Tanda Solidaritas untuk Pencari Suaka

Jurnalis : Arimami Suryo, Fotografer : Arimami Suryo


Salah satu dokter dari TIMA memeriksa rekam medis berupa hasil rontgen milik salah satu pengungsi dalam kegiatan baksos kesehatan umum bagi para pengungsi di Cisarua, Jawa Barat.

Perpanjangan kerja sama antara Tzu Chi dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) pun berbuah manis di wilayah Cisarua, Jawa Barat. Udara dingin pegunungan langsung menyambut kehadiran rombongan relawan Tzu Chi yang datang bersama tim dokter serta perawat dari Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia yang akan melakukan kegiatan Baksos Kesehatan Umum bagi para pengungsi dari Afghanistan di Hotel Kenanga, Cisarua. Minggu, 8 April 2018.

Jalinan jodoh yang dimulai Tzu Chi dengan UNHCR pada tahun 2017 lalu membuahkan kesepakatan bahwa setiap 6 bulan sekali Tzu Chi memberikan pelayanan kesehatan bagi para pengungsi yang dinaungi oleh UNHCR. Kali ini pelayanan medis dilakukan untuk pengungsi Hazara yang telah meninggalkan Afghanistan dan berada di Indonesia.


Koordinator baksos kesehatan umum untuk para pengungsi, Ria Sulaiman memperkenalkan tentang Tzu Chi kepada para pengungsi asal Afghanistan dengan bantuan penerjemah bahasa dari Tzu Shao.

Kebanyakan dari para pengungsi tersebut tinggal sementara di wilayah Cisarua, Jawa Barat. UNHCR yang bekerja sama dengan Jesuit Refugee Service (JRS) yaitu NGO yang membantu mengurus kebutuhan serta keberadaan para pengungsi Hazara di Cisarua kemudian mendata para pengungsi yang memiliki keluhan kesehatan. Setelah persiapan selama satu bulan, Tzu Chi kemudian mengadakan baksos kesehatan umum bagi para pengungsi tersebut.

“Jadi awalnya ada rekomendasi dari UNHCR untuk melakukan kegiatan baksos kesehatan bagi para pengungsi dari Afghanistan di Cisarua, Jawa Barat. Kemudian kita realisasikan pelaksanaannya dengan data-data kesehatan pengungsi dari JRS,” ungkap Ria Sulaiman, relawan Tzu Chi yang menjadi Koordinator baksos kesehatan umum ini.


Salah satu anggota JRS, Leocadia Prima Puspitasari (baju biru) atau yang akrab disapa Sari sedang memberikan panduan di meja pendaftaran kegiatan baksos kesehatan umum bagi para pengungsi.

Bukan hal yang mudah juga bagi relawan Tzu Chi dan TIMA untuk memberikan pelayanan walaupun sudah ada data tentang rekam medis para pengungsi. Banyak dari pengungsi tidak bisa berbahasa Inggris, mereka hanya bisa berbahasa Parsi (bahasa yang dipakai orang Afghanistan). Beruntung Tzu Chi dibantu oleh dua orang dari Home of Arzu yang bisa beberapa bahasa. “Kebanyakan dari mereka tidak bisa berbahasa Inggris, hanya bisa bahasa dari negara asalnya. Beruntung dalam kegiatan ini kita dibantu oleh siswa yang berasal dari Home of Arzu yaitu Reza dan Amran yang bisa Berbahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Parsi,” ungkap Ria.

Disisi lain, tim medis dari TIMA juga berusaha memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada para pengungsi. Para dokter dan perawat membantu para pengungsi untuk memeriksa kesehatannya. “Solusi kita memberikan obat serta pendampingan terhadap pola hidup sehari-hari, sehingga keluhan kesehatan mereka bisa berkurang,” ungkap drRuth O Anggraeni yang ikut memeriksa langsung beberapa pasien. Dalam kegiatan baksos ini sebanyak 70 orang pengungsi dan 25 warga lokal berhasil mendapatkan pelayanan kesehatan dan 31 orang waiting list karena berbagai keluhan kesehatan.

Menjawab Kebutuhan Akan Kesehatan


DrRuth O Anggraeni berintraksi dengan salah satu warga lokal yang ikut memeriksakan kondisi kesehatannya dalam baksos kesehatan umum.

Keberadaan JRS di Cisarua memang fokus untuk memberikan perhatian serta membantu beberapa kebutuhan yang diperlukan oleh para pengungsi dari Afghanistan tersebut. Hal ini juga diungkapkan oleh Leocadia Prima Puspitasari (23), Case officer JRS Cisarua yang fokus di bidang kesehatan dan psycho social activity. “Kita di sini menerima request kesehatan mereka (pengungsi), menemani pengungsi ke rumah sakit, serta pendampingan untuk beberapa keperluan para pengungsi,” ungkap wanita yang akrab disapa Sari tersebut.

Permintaan request kesehatan tersebut kemudian direspon oleh UNHCR dan Tzu Chi. Sebelumnya, JRS juga melakukan pendataan terhadap pengungsi untuk mengikuti kegiatan baksos tersebut, sehingga memudahkan TIMA untuk memberikan pelayanan. “Bentuk kerja sama hari ini dalam bidang kesehatan saja, jadi request para pengungsi sudah bisa kita penuhi dengan bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan adanya baksos kesehatan umum. Rata-rata dari mereka itu menderita back pain (sakit punggung), sakit leher, asma, penyakit degenaratif, syaraf terjepit, dan berbagai penyakit lainnya,” kata Sari.


Sebelum diperiksa oleh dokter dari TIMA, para pengungsi memeriksakan kondisi fisik dasar, salah satunya dengan cek tekanan darah.

Sementara itu, dari pihak pengungsi juga sangat bersyukur karena kebutuhan mereka akan pelayanan kesehatan sudah bisa diakomodir. Hal ini juga diungkapkan oleh WA (14) yang mengantarkan ibunya yang sering mengeluh sakit di kaki dan kepala untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada baksos kesehatan umum yang diselenggarakan oleh Tzu Chi (untuk keamanan dan kenyamanan narasumber maka namanya kami samarkan -Red). “Saya rasa kegiatan ini sangat bagus bagi para pengungsi, karena kami memang membutuhkan pertolongan khususnya dalam hal kesehatan. Di sini kita bisa mengecek tekanan darah dan kondisi badan kita,” ungkap WA. 

Kedatangan WA beserta 8 orang anggota keluarganya ke Indonesia memang buntut dari kondisi keamanan di negara asalnya, Afghanistan. Menurutnya keadaan di Afghanistan sangat tidak menentu dan sering terjadi konflik bersenjata. “Di Afghanistan kedamaian dan keamanan sangatlah kurang, hal tersebut terjadi karena pemerintahnya tidak bisa mengontrol para tentara. Sering terjadi tembak menembak sehingga tidak aman untuk warga,” cerita WA yang bahasa Indonesianya terbata-bata tersebut.


WA, salah satu pengungsi dari Afghanistan sedang berbincang-bincang dengan relawan Tzu Chi.

Semenjak tahun 2017, WA bersama keluarganya tiba di Indonesia. Diusianya yang masih belia, ia pun harus merelakan dirinya tidak bersekolah, tetapi semangatnya untuk belajar sangat besar. “Saya selalu berpikir bahwa saya ingin menjadi dokter di masa depan. Karena bisa menolong orang lain jika sedang sakit. Saya tidak bersekolah di sini, tetapi pada pagi hari saya belajar bahasa Inggris dan pada sore hari belajar bahasa Indonesia dengan para relawan JRS,” tutur WA disela-sela menunggu pengambilan obat.

Editor: Yuliati

Artikel Terkait

Merajut Jalinan Jodoh Oma Opa

Merajut Jalinan Jodoh Oma Opa

21 April 2015 Setiap 3 bulan sekali, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat, Xie Li Pademangan selalu menyelenggarakan kegiatan rutin berupa baksos gratis bagi manula.
Mendonorkan Darah untuk Membantu Sesama

Mendonorkan Darah untuk Membantu Sesama

25 Agustus 2020

Pada 15 Agustus 2020 Tzu Chi Bandung mengadakan bakti sosial donor darah bersama Palang Merah Indonesia (PMI) yang berlangsung di Jing Si Tzu Chi Bandung, Jl. Jend. Sudirman no 628.

Mempererat Jodoh Baik di Neuhuen

Mempererat Jodoh Baik di Neuhuen

02 September 2016
Jalinan jodoh antara Tzu Chi dengan warga Perumahan Cinta Kasih Neuhuen, Aceh Besar kembali terjalin dengan diadakannya Baksos Pemeriksaan Kesehatan Gratis pada 28 Agustus 2016.
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -