Terima Kasih Ayah

Jurnalis : Merry Sudilan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Dinarwaty , Augustina (Tzu Chi Medan)
Pelukan dari anak-anak kelas budi pekerti dalam memperingati Hari Ayah yang berlangsung di kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Cemara Asri, Medan. Memperingati Hari Ayah ini dihadiri oleh 41 anak murid kelas budi pekerti, 50 orang orang tua murid, dan 32 orang relawan Tzu Chi Cemara Asri Medan.

Kelas parenting untuk murid-murid kelas budi pekerti. Kelas parenting ini dibawakan oleh Melly Kiong seorang Praktisi, Pakar, Trainer, Pemerhati anak dan keluarga, pendiri rumah moral, Peraih Penghargaan Tupperware Award She Can Award dan penulis buku.

Penerapan mindful parenting bisa dilakukan dengan mendengarkan anak sepenuh hati. Orang tua harus sabar menemani pertumbuhan anak menuju kedewasaan, adil dan bijaksana dalam bertindak. Para Orang Tua dan tamu undangan sangat antusias mendengar dengan saksama sharing yang dibawakan oleh Ibu Melly dengan topik Ayah Ada Anak Bahagia.

Melly Kiong pengisi materi yang bertema Ayah Ada Anak Bahagia yang juga praktisi, Trainer, pemerhati anak dan keluarga sedang menjelaskan tentang Penerapan mindful parenting. Orang tua harus sabar menemani pertumbuhan anak menuju kedewasaan.     

Acara dilanjutkan dengan perayaan Hari Ayah bersama kelas budi pekerti Xiao Pu Sa. Para orang tua murid dan peserta yang hadir disuguhkan tayangan video perjalanan kilas balik perjalanan kasih sayang ayah terhadap anaknya dan 30 tahun kemudian kasih sayang anak yang sudah dewasa pada ayahnya yang sudah menua.

Pada tayangan video kilas balik perjalanan kasih sayang ayah tidak semua anak-anak di dunia ini memiliki ayah yang sehat dan normal. Seorang anak di daratan Tiongkok dengan cekatan merawat dan menjaga ayahnya yang lumpuh tanpa berkeluh kesah sedikitpun. Cekatan dan penuh semangat dalam merawat ayah hingga pekerjaan rumah tangga. Video ini membuka mata dan hati para peserta yang hadir untuk mensyukuri telah diberi kedua orang tua yang sehat.

Pada sesi lainnya dalam Lukisan pasir adalah jenis yang kesenian yang unik, dari pasir pasir halus dilukiskan kasih sayang ayah dari sejak kita bayi dan ayah slalu ada dalam perjalanan hidup kita bagai gunung batu yang tegar.

Melly Kiong dalam sharingnya mengatakan Penerapan mindful parenting bisa dilakukan dengan mendengarkan anak sepenuh hati.  Kegiatan ini dihadiri oleh para orang tua murid dan relawan pendamping kelas budi pekerti.

Para murid sekolah dan para orang tua yang memainkan drama tahun ini, diangkat dari film yang berjudul Da Cuo Che (Mengikuti Perjalanan Yang Salah) yang tayang perdana pada tahun 1983. Ya Su seorang pemulung botol bekas, menemukan seorang bayi manusia dalam keranjang di pinggir jalan. Secarik kertas terselip di balik selimut, bayi ini bernama Amei, barang siapa yang bersedia mengadopsinya akan diberkati Dewi Anak.

Ya Su akhirnya memutuskan mengadopsi Amei. Seiring perjalanan waktu Amei tumbuh menjadi gadis cantik yang bercita cita menjadi penyanyi. Berkat bantuan kawanya, kariernya melesat dan banyak penggemar. Dia malu mengakui Ya Su sebagai ayah angkatnya yang bisu dan tuli.

Hari demi hari Ya Su menua dan suatu hari ketika sedang menikmati konser Amei di Televisi, tiba tiba Ya Su mendapat serangan jantung dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Kondisinya kritis dan impian untuk melihat Amei untuk terakhir kalinya pupus sudah.

Amei sangat terpukul dan kehilangan, dia putuskan untuk menyanyikan lagu Ciu Kan Tang Bue Bo adakah arak kosong yang mau dijual sebagai ungkapan isi hatinya yang mendalam pada seorang Ya Su yang luar biasa. Semoga drama ini menginspirasi semua orang untuk tidak menunda untuk berbakti pada kedua orang tua.

Para murid-murid kelas budi pekerti memperagakan bahasa isyarat tangan dari Bodhisatwa cilik Kelas Besar yang berjudul “Papa Kami Telah Membuatmu Lelah” dengan indah dan kompak.

Puncak Acara, Xiao Pu Sa berlutut panjang dan memberikan bao vegan untuk Ayah sambil mengucapkan terima kasih dan minta maaf yang setulusnya dengan memeluk erat. Pada penghujung memperingati hari ayah Melly Kiong berpesan kepada anak-anak untuk selalu belajar yang baik, sopan santun, mandiri, dan mempunyai karakter yang baik.

“Saya baru pertama kali ikut kelas Budi Pekerti Tzu Chi, dan saya merasa kelas ini sangat bagus, Anak-anak diajari tentang etika, selalu bersyukur, mandiri, dan mengasihi orang lain. Bukan hanya anak-anak yang dibimbing, para orang tua juga mendapat kesempatan ikut kelas parenting sehingga orang tua bisa lebih baik dalam mendidik anak-anak,”ucap orang tua dari Madelyn.

“Saya senang sekali karena hari ini papa tidak bekerja dan bisa ikut dalam kelas sehingga papa bisa mendengar langsung nyanyian saya. Terima kasih papa sudah bekerja demi keluarga, dan terima kasih Shi Gu (orang tua pendamping kelas budi pekerti) yang telah membimbing kami untuk menghargai dan berbakti kepada kedua orang tua,” ujar Madelyn dengan bahagia.

Para relawan Tzu Chi, murid-murid kelas budi pekerti berfoto bersama dalam suasana suka cita setelah acara penampilan drama dan mendengarkan materi dari Melly Kiong yang membahas tentang Penerapan mindful parenting

Acara diakhiri dengan menyaksikan tayangan Master Cheng Yen bercerita yang berjudul “Setengah Helai Selimut untuk Ayah yang sudah menua dan harus jaga pintu rumah dan berselimut tipis”. Perayaan Hari Ayah yang dihadiri oleh 41 orang murid kelas budi pekerti dan 82 orang relawan, dan tamu undangan ini ditutup dengan doa bersama.
Editor: Anand Yahya

Artikel Terkait

Selamat Hari Ayah

Selamat Hari Ayah

25 Juni 2012 Para Bodhisatwa kecil dari kelas budi pekerti dengan serius mengambarkan kartu dibagikan oleh para relawan. Hampir setiap kartu tertulis ucapan “Happy Father’s Day” karena hari ini juga merupakan Hari Ayah.
Bertobat di Hari Ayah

Bertobat di Hari Ayah

11 Agustus 2011
Sang anak berlutut di depan ayah, menghidangkan teh, memberi kartu ucapan, kemudian membasuh wajah, tangan, dan kaki ayah, kemudian anak memeluk ayah sambil berkata “Papa, aku sayang Papa!” Tersentuh oleh ketulusan sang anak, air mata ayah pun tak terbendung.
Persiapan Hari Ayah

Persiapan Hari Ayah

25 Juli 2011
Seperti yang dikatakan Buddha bahwa kita dapat membalas budi pada orang tua dengan bertobat dari kesalahan-kesalahan kita. Beliau juga menjelaskan bahwa kita dapat berbakti dengan berdana dan menanam berkah.
Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -