Tatapan yang Penuh Makna

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto, Da Ai TV Taiwan
 
 

fotoSofia saat menyerahkan fosil kayu sebagai cendera mata untuk Master Cheng Yen. Fosil kayu yang ia dapat dari Sukabumi itu diasah dengan penuh ketulusan oleh sang suami hingga menjadi mengkilap.

Sinar matahari mulai meninggi ketika saya tiba di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Para pasien dan pekerja medis pun sudah ramai memadati setiap lorong dan ruangan di rumah sakit itu. Di ujung salah satu lorong yang berhadapan dengan sebuah musala tergeletak sebuah kursi panjang berwarna putih yang rapat dengan tembok. Di kursi yang jauh dari kenyamanan itulah, Neneng Sofia relawan Tzu Chi duduk sambil melayani beberapa keluarga pasien yang hendak menjalani pengobatan di rumah rumah sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Baru Merasa Memiliki dan Menjadi Bagian dari Tzu Chi
Sambil sesekali memberikan pengarahan kepada seorang keluarga pasien, Sofia  menceritakan pengalaman pertamanya ketika mengikuti trining 4 in 1 dan kasus di Taiwan selama 10 hari. Menurutnya, selama 6 tahun bergabung sebagai relawan, baru kali inilah ia merasa memiliki dan menjadi bagian dari Tzu Chi. Pertemuannya dengan Tzu Chi bisa dikatakan sebuah jalinan jodoh ketika ia harus pindah dari bantaran kali Angke dan kemudian bermukim di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng, Jakarta Barat. Di tempat inilah, akhirnya Sofia berkenalan dengan berbagai kegiatan Tzu Chi, mulai dari bakti sosial sampai pendampingan pasien, hingga membuatnya menjadi relawan Tzu Chi. Namun selama bertahun-tahun menjadi relawan tak banyak yang dirasakan oleh Sofia selain perubahan perilakunya yang menjadi lebih sabar dan peka kepada lingkungan.

Seiring berlalunya waktu Sofia yang telah 6 tahun menjalani pengabdian sebagai relawan mendapat ajakan dari salah satu relawan Tzu Chi untuk mengikuti pelatihan di Taiwan. Meski keyakinannya sebagai relawan masih belum memasuki ambang keteguhan, Sofia menyetujui ajakan itu dan mulai menabung serta mempersiapkan cendera mata yang akan ia persembahkan kepada Master Cheng Yen. Sampai pada waktunya, tanggal 19 Juni 2010, Sofia bersama beberapa relawan Tzu Chi Indonesia pulang ke Hualien, Taiwan untuk menjalani pelatihan.

foto  foto

Ket: - Selama menjalani pelatihan di Taiwan, Sofia mendapatkan pengalaman yang berharga hingga              membuatnya bertekad untuk bervegetarian dan menjalani semua ajaran Master Cheng Yen. (kiri)
          - Sebagai relawan yang mendampingi banyak pasien penanganan khusus Tzu Chi, Sofia seolah             mendapatkan banyak pelajaran dan kesabaran dari mereka. (kanan)

Sebuah Pergolakan Batin
Pada masa-masa pelatihan inilah, Sofia yang semula memiliki tujuan ke Taiwan hanya untuk mengucapkan terima kasih kepada Master Cheng Yen berpaling menjadi insan yang memiliki Tzu Chi. Pergumulan antara sekadar menjalani dan mendalami filosofi Tzu Chi, yang menjadi pergolakan batin pun kini terjawab sudah. Ceramah Master Cheng Yen di salah satu sesi pelatihan telah menstimulus kapiler-kapiler (pembuluh darah halus) emosinya dan menembus batas ruang batinnya hingga membuatnya secara spontan dan penuh keyakinan berikrar untuk bervegetarian.  

Pada pelatihan itu pula, Sofia merasakan adanya ikatan jodoh yang kuat antara dirinya dengan Master Cheng Yen. Saat ia bertemu langsung dengan Master Cheng Yen dan menyerahkan cendera mata berupa sebuah fosil kayu. Sofia merasakan adanya pesan yang mendalam dari setiap tatapan mata Master Cheng Yen. “Saya merasa adanya pesan yang mendalam dari setiap tatapan mata Master. Saya dulu tidak percaya akan adanya kehidupan masa lampau. Tapi setelah bertemu Master, saya yakin kalau di masa lalu saya ada jalinan jodoh dengannya,” kata Sofia.

foto  foto

Ket : - Bagi Sofia, Tzu Chi adalah tempat untuk melatih diri, bersyukur, dan memperoleh banyak berkah. (kiri).
         - Setelah menjalani pelatihan, Sofia merasa mendapatkan energi yang besar untuk menjalani hidup ini             dengan penuh syukur dan keyakinan. (kanan)

Getaran Kasih Master Cheng Yen
Puncaknya, ketika ia menyerahkan cendera mata kepada Master Cheng Yen. Dengan penuh haru Sofia membungkukkan badannya dan bersujud di hadapan Master. “Sebenarnya berat buat saya untuk bersujud pada Master. Tetapi itu saya lakukan dengan spontan karena saya merasakan betul getaran kasih dari Master hari itu,” jelas Sofia. Tanpa disadari air mata pun mengalir deras membasahi kedua pipi Sofia. Dan sekali lagi dengan spontanitas Sofia memeluk erat tubuh Master Cheng Yen.   

Semakin Sofia mendekatkan dirinya pada master, semakin tak kuasa ia menahan rasa haru. “Saat saya peluk Master, saya merasa saat itu Master dalam keadaan tidak sehat. Tetapi Master tetap memaksakan dirinya untuk berjumpa dengan para relawan. Kasih dan perhatiannya sungguh luar biasa,” ungkap Sofia haru. Maka sejak saat itu Sofia bertekad akan menjalankan semua visi dan misi Master Cheng Yen dengan sepenuh hati.

Buatnya, menjalankan ajaran Master Cheng Yen adalah panggilan jiwa yang selama ini terlalaikan. “Jujur selama ini saya tidak pernah tersentuh dan begitu saya berjumpa dengan Master Cheng Yen, saya merasa mendapatkan suatu kekuatan. Kekuatan untuk menjalankan semua ajaran Master dengan benar-benar. Karena selama ini saya jadi murid terlalu santai. Padahal guru saya Master Cheng Yen, dengan susah payah memikirkan banyak umat manusia di seluruh dunia. Sedemikian luar biasanya,” aku Sofia.

Karena itu, dari sepenggal pengalaman berharga ini, Sofia bersikeras tidak akan menyia-nyiakan waktu yang ia miliki selama di Tzu Chi. Ia pun bertekad akan kembali lagi untuk menjalani pelatihan di Taiwan tahun depan, “Master mengatakan waktu kita sangat singkat, karena itu saya tidak akan menyia-nyiakan waktu saya selama berada di Tzu Chi, tempatnya ladang berkah,” tandas Sofia.        

  
 
 

Artikel Terkait

Menerima Alat Bantu Dengar, Kesunyian Nurzatifah Berakhir

Menerima Alat Bantu Dengar, Kesunyian Nurzatifah Berakhir

25 Maret 2022

Berkat jalinan jodoh yang baik antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, PT Kasoem Hearing Center dan Komunitas dokter THT. Kini Tifah sudah bisa mendengar dengan jelas kembali.

Mereka Selamat, Kita Sehat

Mereka Selamat, Kita Sehat

06 September 2018
Mereka Selamat, Kita Sehat. Slogan ini terpampang sangat jelas ketika mobil PMI (Palang Merah Indonesia) memasuki area parkir Apartemen Teluk Intan. Para relawan Tzu Chi di komunitas Hu Ai Angke sudah bersiap diri menyambut mereka dan saling bahu-membahu memasukan barang bawaan PMI ke dalam ruangan Donor Darah.
Melestarikan Lingkungan dengan Limbah Plastik

Melestarikan Lingkungan dengan Limbah Plastik

16 Juni 2010
Pelatihan yang diberikan oleh Husien ini berawal dari kepeduliannya terhadap penderitaan Roro. Setelah melihat tayangan DAAI TV, Husein mengaku sangat tersentuh melihat Roro yang hampir 1/3 tubuhnya terbakar akibat ledakan kompor. Dari situlah ia berinisiatif untuk memperkenalkan dan memberikan gagasan dari hasil penemuanya. agar bisa bermanfaat untk Roro dan keluarganya.
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -