Terima Kasih Laoshi
Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika UshaPara peserta mencuci kaki laoshi (guru) sebagai salah satu bentuk terima kasih atas ilmu yang diajarkan kepada mereka. |
| ||
Ilmu 20 Hari Pelatihan dalam bidang pijat kesehatan ini sengaja diadakan untuk menambah keahlian peserta yang mayoritas adalah para penyandang cacat tunanetra. “Kami melihat kehidupan para penyandang cacat cukup memprihatinkan. Banyak dari mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Karena yang seperti kita tahu diskriminasi terhadap mereka tidak lagi dapat terelakkan, kesempatan mereka untuk memperoleh pekerjaan tidak sebesar mereka yang normal. Oleh karena itu, kami berharap pelatihan ini bisa membekali mereka dengan ilmu-ilmu baru, sehingga menambah kualitas mereka sendiri,” ucap Fifie Rahardja, Kordinator Yayasan Pusat Kembang Mas Indonesia. Ia menambahkan, lebih kurang 18 guru dari Body Space Medicine Hong Kong sengaja didatangkan langsung ke Indonesia, untuk melatih para peserta yang berasal dari seluruh Indonesia. “Para laoshi ini mengajarkan para peserta untuk menyehatkan dirinya terlebih dahulu dengan melakukan gerakan-gerakan senam, lalu menciptakan energi positif dalam diri mereka, dan kemudian baru mengajarkan cara memijat tubuh orang lain untuk menyembuhkan penyakitnya.”
Ket : - Selain mendapat pelajaran tentang bagaimana menciptakan tubuh yang sehat, para peserta juga dilatih memijat untuk menyembuhkan penyakit.(kiri) Bagus, salah satu peserta dari Kalimantan Timur mengaku merasakan ada perubahan yang terjadi dalam tubuhnya. Tidak hanya lebih sehat, ia pun menyadari bahwa pelatihan selama 20 hari yang dilakukan selama lebih kurang 10 jam/hari tersebut adalah sarana yang tepat mencari ilmu, untuk bisa dipraktikkan kembali. “Rasanya tubuh jadi lebih sehat. Loshi sungguh berjasa. Dengan penuh kesabaran mereka mengajarkan kami. Sekarang saya juga bisa mendapatkan penghasilan, dan membuka usaha dengan keterampilan ini,” tegasnya. Mencuci Kaki Ia menambahkan, bahwa apa yang telah dilakukan oleh para peserta yang mayoritas tunanetra ini harus terus mendapat dukungan. “Walaupun mereka cacat fisik, tapi yang terpenting mereka tidak cacat hati,” tegas Agus.
Ket : - Sebagai ucapan terima kasih, Fifie Rahardja, selaku perwakilan dari Yayasan Pusat Kembang Mas Indonesia memberikan suvenir kepada Agus Rijanto, yang mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. (kiri) Sebagai salah satu bentuk dukungan Tzu Chi terhadap para peserta pelatihan, Lim Ai Ru, selaku koordinator relawan Tzu Chi menjelaskan bahwa, Tzu Chi sebagai fasilitator dalam kegiatan ini. Tidak hanya menyediakan tempat pelatihan, Tzu Chi juga menyediakan tempat tinggal sementara dan makanan bagi para peserta. “Kami melihat apa yang dilakukan oleh Yayasan Pusat Kembang Mas Indonesia dalam memberikan pelatihan kepada masyarakat cacat, sungguh mulia. Oleh karena itu, ketika mereka meminta kami untuk bekerja sama, kami pun dengan senang hati menerimanya,” ucap Lim Ai Ru. Tangis haru pun pecah ketika perwakilan dari peserta mulai membasuh kaki para laoshi. Kebersamaan yang telah mereka jalani selama lebih kurang 20 hari tersebut telah menumbuhkan ikatan cinta kasih dan kekeluargaan dalam hati mereka. Tidak hanya belajar ilmu pengobatan, namun yang terpenting pelatihan ini telah mengembalikan semangat mereka untuk kembali berjuang. Guo Zi Cuan, selaku guru besar dalam BSM juga mengingatkan para peserta untuk terus memiliki hati yang welas asih. Ia menegaskan, “Seperti yang sudah dikatakan oleh Master Cheng Yen, dengan welas asih kita bisa mensyukuri kehidupan. Jadi meskipun cacat atau tidak bisa melihat, tapi kita tetap bersyukur dan tidak putus asa. Dengan pengetahuan ini kita bisa membantu orang lain, dan kita pun bisa terus menyebarkan cinta kasih ini kepada orang lain.” | |||
Artikel Terkait
Layanan Kesehatan untuk Warga Desa Sumber Kimia
03 Juni 2016Warga Desa Sumber Kimia, Singaraja Bali kembali mendapatkan pengobatan gratis dari Tzu Chi Bali yang bekerja sama dengan SMK Nusa Dua Gerokgak, Singaraja Bali pada Minggu (29/5/2016). Sebanyak 90 pasien diobati dengan berbagai keluhan penyakit, seperti darah tinggi dan kolesterol.
Tzu Chi Indonesia Kembali Merayakan Waisak Dengan Megah dan Khidmat
14 Mei 2023Harmonis dan penuh keindahan adalah dua kata yang sedikit mewakili perayaan tiga hari besar: Hari Waisak, Hari Ibu Internasional, dan Hari Tzu Chi Sedunia yang hari ini (14 Mei 2023) dilaksanakan di Tzu Chi Center, PIK.
Keharuan dan Ungkapan Cinta di Hari Ibu
05 Desember 2024Gathering Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) kali ini mengajak anak-anak mengungkapkan rasa terima kasih kepada ibu dan pentingnya berbakti kepada orang tua. Ini menjadi simbol cinta kasih yang mendalam.