Teknologi Semakin Canggih, Masih Pentingkah Peran Seorang Guru?
Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan) , Fotografer : Amir Tan, Dinarwaty, Augustina (Tzu Chi Medan)Gathering Relawan Pendidkan di Tzu Chi Medan yang diadakan pada 1 Juni 2018 dihadiri oleh
57 Relawan.
Perkembangan teknologi dan internet, membuat proses pembelajaran menjadi tanpa batas. Apapun yang ingin kita ketahui, dengan cukup sekali klik maka ribuan materi akan terpampang di depan mata. Oleh sebab itu, apakah kita masih membutuhkan seorang guru?
Master Cheng Yen pernah mengatakan, “Masyarakat sekarang membutuhkan banyak pengetahuan dan kebijaksanaan, namun yang paling penting adalah prinsip menjadi orang yang baik. Yang paling menakutkan adalah ketika kita telah memperoleh pengetahuan yang melimpah dan berketerampilan yang baik, namun kita tidak mengerti prinsip menjadi orang yang baik. Pendidikan memerlukan manusia, membutuhkan orang yang benar-benar menggunakan cinta kasih tanpa pamrih mendedikasikan dirinya untuk orang lain, memberikan contoh hidup yang penuh kasih dan membimbing murid-muridnya dengan pernuh kesadaran, membimbingnya ke jalur kehidupan yang benar, ini lah peran seorang Guru. Dengan adanya peran guru, setiap orang selain mendapatkan pendidikan juga harus mengerti akan norma -norma kehidupan sehingga menumbuhkan kebijaksanaan.”
Merry Sudilan selaku fungsionaris pendidikan He Qi Medan memberikan semangat kepada relawan di Misi
Pendidikan agar lebih giat mengajarkan anak-anak tentang tata
krama dan budi pekerti.
Master Cheng Yen juga mengatakan, “Peran seorang guru dalam mendidik haruslah dengan hati yang tulus yaitu menggunakan tiga jenis hati yaitu hati seorang guru, hati sebagai orang tua dan hati seorang Bodhisatwa.” Untuk itu pulalah salah satu misi Tzu Chi adalah Misi Pendidikan, dan peran guru oleh para relawan yang membimbing anak-anak dengan penuh cinta kasih disebut “DAAI MAMA”
Di Tzu Chi Medan, misi pendidikan terdiri dari kelas bimbingan budi pekerti atau Tzu You ban yaitu anak–anak Sekolah Dasar kelas dua sampai kelas enam, kelas Tzu Shao yaitu anak-anak Sekolah Menengah Pertama dan anak Sekolah Menengah Atas. Lalu Tzu Ching yaitu anak-anak pada jenjang pendidikan paling tinggi yaitu Mahasiswa, kelas kata perenungan Master Cheng Yen atau Jingsi yu ban dan satu lagi kelas budi pekerti yang baru dibuka pada awal tahun 2018 yaitu Tzu You Ban di Tzu Chi Tebing Tinggi.
Wardi, dari Huai
Tebing Tinggi menceritakan tentang
perkembangan kelas budi pekerti di Tzu Chi Tebing Tinggi.
Merry Sudilan selaku fungsionaris pendidikan He Qi Medan mengajak semua relawan pendidikan untuk mengikuti acara “Gathering Relawan Pendidikan” yang diadakan pada Jumat, 1 Juni 2018 yang dihadiri 57 Relawan. Di dalam gathering relawan pendidikan, para Daai Mama duduk bersama, mendengar bagaimana kegiatan di masing-masing kelas dan sama-sama belajar apa yang sudah masing-masing kelas lakukan.
Acara dibuka oleh Merry sendiri dengan mengajak semua relawan yang hadir untuk memberikan penghormatan sebanyak tiga kali kepada Master Cheng yen dan dilanjutkan dengan pembacaan 10 Sila Tzu Chi.
Kesempatan pertama untuk sharing di depan, diberikan kepada relawan pendidikan dari kota Lemang yaitu kota Tebing Tinggi yang diwakilkan oleh Wardi yang telah berpengalaman selama 40 tahun sebagai guru. “Dewasa ini sudah tidak selaras antara pendidikan yang didapatkan anak-anak dari sekolah-sekolah formal dengan normal-normal kehidupan. Para guru dan orang tua lebih menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan ke anak-anak dari pada membentuk karakter anak-anak, jadi ada perbedaan antara mengajar dan mendidik. Kalau proses mengajar itu sebenarnya sangat gampang tetapi proses mendidiklah yang sangat sulit,” ujarnya.
Yanni selaku
fungsionaris pendidikan Huai Medan Timur juga menceritakan bagaimana menerapkan
arti yang terkandung dari kata perenungan Master Cheng Yen ke anak-anak,
menjelaskan ke anak-anak arti yang tersirat di dalam kata perenungan.
Untuk kelas budi pekerti Tzu Chi Tebing Tinggi, walaupun masih seumur jagung, namun kelas ini berkembang dengan cepat karena ada beberapa Daai Mama yang memang basic-nya adalah guru dan para relawan Tebing Tinggi juga sering meminta materi dan bimbingan dari Merry selaku fungsionaris pendidikan saat ini.
Dari kelas Tzu Yu Ban Tzu Chi Tebing Tinggi ini juga telah menggalang hati orang tua dari Bodhisatwa cilik yaitu Wilyanah yang sekarang telah bergabung menjadi Daai Mama.
“Anak saya dua orang yang ikut kelas budi pekerti, yaitu kelas 4 dan kelas 5. Ketika relawan membawa mereka kunjungan kasih ke rumah seorang nenek yang hidup sendirian, pulang dari sana, anak saya sangat sedih dan tiba-tiba anak saya yang kelas 5 meminta saya untuk jadi relawan. Saya merasa anak kecil saja bisa tersentuh, mengapa saya harus menunda untuk berbuat baik, maka dari itu saya mulai bantu di kelas budi pekerti dan harapan saya, semoga saya bisa menjadi bagian dari barisan relawan Tzu Chi Tebing Tinggi,” tutur Wilayanah.
Kelas bimbingan budi pekerti atau Tzu You Ban Medan, yang dibawakan oleh Erlina Khe selaku koordinator Tzu You Ban juga menjelaskan bagaimana materi pengajaran untuk kelas baru dan kelas lanjutan, dan juga untuk membentuk karakter anak-anak yang baik.
Untuk kelas bimbingan budi pekerti atau Tzu You Ban Medan, yang dibawakan oleh Erlina Khe selaku koordinator Tzu You Ban juga menjelaskan bagaimana materi pengajaran untuk kelas baru dan kelas lanjutan. Untuk membentuk karakter anak-anak yang baik maka Daai Mama Tzu You Ban juga mengundang para orang tua dalam acara parenting class, dengan harapan tata krama ataupun budaya humanis yang sudah diterapkan ke anak-anak akan mendapat dukungan dari para orang tua.
Dari kelas kata perenungan Master Cheng Yen atau Jingsi Yu Ban yang aktivitasnya di Depo Pelestarian Lingkungan Mandala, Yanni selaku fungsionaris pendidikan Huai Medan Timur juga menceritakan bagaimana menerapkan arti yang terkandung dari kata perenungan Master Cheng Yen ke anak-anak. Selain itu anak-anak juga belajar isyarat tangan, menggambar dan mewarnai, kerajinan tangan, memasak. Anak-anak juga diajak untuk mengumpulkan barang daur ulang serta membagikan kata perenungan untuk warga sekitar Depo Mandala.
Laily mewakili kelas
Tzu Shao mempresentasikan beberapa kegiatan pokok di dalam kelas Tzu Shao.
Laily mewakili kelas Tzu Shao mempresentasikan beberapa kegiatan pokok di dalam kelas Tzu Shao di antaranya isyarat tangan, kerajinan tangan, merangkai bunga, memasak, dan juga beberapa anak Tzu Shao juga ikut dalam team Zhong Gu (tim Genta dan Genderang).
Untuk tingkat pendidikan tertinggi yaitu mahasiswa, dalam misi pendidikan Tzu Chi dinamakan Tzu Ching. Apa yang telah Tzu Ching lakukan? Nuraina selaku Pembina Tzu Ching menjelaskan bahwa Tzu Ching Medan satu-satunya Tzu Ching yang bisa masuk dan diterima sebagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di kampus yaitu mendapat sambutan yang baik dari Universitas Prima dan kerja sama ini telah berjalan selama 3 tahun. Untuk itu dalam rangka memperingati 3 tahunnya Tzu Ching ada di kampus Unpri maka diadakannya kegiatan fun walk yang di mulai dan berakhir di kampus UNPRI.
Nuraina selaku
Pembina Tzu Ching menjelaskan bahwa Tzu Ching Medan satu-satunya Tzu Ching yang
bisa masuk dan diterima sebagai UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa)
“Selain itu Tzu Ching Medan juga ikut dalam bedah rumah nenek Siti di kabanjahe, selain membantu pembongkaran rumah nenek Siti, para Tzu Ching juga menghibur nenek Siti yang sedih karena tidak ada keluarga yang temanin beliau,” jelas Nuraina.
Setelah para Daai Mama dari masing-masing kelas menceritakan kegiatan yang telah anak-anak lakukan, Merry menjelaskan bahwasanya ada Daai Mama dari kelas Tzu You Medan yang akan pindah ke Jakarta yaitu Verawaty Suman. Verawaty telah menjadi Daai Mama selama 4 tahun dan para relawan akan merasa kehilangan dengan berpindahnya Verawaty ke Jakarta. Untuk itu dalam gathering ini juga diadakan sedikit acara perpisahan dengan memberikan cendera mata buat Verawaty yaitu rangkaian foto yang dikemas dalam satu bingkai foto dan dengan diiringi lagu Zu Fu Ni. Verawaty berpamitan dengan semua relawan pendidikan yang hadir. Suasana sangat mengharukan, namun semua relawan pendidikan mengharapkan Verawaty akan tetap menggengam jodoh dengan Tzu Chi di Jakarta nantinya.
Verawaty telah
menjadi Daai Mama selama empat tahun dan para relawan akan merasa kehilangan
dengan berpindahnya Verawaty ke Jakarta. Untuk itu dalam gathering ini juga diadakan sedikit acara perpisahan dengan
memberikan cendera mata untuk Verawaty.
“Saya sangat terharu dan tidak menyangka team pendidikan menyiapkan satu kejutan acara buat saya dan keluarga. Memang selama ini saya merasakan adanya kehangatan di dalam team pendidikan dan saya juga benar-benar menjadikan Tzu Chi sebagai rumah kedua bagi saya dan semoga di Jakarta nantinya jalinan jodoh dengan Tzu Chi akan tetap berlanjut,” kata Verawaty.
Serangkaian acara telah berlalu. Setiap pengalaman dari tiap kelas menjadi pembelajaran bagi kelas yang lain di gathering pendidikan ini.
“Harapan saya semoga kita semua bisa mengemban suatu misi dengan tanggung jawab, sesuai dengan harapan Master Cheng Yen yaitu mensucikan hati manusia. Kita mulai dari pendidikan, kita mengajarkan ke anak-anak tata krama kemudian mengasuh budi pekerti, kita menunjukkan jalan dan memandu mereka ke arah yang benar. Kita harapkan pendidikan akademi dan pendidikan budi pekerti itu bisa berjalan selaras sehingga anak-anak bisa tumbuh di masa depan sebagai pribadi yang cerdas, bijak dan pribadi yang baik dan berguna bagi masyarakat dan bangsa serta negara Indonesia,” pungkas Merry Sudilan.
Artikel Terkait
Gathering Relawan di He Qi Tangerang yang Penuh dengan Semangat Kebersamaan
07 Februari 2024Bersatu Hati, Harmonis, Menyayangi, dan Gotong Royong dalam mengembangkan Cinta Kasih Universal menjadi tema gathering relawan di He Qi Tangerang (28/1/ 2024).
Menjadi Bijak dan Lebih Waspada
18 Juli 2024Sebagai upaya untuk mengedukasi penerima bantuan Tzu Chi terkait berbagai kejahatan yang terjadi di dunia maya, kegiatan Gathering Gan En Hu (penerima bantuan) diadakan pada Minggu, 7 Juli 2024, mengangkat tema “Kiat-kiat Menghindari Kejahatan Dunia Maya.
Berbeda Dalam Balutan Cinta Kasih Universal
18 Desember 2018Tzu Chi Tanjung Balai Karimun merayakan hari Natal dengan mengundang para penerima bantuan yang beragama Kristen dan juga yang beragama lain pada Sabtu, 15 Desember 2018.