Tenang dan Nyaman Bekerja
Jurnalis : Hadi Pranoto, Desi Amizir (He Qi Selatan), Fotografer : Hadi PranotoSungkono (54) merasa sangat bersyukur dan terbantu dengan adanya baksos kesehatan ini. Ia bahkan menunda kepulangannya agar dapat ikut memeriksakan kesehatannya. |
| |
Sebelum baksos kesehatan dimulai, relawan Tzu Chi dari He Qi Utara ini juga memperkenalkan lebih dalam tentang Tzu Chi kepada para pekerja. “Kami tidak hanya ingin baksos kesehatan saja, tapi kita juga harus terus memperkenalkan Tzu Chi kepada mereka,” kata Like Shijie, Ketua Tzu Chi He Qi Utara. Baksos kesehatan kali ini merupakan baksos kedua yang dilakukan oleh Tzu Chi. Dan kebetulan, penyelenggara baksos kali ini adalah relawan Tzu Chi dari He Qi Utara. Melihat penanganan pra dan pelaksanaan baksos yang tertata rapi, tak heran jika ada beberapa relawan Tzu Chi dari He Qi lainnya turut hadir membantu dan sekaligus mencontoh pola pelaksanaan baksos ini. Setiap meja diisi dengan 10 buah kursi dan seorang relawan Tzu Chi yang bertugas sebagai pendamping. Dengan adanya pendamping, diharapkan interaksi antara para pekerja dengan relawan Tzu Chi semakin erat terjalin. Satu Keluarga Dalam waktu sekitar 30 menit itu, para seniman bangunan ini menyaksikan tayangan video sejarah berdirinya Tzu Chi dan pendiri Tzu Chi, Master Cheng Yen. Mereka juga menyaksikan tayangan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh Tzu Chi di dunia, khususnya Indonesia. Dalam kesempatan itu, relawan juga mengajak para seniman bangunan ini untuk menjadi relawan ataupun donatur Tzu Chi. “Jumlahnya tidak dibatasi berapa besarnya, tergantung keikhlasan shixiong-shixiong,” ajak Karim lagi. Karim menganalogikannya seperti sebuah botol infus dan jarum infus sebagai bentuk berartinya sebuah sumbangsih setiap orang. “Botol infus yang harganya sekitar 50 ribu, bisa nggak masuk ke tubuh pasien tanpa adanya jarum. Jadi dengan uang seribu rupiah pun kita sama artinya dalam membantu sesama. Jangan remehkan uang seribu rupiah,” tegasnya.
Ket : - Sebelum pelaksanaan baksos kesehatan dan sosialisasi Tzu Chi dimulai, Ketua He Qi Utara, Like shijie terlebih dahulu memberikan pengarahan kepada para relawan Tzu Chi lainnya. (kiri) Ada Ketenangan Saat berobat, pria asal Gunung Kidul, Yogyakarta ini mengeluhkan rasa sakit di sekitar lehernya. Oleh dokter, Sungkono disarankan untuk tidak banyak mengonsumsi daging dan makanan yang mengandung banyak garam karena ia diagnosis mengidap darah tinggi. Hal ini tercermin dari tensinya yang terbilang tinggi. Seperti kebetulan, Sungkono pun mengaku senang karena setiap kali makan siang, semua menunya adalah makanan vegetarian— terbuat dari bahan-bahan nabati. Manfaat lainnya dari adanya makan siang terjangkau ini adalah ia bisa menghemat pengeluarannya. “Bayangkan kalau di sini makan cuma Rp 3.500, sementara kalau di luar bisa 7 – 10 ribu,” terang bapak dengan dua orang anak ini. Dengan begitu, uang yang bisa dibawanya pulang untuk keluarga pun bisa lebih banyak. Walau di lokasi pembangunan banyak peraturan yang diterapkan oleh pihak Tzu Chi, Sungkono merasa mahfum (maklum-red) dan menganggap itu semua untuk kepentingan para pekerja, seperti juga dirinya. “Larangan merokok itu sih benar untuk kesehatan, dan juga untuk keamanan. Untuk menghindari kebakaran,” ungkapnya. Ia sendiri merasa kurang nikmat jika merokok dilakukan sambil bekerja. “Nggak bisa konsentrasi jadinya,” tandas Sungkono lagi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Rohmad (23). “Baksos kesehatan dan makan siang murah ini bagus. Kalau semua harus makan di warung, gaji kita nggak ada sisanya,” ujarnya seraya tertawa. Rohmad juga merasakan perbedaan saat bekerja di Aula Jing Si yang nantinya akan menjadi rumah bagi insan Tzu Chi Indonesia. “Di sini ibaratnya kesehatan terjamin, makan terjamin, lain dari yang lain. Relawannya juga ramah-ramah,” aku Rohmad, yang siang itu salah satu giginya dicabut karena rusak dan berlubang.
Ket::- Para pekerja pembangunan Aula Jing Si ini juga turut memperagakan isyarat tangan "Satu Keluarga" bersama relawan Tzu Chi. Hubungan yang terjalin bukan hanya antara pemilik bangunan dan pekerja, tetapi lebih erat bagaikan satu keluarga besar. (kiri). Rohmad yang asal Kebumen, Jawa Tengah ini merasa kagum dengan kegiatan sosial yang dilakukan Tzu Chi. “Benar-benar acungin jempol deh. Benar-benar peduli pada sesama,” ungkapnya. Bertugas di bagian pemasangan besi, Rohmad mengetahui jika pekerjaan yang digelutinya itu berisiko tinggi terhadap kecelakaan kerja. Karena itu ia merasa sangat senang dan bersyukur karena Tzu Chi menerapkan standar keamanan kerja yang tinggi di lokasi proyek, “Ada safety-nya di sini, standar keamanannya bagus. Kalau kerja harus memakai sepatu dan helm.” Rohmad pun tidak merasa terbebani dengan aturan yang diberlakukan, karena menurutnya semua itu diterapkan untuk keselamatan para pekerja seperti dirinya. “Kalo nggak pake helm, ada sesuatu yang jatuh dari atas menimpa kepala kita, itu sangat bahaya. Begitu juga kalo ada besi yang terinjak, kalau nggak pakai sepatu bisa terluka,” ujarnya. Satu hal lain yang menurutnya merupakan bentuk perhatian relawan Tzu Chi adalah tersedianya tempat sampah, toilet, dan kamar mandi yang memadai untuk para pekerja. Badan Sehat, Kerja Semangat Jika dilakukan secara terus-menerus, Alwin percaya para pekerja ini akan semakin memahami Tzu Chi dan bahkan menjadi relawan ataupun donatur. Begitu pula dengan baksos kesehatan yang tentunya akan memberi manfaat besar bagi pekerja maupun produktivitasnya. “Kalau mereka memiliki tubuh yang sehat dan hati yang jernih, maka mereka bekerja itu otomatis akan lebih giat dan hasilnya lebih maksimal. Kalau mereka sakit kan hasil kerjanya juga tidak maksimal,” ungkap Alwin. | ||
Artikel Terkait
Bersumbangsih untuk Korban Gempa Aceh
09 Desember 2016Pasca terjadinya bencana gempa 6,4 SR yang melanda Pidie Jaya, Aceh pada Rabu, 7 Desember 2016 pukul 05.03 WIB, Tzu Chi Indonesia melalui relawan dari Lhokseumawe pada pukul 11.00 WIB segera turun ke lapangan. Relawan mensurvei lokasi bencana dan melihat apa yang paling dibutuhkan oleh korban bencana.
Ungkapan Saya Bersedia, Menggema di Pelatihan Relawan Tzu Chi Medan
11 Juli 2024Relawan Tzu Chi Medan mengadakan Pelatihan Relawan Abu Putih Ketiga di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Medan yang diikuti oleh 232 relawan dengan tema Wo Yuan Yi (saya bersedia).