Tangisan Seribu Makna

Jurnalis : Djunarto (He Qi Timur), Fotografer : Tony Coason (He Qi Timur)
 
foto

* Situasi lapangan yang tidak begitu bersahabat dengan hujan gerimis disertai tiupan angin kencang tidak menyurutkan niat para relawan untuk berbuat kebajikan.

Langit tidak begitu bersahabat, mendung disertai tiupan angin kencang. Hari Minggu tanggal 8 Februari 2009, relawan in duty berkumpul di Sport Club Kelapa Gading untuk membagi tim yang bertugas. Kali ini relawan dibagi dalam 5 tim besar, yang masing-masing mempunyai tugas berbeda-beda sesuai jadwal yang direncanakan. Ada tim yang bertugas di bagian penyerahan kunci rumah bebenah kampung Pegangsaan 2, ada juga yang bertugas di bagian survey kasus dan kunjungan kasih.
Para relawan dengan sangat berhati-hati menyusuri gang-gang sempit, yang terkadang disusun dari timbunan tanah yang dilapis kayu seadanya. Kondisi gang sangat gelap karena cahaya matahari tertutup oleh barisan rumah-rumah yang saling berdempet.

Rombongan kami kebetulan mendapat tugas untuk melakukan survey pasien bantuan pengobatan khusus dan kunjungan kasih di daerah Pedongkelan, Jakarta. Karena kendaraan tidak dapat masuk ke jalan yang sempit, kami pun turun dan berjalan kaki melalui gang yang berliku-liku ke tempat Robin yang mengajukan permohonan bantuan. Seorang ibu dengan senang hati mengantarkan kami ke tempat yang dimaksud meskipun pada saat itu hujan sedang turun dengan lebatnya. Kami pun dengan bersemangat mengikuti langkahnya. Apa mau dikata, ternyata rumah yang dimaksud tetap saja salah alamat, sehingga kami berinisiatif menuju rumah mantan penerima bantuan pengobatan, Simon, yang juga tinggal di daerah tersebut.

foto  foto

Ket : - Tzu Ching (generasi muda Tzu Chi) ikut bertanya jawab dengan Simon dan Ida Farida. Menantu keluarga ini
           tertimpa musibah, tidak dapat melihat setelah mengalami kecelakaan motor beberapa waktu lalu. (kiri)
         - Di atap inilah keluarga Simon mengungsi dan menghabiskan malam mereka bilamana banjir datang.
            (kanan)

Sesampainya di sana, kami disambut oleh Simon (74 tahun). "Pak, apakah bapak kenal Saudara Robin yang beralamat di RT 4?" Tanya kami sambil menunjuk formulir permohonan). "Oh, itu menantu saya," jawab bapak tua itu. Ternyata Robin ini adalah menantu Simon. Terjawab sudah kebingungan kami setelah nyasar 3 kali.

Tidak lama kemudian, muncullah Ida Faridah (60 tahun). Ibu ini sudah mengetahui maksud kedatangan relawan Tzu Chi. "Memang Robin menantu saya yang mengajukan kasus pengobatan. Begini nak ceritanya, menantu saya ini sehari-harinya bekerja sebagai tukang ojek, dan suatu hari karena hujan deras, menantu saya terjatuh dari sepeda motor dan menimpa kepalanya, besoknya mata menantu saya tidak bisa melihat." Sampai di sini Ida tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. "Sekarang menantu ibu ada dimana?" tanya relawan. "Menantu saya sedang membawa anak saya yang tinggal 2 minggu lagi akan melahirkan untuk mengungsi ke Pondok Gede. Rumah saya belakangan ini sering terendam banjir tahunan, dan kadang-kadang banjir bisa sampai setinggi leher orang dewasa," tutur ibu ini sambil terisak-isak menunjuk atap rumahnya yang diberi alas kaso (bambu yang melintang di dekat atap) dialasi tikar bambu untuk mengungsi apabila banjir datang.

Lihatlah keluarga ini, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Semestinya kita semua mensyukuri nikmat dan karunia Tuhan. Master Cheng Yen selalu berpesan agar kita jangan mudah mengeluh, di balik sebuah peristiwa pasti ada hikmah yang bisa dipetik. Ditilik dari kondisi yang dialami keluarga Simon ini, kita harus bersyukur karena sampai saat ini masih diberikan kenyamanan dan kehidupan yang jauh lebih layak. Masihkah kita mau mengeluh ?

 

Artikel Terkait

Lebih Dekat dengan Tzu Chi

Lebih Dekat dengan Tzu Chi

02 Juni 2009 Dalam kegiatan ini, selain Stan Penjualan Produk Jing-Si Books & Café, juga diadakan pameran poster kegiatan Tzu Chi dan Stan DAAI TV. Dari Stan DAAI TV ini, diharapkan masyarakat dapat mengenal lebih dekat DAAI TV, dan pengunjung yang ingin bersumbangsih sebagai pendukung siaran TV yang benar, bajik dan indah ini, dapat mendaftarkan diri menjadi “Sahabat DAAI TV”.
Gempa Jepang: Galang Hati di Shinjuku

Gempa Jepang: Galang Hati di Shinjuku

21 Maret 2011 Hari jumat, 18 Maret, sebanyak 18 orang relawan Tzu Chi turun ke jalan raya di Shin-Okubu dan Shinjuku Nishiguchi untuk menggalang dana bagi korban gempa dan tsunami di Jepang.
Memberikan Pengobatan ke Berbagai Desa

Memberikan Pengobatan ke Berbagai Desa

18 Juni 2012 Kesabaran para tim medis dan relawan benar-benar diuji dengan terus tanpa lelah menjelaskan perihal sakit pasien. Tidak semata hanya mengobati memberikan obat-obatan namun juga dijadikan kesempatan untuk bersilaturahmi dengan masyarakat setempat.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -