Tekad Bersama di Jalan Bodhisatwa

Jurnalis : Rina Dewi (Tzu Chi Batam), Fotografer : Sofian (Tzu Chi Batam)


Pelatihan Abu Putih Tzu Chi Batam Ke-3 Tahun 2019 dihadiri oleh sebanyak 61 orang peserta.

Tiga bulan telah berlalu sejak Pelatihan Relawan Abu Putih yang ke-2 diselenggarakan Tzu Chi Batam. Agar keharmonisan kelompok dan kedisiplinan individu dalam menjalankan visi dan misi Tzu Chi yang berlandaskan budaya humanis dapat selalu terjaga, Pelatihan Relawan Abu Putih kembali diselenggarakan pada Minggu, 25 Agustus 2019.

Para relawan mulai berdatangan ke Aula Jing Si pada pukul 08.00 WIB. Terlebih dahulu mereka menuju ke meja pendaftaran untuk absensi. Sebanyak 61 peserta pelatihan yang berasal dari kota Batam, Selat Panjang, dan Tanjung Balai Karimun dengan tertib memasuki Fu Hui Ting (Ruang Berkah & Kebijaksaan), lokasi pelatihan kali ini.

Para peserta segera disambut ramah oleh Fang Fang, selaku pembawa acara. Ketika waktu menunjukkan pukul 08.30 WIB, Fang Fang membimbing para peserta untuk memberikan penghormatan kepada Master, membacakan Sila Tzu Chi dan menyanyikan Mars Tzu Chi.

Selanjutnya, peserta berseragam rompi diminta tetap berada di ruang Fu Hui Ting untuk mengikuti kelas Keindahan Budaya Humanis Tzu Chi yang dibawakan oleh Dukman, relawan komite Tzu Chi Batam. Sementara itu, peserta lainnya diarahkan ke auditorium lantai 5 untuk mendengarkan materi Tata Krama Ajaran Buddha yang dipandu oleh Ati, panitia pelatihan.

Materi pelatihan kemudian dibagi menjadi 3 subtopik agar memudahkan para relawan meresap dan memahaminya. Apalagi ditambah dengan kesungguhan hati dari masing-masing pemapar menyalurkan materi yang telah disiapkan.

Keyakinan, Tekad dan Praktek Menggalang Hati dan Dana
Sukmawati, pengurus Kantor Tanjung Balai Karimun, merupakan sosok yang selalu terlihat semangat dan penuh dengan senyuman. Dalam pemaparan materinya, Sukmawati berbagi tiga hal penting yaitu Keyakinan, Ikrar, dan Praktik. Dengan mengingat tiga hal ini, ia mampu menjalankan visi dan misi Tzu Chi selama 14 tahun berjalan.

 

Fang Fang menyambut relawan yang berasal dari Kota Batam, Selatpanjang, dan Tanjung Balai Karimun.

Sebagai relawan yang yakin pada ajaran Master Cheng Yen, Sukmawati giat menjalin jodoh baik dengan ribuan orang yaitu dengan mengajak mereka menjadi donatur Tzu Chi. Dia berbagi informasi bahwa sudah tercatat sebanyak 7.032 celengan bambu yang tersebar di kota Tanjung Balai Karimun hingga saat ini.

Selain menggalang dana, Sukmawati juga berhasil menggalang hati. Sebuah cerita mengharukan yang terjadi pada dirinya. Ia memiliki seorang anak asuh yang dahulunya merupakan pecandu narkotika kareba memiliki keluarga yang kurang mendukung dan perhatian kepadanya. Berkat pendampingan Sukmawati dan relawan lainnya, anak tersebut sekarang sudah menjadi orang yang sukses dalam pekerjaannya.

Hingga sekarang, anak tersebut menganggap dirinya sebagai ibu kedua dalam hidupnya. Awal mula yang tidak gampang namun mendapatkan hasil yang mengharukan karena semua berawal dari sebuah niat dan tekad.

“Ketika niat dan tekad sudah ditanamkan, apa pun bisa dilakukan. Maka genggamlah kesempatan yang ada saat ini,” ujarnya.

 

Sukmawati, pengurus Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, membagikan kisah bagaimana para peserta bisa menggalang hati dan dana.

Dalam akhir pemaparan materinya, Sukmawati juga mengundang Lie Fong untuk sharing bersama suka dan duka bersama-sama menjalankan misi Tzu Chi ketika Lie Fong masih tinggal di kota Tanjung Balai Karimun yang sekarang sudah berdomisili di kota Batam. Sukmawati sangat berterima kasih kepada Lie Fong yang telah mengajaknya masuk ke dunia Tzu Chi dan merasa syukur bahwa bibit yang ditanamkan Lie Fong yaitu dirinya bisa terus tumbuh dan berkembang hingga saat ini.

Melalui kesempatan ini, Sukmawati juga memohon doa dari semua relawan agar tekad untuk membuka kantor penghubung Tzu Chi di kota Tanjung Balai Karimun di lokasi yang baru dapat berjalan dengan sukses dan lancar.

Misi Kesehatan
Pada tahun 1993, misi kesehatan yang merupakan misi kedua dalam Tzu Chi baru pertama kali mulai dijalankan di Jakarta. Tahun 2003, TIMA (Tzu Chi International Medical) mulai terbentuk di Jakarta dan 10 tahun kemudian, TIMA Batam mulai terbentuk.

Elly, salah satu anggota dari TIMA mendapat ladang berkah untuk memaparkan materi mengenai Misi Kesehatan ini. Dimulai dari menjelaskan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Tzu Chi Batam dalam Misi Kesehatan dan sejarah terbentuknya TIMA, Elly juga menjelaskan perbedaan yang dirasakan saat menjalankan misi kesehatan di dunia Tzu Chi dan dunia kedokteran terutama pada praktik percobaan pembedahan mayat.

Dalam dunia Tzu Chi, mayat yang dijadikan praktik pendidikan medis disebut sebagai SILENT MENTOR yaitu orang yang mendonorkan tubuh untuk praktik pendidikan medis. Ada upacara yang harus dilakukan sebelum mulai digunakan sebagai sarana praktik medis sebagai tanda penghormatan dan ucapan terima kasih. Hal ini membuat Elly menyadari bahwa dalam Tzu Chi bukan hanya menjalankan Misi Kesehatan, namun juga menyalurkan cinta kasih.

 

Peserta mengikuti kelas Tata Krama Ajaran Buddha di Auditorium Pembabaran Sutra, Aula Jing Si Batam Lantai 5.

Seperti halnya pada Dr. Wirdalina yang sudah sering mengikuti pelatihan relawan, ia merasa sangat kagum dengan ajaran Master Cheng Yen.

Flashback 6-8 tahun yang lalu, saya praktik yang datang adalah tabungan saya, uang saya. Tapi berkat salah satu ajaran dari Master, saya pikirkan dan renungkan, saya berubah. Mereka yang datang adalah saya sendiri yang datang. Jadi kalau saya ingin diperlakukan baik, perlakukanlah pasien saya sebagaimana saya ingin diperlakukan,” tutur Dr. Wirdalina.

Pelestarian Lingkungan
Sepaham – Semua sudah menyadari bumi sudah sakit

Sepakat – Bencana iklim jangan diwariskan kepada generasi mendatang

Sejalan – Mewujudkan kejernihan

Melalui teori ini, Yvonne, relawan calon komite Tzu Chi Batam, mengupas topik yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, yaitu mengenai Pelestarian Lingkungan. Berbagai video diputarkan untuk memudahkan peserta memahami materi tersebut seperti bahayanya kelanjutan Global Warming bagi dunia dan Future Ocean yang penuh dengan sampah plastik.

Melalui metode 135, Yvonne membabarkan bahwa Mencintai Bumi Sangatlah Mudah yaitu dapat menghemat penggunaan air dengan metode 1 sumpit, bervegetarian untuk 3 kebaikan yaitu lingkungan, kesehatan dan kehidupan (no kill) dan selalu membawa 5 pusaka (sumpit, mangkuk, gelas, tas ramah lingkungan dan sapu tangan) ke manapun. Baginya pelestarian lingkungan bukan hanya daur ulang saja, namun juga banyak hal lainnya yang dapat dilakukan.

 

Yvonne (kedua dari kiri) didampingi Relawan Pelestarian  Lingkungan lainnya memperkenalkan titik-titik pemilahan yang ada di Kota Batam.

Selain itu, Yvonne juga mengenalkan berbagai titik pemilahan Pelestarian Lingkungan yang telah ada di Tzu Chi Batam yaitu Posko di Aula Jing Shi, Perumahan Baloi Garden, Perumahan Permata Regency, dan Gudang 1 Centre View. Pada penghujung materi, Yvonne turut mengundang Sun Hock selaku Ketua Fungsionaris Pelestarian Lingkungan di Gudang 1 Centre View Hu Ai 1 untuk membagikan cerita awal mulanya berkecimpung dalam dunia pelestarian lingkungan hingga saat ini.

Setelah semua materi selesai dipaparkan, tibalah sesi sharing dari para peserta. Salah satu peserta relawan rompi bernama Wina sangat terkesan dengan materi dan kegiatan pelatihan ini.

“Bagi saya di pelatihan hari ini, yang pertama saya lebih mengenal lagi Tzu Chi seperti apa, kedua lebih mendalami dan mengenal pendiri Tzu Chi. Saya selalu baca dan selalu ingin tahu Kata Perenungan dari Master. Saya selalu baca karena jujur di agama saya pun sama. Mudah-mudahan ke depannya saya bisa jauh lebih baik seperti shixiong/shijie,” ujar Wina.

Dari pelatihan kali ini, sebanyak 21 relawan rompi sudah diperkenankan untuk mengenakan seragam Abu Putih. Dalam pesan cinta kasih, Nelly selaku wakil ketua He Qi sangat bangga atas keberanian relawan Rompi untuk mengambil langkah ke jenjang Abu Putih.

Setelah mendengarkan ceramah Master sesuai topik materi, kegiatan ditutup dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen. Semua relawan dan peserta berjalan dengan tertib keluar dari ruang Fu Hui Ting. Walaupun terasa capek duduk seharian, namun rasa syukur dan kebahagiaan batin telah mengimbanginya.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Tekad Bersama di Jalan Bodhisatwa

Tekad Bersama di Jalan Bodhisatwa

10 September 2019

Tiga bulan berlalu sejak Pelatihan Relawan Abu Putih yang ke-2 diselenggarakan Tzu Chi Batam. Agar keharmonisan kelompok dan kedisiplinan individu dalam menjalankan visi dan misi Tzu Chi yang berlandaskan budaya humanis dapat selalu terjaga, Pelatihan Relawan Abu Putih kembali diselenggarakan pada Minggu, 25 Agustus 2019.

Melatih Diri Melalui Pelatihan Abu Putih

Melatih Diri Melalui Pelatihan Abu Putih

01 Maret 2018
Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Gunung Mas melaksanakan pelatihan Abu Putih 1 pada Selasa, 30 Januari 2018. Pelatihan ini diikuti ibu-ibu staf dan perawat yang berada di sekitar kantor perkebunan Sinar Mas di Desa Hujung Pata, Kecamatan Rungan Barat, Kabupaten Gunung Mas.
Pelatihan Abu Putih ke-2 Tzu Chi Batam

Pelatihan Abu Putih ke-2 Tzu Chi Batam

29 September 2017
Aula Jing Si Batam pagi itu, Minggu, 24 September 2017 dipenuhi keceriaan para peserta pelatihan relawan berseragam Abu-Putih. Bagaimana relawan tidak gembira? Ini merupakan pertama kalinya mereka mengikuti kegiatan di Hall of Fu Hui, auditorium di lantai 3 Aula Jing Si Batam yang baru selesai direnovasi.
Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -