagian atas. “De, kok jahat bener? Kamu nggak sayang sama Mama?” kata Enjah pada Dede. Dede menyahutnya, “Pokoknya Mama harus belajar. Kapan Mama bisanya kalo nggak belajar?” “Dede, Mama kan nggak bisa, tolong pindahin lagi ke bawah,” pinta Enjah, “Tolonglah, De. Dede nggak sayang sama Mama?” “Justru Dede sayang sama Mama biar Mama bisa, biar Mama usaha. Kalo Mama nggak diginiin, Mama nggak bisa-bisa. Dede nggak mau Mama duduk di kursi roda terus. Dede mau Mama berusaha bisa. Pasti Mama bisa!” Dede memberi semangat. Akhirnya dengan kesal dan marah, Enjah mencoba berdiri dari kursi roda untuk mengambil baju tersebut. “Waktu itu saya berpikir, ‘Mati, matilah. Jatuh, jatuhlah gue’,” kenang Enjah. Tapi ajaib, “Ya Allah, ternyata bisa!” Enjah justru bisa berdiri dan sejak itu ia mulai perlahan melupakan kursi rodanya. Akhirnya setelah sekian lama tersiksa, Enjah bisa berjalan kembali.

Kisah hidup Enjah telah menginspirasi orang, setidaknya bagi Nina yang memerankan tokoh Enjah. Sikap Nina terhadap orangtua dan adik-adiknya pun kini mulai berubah. “Biasanya aku suka take a granted dengan ibuku yang sehat walafiat. Tidak terbayang jika aku ada di posisi mereka,” kata Nina.

Enjah kini berharap anak-anaknya bisa menjadi orang yang berguna bagi orang banyak. “Ibu hebat garansi anaknya prosentase jadi hebat itu besar,” sahut Shahnaz mantap.

 

Artikel Terkait

Membangun Welas Asih dan Membangun Empati

Membangun Welas Asih dan Membangun Empati

13 September 2024

Relawan Surabaya mengumpulkan 23 orang anak asuh dan tujuh orang relawan pendidikan Tzu Chi di Depo Pendidikan Daur Ulang Tzu Chi Surabaya. Relawan membekali anak-anak asuh ini dengan pendidikan budi pekerti agar menjadi pribadi yang baik dan penuh cinta kasih.

Sumbangsih Jing Si Book & Café Kota Medan yang Berulang Tahun ke-7

Sumbangsih Jing Si Book & Café Kota Medan yang Berulang Tahun ke-7

11 November 2022

Jing Si Book & Café di Kota Medan telah berusia 7 tahun pada 7 November 2022. Untuk menyambut hari ulang tahunnya ini Jing Si Book & Café membagikan lebih dari 1.150 botol susu kacang kedelai dan kacang merah yang kaya akan nutrisi.

Gempa Palu: Keberangkatan Tim Medis Tzu Chi ke Palu

Gempa Palu: Keberangkatan Tim Medis Tzu Chi ke Palu

02 Oktober 2018

Hari ini, Selasa, 2 Oktober 2018, tepat pukul 14.23 WITA, relawan Tzu Chi Jakarta tiba di Makassar bersama 3 orang dokter, 2 perawat, dan 2 apoteker dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia untuk berkoordinasi pemberian bantuan bagi korban gempa dan tsunami di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah.

Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -