Linah, selaku MC, memandu acara pelatihan relawan yang dihadiri oleh 49 peserta.
Tzu Chi Indonesia telah berdiri selama 30 tahun. Dalam prosesnya, organisasi kemanusiaan ini menerapkan sebuah sistem yang membuat mereka berdiri kokoh. Sistem tersebut merupakan “Manajemen Cinta Kasih”, yang kemudian menjadi tajuk acara Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4, diadakan oleh relawan komunitas He Qi Utara 2 pada Minggu 1 Oktober 2023.
Kegiatan yang digelar di Ruang Meeting Besar Gedung DaAi Lantai 1, Tzu Chi Center ini dihadiri oleh 49 peserta dan dikoordinir oleh 40 orang panitia. Pelatihan ini digelar agar para peserta bisa melatih diri dalam organisasi dan keluarga besar yang berlandaskan cinta kasih.
Menurut KBBI, tata krama berarti kaidah, aturan, dan susunan. Tzu Chi sebagai organisasi pun menerapkan aturan-aturan yang harus diikuti oleh seluruh relawannya supaya tercipta keselarasan dan ketertiban. Walaupun Tzu Chi adalah organisasi universal yang tidak memandang suku, ras, dan agama, tapi Tzu Chi mengadopsi Tata Krama Buddhis sebagai landasan berperilaku.
Para peserta pelatihan diajak oleh Tan Sui Chin bersama-sama mempraktikkan gerakan Namaskara.
Tan Sui Chin menyebutkan bahwa di Tzu Chi ada beberapa gestur, seperti He Zhang (beranjali), Fan Zhang (samadhi) dan juga Wen Xun (penghormatan kepada Guru Dharma yang mulia) mempunyai filosofi dan tujuan yang baik bagi setiap individu untuk menghormati sesama manusia sehingga dapat bersikap lebih bijaksana. Ada juga Namaskara, sebuah penghormatan tertinggi kepada Buddha dan Bodhisatwa. Pada pelatihan ini, semua peserta diajak mempraktikkannya bersama sehingga dapat fasih melakukannya ke depannya.
Sila Memberi Jalur dalam Hubungan Antar Manusia
Sebagai warga Indonesia, istilah “sila” tidaklah asing karena negara ini menjadikan Pancasila (lima sila) sebagai dasar negara. Demi menjaga keharmonisan relawan Tzu Chi yang kini sudah berjumlah 2 juta orang di seluruh dunia, Master Cheng Yen menerapkan 10 sila sebagai landasan lembaga sosial ini. Sila bertujuan untuk mencegah kesalahan dan menghentikan keburukan. Tapi, masih banyak yang menganggap sila itu mengekang dan menghilangkan kebebasan, padahal sila justru melindungi kebebasan setiap orang.
Dalam materi yang dibawakannya, Martha menjelaskan bahwa relawan yang menjaga sila berarti melindungi kebebasannya.
Menambahkan dari Pancasila Buddhis, Master Cheng Yen menetapkan beberapa sila lain, seperti tidak berjudi dan tidak berspekulasi, berbakti pada orang tua, mematuhi peraturan lalu lintas dan tidak berpolitik. Tentunya Master Cheng Yen ingin mengajarkan hal-hal baik yang membuat hidup setiap relawannya lebih sejahtera. Menurut Master, sila adalah pelindung batin dan menjaga sila adalah berkah. Jika tidak, maka akan menjadi karma.
Tzu Chi merupakan ladang pelatihan batin. Tak hanya pelatihan ke luar seperti membantu orang lain dan semacamnya yang tercantum dalam “Mazhab Tzu Chi”, yayasan ini juga menawarkan pelatihan ke dalam untuk diri sendiri dengan menggunakan ajaran yang disebut “Ajaran Jing Si.” Diharapkan relawan membersihkan lima racun yang ada dalam diri sebelum terjun ke masyarakat. Noda batin tersebut, antara lain keserakahan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan.
Stephen menjelaskan bahwa banyak kegiatan Tzu Chi yang bisa diikuti oleh para relawan, yang manfaatnya dapat dirasakan oleh mereka sehingga dapat meningkatkan kualitas diri mereka.
Stephen Ang menjabarkan Ajaran Jing Si yang bermakna “giat mempraktikkan jalan kebenaran”, yang mana di dalamnya terkandung ketulusan, kebenaran, keyakinan dan kesungguhan. “Untuk mendapatkan empat hal tersebut, banyak kegiatan Tzu Chi yang bermanfaat dan meningkatkan kualitas diri seperti bedah buku, pelatihan, menyaksikan Lentera Kehidupan di DaAi TV dan masih banyak lagi,” jelasnya.
Editor: Khusnul Khotimah