Tanda Mata untuk Si Kecil Banaran
Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati, Erli Tan, Henry TandoKartinah dengan penuh kasih sayang membelai sang buah hatinya, Ajik Saputra menjelang operasi pelurusan alat kelamin di RS Evasari, Jakarta Pusat.
Tangisan Ajik Saputra pecah saat tersadar usai menjalani operasi di RS Evasari Jakarta Pusat. Ibunya, Kartinah (23) berusaha menenangkan sang buah hati yang terus meronta. Berbagai cara dilakukan Kartinah, tapi tangisan bocah tiga setengah tahun itu tak kunjung reda. Meski begitu Kartinah tak menyerah untuk menenangkannya.
Satu jam lebih, Ajik berada di ruang operasi untuk menjalani operasi pelurusan alat kelamin akibat menderita hipospadia (lubang kencing tidak terletak di bagian yang semestinya). Menurut dokter yang menangani Ajik, orang yang menderita hipospadia biasanya lubang kencing terletak di bagian bawah penis bagian batang, leher, perbatasan antara penis dan buah zakar, atau di tempat buah zakar.
“Ajik cukup berat letaknya di kantong buah zakar,” ucap dr. Iskandar Budianto, SpBA, “Biasanya ditandai dengan penis yang bengkok. Untuk memperbaiki tahapannya meluruskan si penis kemudian membuat saluran baru di kepala penisnya.”
Operasi yang dijalani Ajik pada Senin siang (16/10/17) merupakan operasi tahap pertama yakni meluruskan penis. “Setelah enam bulan kita buatkan salurannya,” ujar Dokter Spesialis Bedah Anak ini.
Rasa Syukur yang Tak Terbendung
Kini kondisi Ajik sudah semakin membaik. Orang tua Ajik merasa sangat bahagia melihat anaknya telah berhasil melewati pengobatan melalui pembedahan ini. Masih akan dilakukan operasi yang kedua satu semester berikutnya. “Senang, anak bisa normal seperti teman-temannya,” ujar Kartinah bahagia.
Bocah berusia 3,5 tahun ini merupakan salah satu siswa TK Dharma Mulia yang berlokasi di Desa Banaran, Getasan, Kab. Semarang. Relawan Tzu Chi dan Dana Everyday, Natalia Sunaidi (kaos putih) berfoto bersama usai kegiatan pembelajaran berakhir.
Juny Leong berbincang dengan Kartinah dan Sunyoto di dalam kamar mereka.
Kelainan yang dialami Ajik merupakan bawaan sejak lahir. Namun orang tua tidak terlalu menyadarinya. “Tahunya usia enam bulan,” ucap sang ayah, Sunyoto (38). Seringkali Kartinah mengamati cara anak semata wayangnya saat buang air kecil. “Ajik kalau pipis jongkok,” kata wanita 23 tahun ini.
Kondisi Ajik yang berbeda dengan teman-temannya ternyata mempengaruhi kepercayaan dirinya. “Saya sedih (melihatnya), kalau (Ajik) mau pipis pas main bersama teman-temannya gitu pulang. Dia (jadi) anak pemalu,” ucap Kartinah lirih.
Meskipun mengetahui kelainan yang diderita buah hatinya ini, Sunyoto dan Kartinah tak bisa berbuat banyak. Ajik pun belum pernah diperiksakan ke rumah sakit lantaran kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan. “Kerjaan buruh tani, garap ladang orang. Penghasilan sehari paling 40.000 rupiah, itu pun tidak pasti (ada) kerjaan,” ujar Sunyoto.
Hingga di usia 3,5 tahun inilah, Ajik berjodoh dengan Yayasan Buddha Tzu Chi melalui Yayasan Dana Everyday yang saat itu berkunjung ke Desa Banaran untuk membantu pembangunan Sekolah Buddhis di sana.
“Waktu saya kunjungan ke sana, Bhante (panggilan Bhikkhu –red) Bhadraphalo bilang ada seorang anak namanya Ajik punya kelainan di alat kelaminnya jadi minta kita lihat siapa tahu kita bisa galang dana untuk penyembuhannya,” papar Natalia Sunaidi, Founder Yayasan Dana Everyday. “Anak ini kasihan dia minder kalau buang air kecil harus ngumpet-ngumpet karena merasa ada kelainan,” lanjutnya.
Kedatangan relawan Tzu Chi dan Yayasan Dana Everyday disambut hangat oleh keluarga besar Ajik ketika melakukan survei ke rumah yang dihuni sebanyak tiga kepala keluarga ini.
Dokter Iskandar (kiri) melakukan operasi yang pertama untuk Ajik Saputra yang menderita hipospadia sejak lahir.
Natalia bersama tim dari Yayasan Dana Everyday pun melakukan survei ke rumah Ajik. Melihat kondisi orang tua yang memang benar-benar tidak mampu, ia merasa tak sampai hati untuk tidak membantu pengobatan Ajik. Namun Yayasan Dana Everyday cenderung membantu pembangunan sekolah buddhis atau pun wihara selama ini. “Kita kurang mengerti karena Dana Everyday ini tidak untuk penyaluran dana untuk kesehatan,” ujar Natalia.
Beruntung salah satu anggotanya, Juny Leong juga merupakan relawan Tzu Chi. Juny Leong pun melakukan koordinasi dengan Tzu Chi. “Dari situ Juny Leong bilang oke lalu kita urus penjemputannya dan sebagainya,” ucap Natalia tersenyum.
Hal ini pun diiyakan oleh Juny Leong. “Setelah saya pulang dari Banaran, saya ada teman sejak kecil yang juga di Tzu Chi, Awaludin Tanamas. Saya tanya mau bantu tidak? Saya cerita banyak tentang anak ini, lalu beliau bilang oke,” cerita Juny Leong.
Dari sinilah Yayasan Buddha Tzu Chi membantu pengobatan Ajik. Selain biaya pengobatan, Tzu Chi juga menyediakan tempat tinggal di salah satu blok Rusun Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng. Sementara itu Yayasan Dana Everyday membantu pendampingan maupun biaya bulanan Ajik dan kedua orang tuanya selama di Jakarta untuk melakukan pengobatan. “Selanjutnya Tzu Chi bantu pengobatan, biaya hidup sehari-hari dari Dana Everday,” ucap Juny. “Dalam hal ini butuh banyak biaya. (biaya) Yang tidak di-cover Tzu Chi, maka Dana Everyday yang akan tanggung,” timpal Natalia.
Melihat banyak orang berhati mulia yang membantu pengobatan Ajik, sang ayah pun merasa bersyukur dengan apa yang diperolehnya. “Bersyukur masih ada orang yang mau membantu,” ungkap Sunyoto.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Satu Lagi Kisah Penerima Bantuan Implant Koklea dari Tzu Chi, Marcello Namanya
31 Maret 2022Saking semangatnya agar Marcello bisa dengar dan berbicara dengan jelas, sang ibu, Istiharoh membawanya mengikuti terapi di empat tempat dalam sepekan.
Mantap Bersama Tzu Chi
12 Desember 2017Dr. Karmelita Satari, SpM adalah salah satu tim medis yang telah dilantik pada tahun 2017 ini bersamaan dengan peringatan HUT Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia yang ke-15. Selain dilantik, dokter spesialis mata ini juga memberikan sharing di hadapan ratusan peserta pelantikan dan tamu undangan yang hadir.
Merawat Frans, Merawat Harapan
23 Juli 2020Frans Diego (38) dulunya merupakan pemuda yang cemerlang. Ia mahir di bidang komputer, bahkan telah bekerja sebelum lulus kuliah. Di hari wisudanya sebagai Sarjana Ilmu Komputer dari Universitas Gunadarma, rekan kerjanya pun berdatangan. Julia Marisi bangga dengan putranya dan yakin akan masa depan Frans yang cemerlang. Namun rupanya nasib berkata lain.