Tanggung Jawab Kita Bersama
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto Seusai acara sosialisasi, relawan juga mengajak para siswa-siswi untuk peduli pada penderitaan masyarakat Jepang yang terkena gempa dan tsunami beberapa waktu lalu. |
| ||
Selama 5 jam itulah sebanyak 540 siswa SD sampai SMA mengikuti sosialisasi Tzu Chi secara bergantian dalam dua sesi. Sesi pertama pukul 8.00 – 11.00 WIB, dan sesi kedua pukul 11.00 – 13.00 WIB. Kehadiran Tzu Chi di sekolah itu bisa dikatakan sebuah jalinan jodoh. Rusaknya ekosistem, ekologi, dan keanekaragaman hayati yang mempunyai dampak besar terhadap siklus kehidupan manusia, merupakan salah satu faktor utama menjawab mengapa harus dibentuk kader-kader lingkungan di tingkat sekolah. Karena itulah Agustina Purwaningsih selaku Kepala Unit Sekolah Damai memikirkan cara menyampaikan pelestarian lingkungan kepada murid-murid di sekolahnya. Berhubung ia pernah mengenal Tzu Chi, maka seketika itu Agustina langsung membuka Website Tzu Chi dan mencari tahu segala informasi pelestarian lingkungan dari website itu. Namun belum ia sempat menuntaskan pencariannya, Metasari salah satu alumni murid Sekolah Damai datang mengunjunginya dan mengatakan kalau ada lembaga sosial tempat Meta bergabung mencoba memberikan sosialisasi. Lembaga itu adalah Tzu Chi. Mendengar kata Tzu Chi, Agustina langsung terperanjat, karena apa yang ia cari tiba-tiba hadir bagai sebuah keberuntungan. “Pasti sudah ada yang mengatur. Artinya saat kita membutuhkan tentang bagaimana melestarikan lingkungan, lalu ada yang mengutus untuk datang ke sini, yaitu relawan Tzu Chi,” katanya. Maka pada hari itu di awal April 2011, Agustina bertemu dengan Florentina Limanto, relawan Tzu Chi. Pada kesempatan yang baik itu Florentina menyampaikan maksudnya untuk memperkenalkan Tzu Chi dan menjalin kerjasama dengan Sekolah Damai dalam kegiatan sosial. Permintaan ini pun langsung disambut baik oleh Agustina, dan pada Jumat 8 April 2011, sosialisasi itu dilaksanakan.
Keterangan :
Menurut Florentina melalui sosialisasi ini, Tzu Chi ingin membangun kesadaran pada siswa-siswi, bahwa upaya pelestarian lingkungan, penanggulangan, dan pencegahan kerusakan lingkungan merupakan tugas dan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah atau kelompok tertentu saja. Karena di setiap aspek kehidupan selalu ada keterkaitan antara aktivitas manusia dengan lingkungan, maka diharapkan kepada semua peserta yang hadir agar dapat meneruskan informasi dan penyadaran kepada orang-orang terdekat mengenai pentingnya pelestarian lingkungan. Pandangan inilah yang membuat Agustina selaku Kepala Unit Sekolah berencana mengajak siswa-siswinya mengunjungi Posko Daur Ulang Tzu Chi di Cengkareng untuk mempelajari lebih lanjut tentang pengolahan sampah daur ulang. Karena ia berharap melalui perkenalan ini dapat mengubah pola pikir dan sikap siswa-siswi terhadap lingkungan dan bumi ini. Dalam pertemuan yang singkat itu Agustina juga mengungkapkan kalau ia tersentuh pada sikap relawan yang sangat peduli pada penghematan energi. “Waktu relawan Tzu Chi masuk ke aula kami, saya terkejut salah satu relawan minta tolong untuk mematikan lampu. Menurut relawan itu tanpa cahaya lampu pun ruangan itu sudah terang oleh cahaya matahari. Artinya hal semacam ini kadang tidak kita hiraukan,” ungkapnya.
Keterangan :
Setidaknya melalui sosialisasi itu dapat dipetik pesan, bahwa penyelamatan lingkungan harus dimulai dari setiap individu. Oleh karena itu pandangan menghargai lingkungan sudah harus ditanamkan sejak dini yang berlanjut terus sampai perguruan tinggi dengan materi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan akal dan nalar. Dengan begitu diharapkan nantinya akan timbul budaya baru di masyarakat, yaitu budaya pelestarian lingkungan. Budaya inilah yang nantinya akan mempercepat perbaikan kondisi lingkungan ke arah yang lebih kondusif. Jika di setiap rumah tangga mampu menerapkan konsep bersahabat dengan alam seperti: memilah sampah daur ulang, mengolah sampah dapur menjadi kompos, menghemat penggunaan air dan listrik, serta menanam pohon, tentunya kondisi lingkungan akan semakin baik dan semakin terasa nyaman. Setelah sosialisasi pelestarian lingkungan selesai disampaikan, di penghujung acara relawan Tzu Chi mengajak siswa-siswi untuk menggalang dana bagi korban tsunami di Jepang. Mengenai penggalangan dana ini, Agustina juga menjelaskan kalau pihaknya tidak keberatan. Menurutnya kebetulan pada bulan April ini di Sekolah Damai sedang melaksanakan Aksi Puasa Pembangunan yang bertemakan Mari Berbagi. “Saya kira ini adalah pas. Karena ada relawan Tzu Chi yang mengajak untuk membagikan kepedulian dan cinta kasih kita kepada saudara-saudara kita yang terkena musibah di Jepang. Kegiatan ini tidak bertentang dengan sekolah kami dan filosofi kami,” jelasnya. | |||
Artikel Terkait
Gempa Palu: Cinta Kasih ini Bukan Kiasan
24 Oktober 2018Relawan Tzu Chi memberikan selimut kepada warga di 6 posko pengungsian pada Selasa, 23 Oktober 2018. Relawan Tzu Chi juga mengajarkan para ibu-ibu di pengungsian untuk memasak dan mengolah Nasi Jing Si.
Memperkokoh Tekad Awal
03 Desember 2014Minggu pagi 30 November 2014, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengawali kegiatan Gong Xiu (kebaktian) yang secara rutin dilaksanakan sebulan sekali. Kali ini kegiatan Gong Xiu dikemas berbeda dengan bulan yang lalu agar relawan tidak merasa bosan dan jenuh seperti kegiatan sebelumnya.
Portal Menjadi Relawan Tzu Chi
07 November 2022Tzu Chi Batam kembali mengadakan Sosialisasi Relawan Baru yang terakhir di tahun 2022. Tujuan sosialisasi ini untuk mengajak lebih banyak orang turut menebarkan cinta kasih dan peduli kepada sesama. Sosialisasi ini diikuti oleh 29 calon relawan baru.