Terkesan dengan Tzu Chi, WHO Ingin Menjalin Jodoh Baik

Jurnalis : Clarissa Ruth, Fotografer : Clarissa Ruth

Ludy Suryanto (kanan) Multisectoral Engagement for Health Security dari WHO, mendengarkan Suriadi (kiri), selaku Direktur Umum Tzu Chi Hospital, menjelaskan tentang aksi kebajikan. Ludy sangat terkesan dengan jejak langkah Tzu Chi di Indonesia yang sudah banyak meringankan banyak orang.

Yayasan Buddha Tzu Chi baru-baru ini mendapat kehormatan dengan kunjungan dari perwakilan World Health Organization (WHO), Ludy Suryantoro selaku Multisectoral Engagement for Health Security Departement of Health Security Preparedness, Badan Kesehatan Dunia yang berbasis di Jenewa, Swiss. WHO sendiri adalah lembaga di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertanggung jawab dalam isu-isu kesehatan masyarakat di tingkat global. WHO memiliki misi utama untuk mencapai kesehatan yang optimal bagi semua orang, di mana pun mereka berada. Organisasi ini mengkoordinasikan upaya internasional dalam mengatasi berbagai tantangan kesehatan seperti penyakit menular, epidemi, dan bencana kesehatan lainnya. WHO juga berperan dalam memberikan panduan dan kebijakan yang membantu negara-negara anggotanya untuk meningkatkan sistem kesehatan nasional.

Dalam kunjungan ini, Ludy  berkesempatan untuk berkeliling Tzu Chi Hospital, Tzu Chi School, dan Tzu Chi Center. Kunjungan ini tidak hanya memperlihatkan kemajuan infrastruktur yang dimiliki oleh Tzu Chi, tetapi juga membuka peluang besar untuk kolaborasi antara WHO dan Tzu Chi dalam misi kemanusiaan global. “Saya kemari untuk melihat foundation yang dari end to end sudah ada seperti edukasi dan kesehatan. Jadi sangat terkesan sekali ya dengan apa yang Tzu Chi sudah buat. Sekarang tinggal memikirkan bagaimana caranya untuk sustainability (keberlanjutan) ke depannya dan juga untuk sharing best achievement (berbagi tentang pencapaian terbaik) yang ada di sini ke luar negeri,” ungkap Ludy dengan semangat menggunakan bahasa Indonesia bercampur Inggris.

Saat berkeliling di Tzu Chi Hospital, Dokter Gunawan, Direktur Utama Tzu Chi Hospital, menjelaskan tentang fasilitas dan alat-alat kesehatan yang dimiliki rumah sakit tersebut. Dia juga menceritakan bagaimana Tzu Chi Hospital menganggap pasien seperti keluarga sendiri sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik.

Kunjungan dimulai dengan tur di Tzu Chi Hospital, di mana Ludy terlihat sangat terpukau dengan fasilitas modern dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit ini. Beliau mengapresiasi upaya Tzu Chi dalam menciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan, baik secara fisik maupun spiritual. Teknologi medis canggih yang diterapkan di rumah sakit ini menunjukkan komitmen Tzu Chi dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat. Sepanjang berkeliling di Tzu Chi Hospital, terlihat Ludy sangat terkesan dengan kelengkapan fasilitas dan juga pelayanan yang diberikan oleh para dokter, tim medis, dan staf di Tzu Chi Hospital.

“Rumah sakitnya sangat lengkap, sudah memikirkan semua, tapi saya pikir banyak yang bisa kita kolaborasikan bersama seperti yang sudah direncanakan juga oleh Tzu Chi Hospital, yaitu sekolah keperawatan. We help people, but we need to change the lives of others. Dengan adanya sekolah keperawatan ini kami bisa membantu menempatkan mereka ke seluruh dunia, jadi kita tidak hanya menolong orang tapi mengganti nasib orang,” harap Ludy yang melihat potensi untuk saling mendukung menciptakan hal-hal baik untuk orang lain.

Dokter Gunawan, selaku Direktur Utama Tzu Chi, dan juga Suriadi, sebagai Direktur Umum Tzu Chi Hospital, menyambut baik kedatangan Ludy Suryantoro beserta dua rekan lainnya yang berkunjung ke Tzu Chi Hospital. “Beliau mendengar nama Yayasan Buddha Tzu Chi yang katanya besar di Indonesia, jadi saat lagi di Indonesia Pak Ludy tertarik untuk mengunjungi Tzu Chi. Setelah ia datang dan menyaksikan sendiri ternyata bukan hanya besar tetapi yang beliau lihat ini adalah wujud dari cinta kasih banyak orang dan membantu banyak orang. Jadi, bukan besarnya tapi ketulusan dan nilai-nilai sosialnya serta kepedulian kepada masyarakat,” jelas Suriadi.

Tentu saja, Tzu Chi Hospital juga berharap pertemuan ini nantinya akan menjadi awal dari jalinan hubungan yang baik dengan WHO sehingga antara kedua organisasi ini dapat menghasilkan dampak yang signifikan dalam upaya meningkatkan kesehatan global, terutama dalam hal penyediaan layanan kesehatan yang terjangkau dan tanggap bencana.

“Apa yang dikerjakan Tzu Chi ini kan linear, paralel sama dengan yang dikerjakan WHO juga, jadi tentunya kita berharap ke depannya akan banyak kolaborasi ya terutama dalam hal pengentasan masalah kesehatan di Jakarta,” harap Suriadi.

Saat berkeliling di Tzu Chi School, Ludy terus memperlihatkan kekagumannya kepada Tzu Chi setelah melihat apa saja yang sudah dilakukan dalam bidang amal, sosial, pendidikan, dan juga kesehatan. “Luar biasa, Tzu Chi bisa menyeimbangkan antara doing well and doing good,” ungkap kekaguman Ludy saat berkunjung ke Tzu Chi.

Saat melanjutkan kunjungannya ke Tzu Chi School, Ludy juga terus terkesan karena ia melihat sekolah ini tidak hanya memberikan pendidikan akademik yang berkualitas, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada para siswanya. Ludy terkesan dengan program-program pendidikan yang mengintegrasikan pelajaran moral dan sosial, serta menciptakan generasi muda yang cerdas dan beretika.

Begitu juga saat berkunjung ke Jing Si Tang, pusat dari berbagai kegiatan sosial yang dilakukan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Di sini, Ludy menyaksikan langsung bagaimana para relawan Tzu Chi dengan penuh dedikasi dan kasih sayang menjalankan berbagai aksi sosial, seperti bantuan bencana, rumah gratis untuk korban bencana, pelayanan kesehatan gratis, dan distribusi kebutuhan pokok bagi mereka yang membutuhkan. Beliau sangat amazed melihat betapa besar dampak positif yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan sosial ini.

Ludy juga berkeliling ke Aula Jing Si. Ia tertarik mendengarkan sejarah Tzu Chi, mulai dari aksi yang dilakukan oleh Master Cheng Yen hingga berpengaruh besar di dunia, termasuk di Indonesia. Ludy berharap ke depannya Tzu Chi dan WHO bisa menjalin kerja sama serta memiliki hubungan yang baik untuk bersama-sama mewujudkan dunia yang lebih baik lagi.

Kunjungan ini diharapkan menjadi langkah awal menuju kerja sama yang lebih erat antara WHO dan Yayasan Buddha Tzu Chi. Bersama, keduanya dapat mewujudkan visi bersama untuk menciptakan dunia yang lebih sehat, damai, dan penuh cinta kasih.

“Di dalam negeri, masyarakat sudah banyak mengenal Tzu Chi. Menurut saya, sudah saatnya sekarang dunia tahu bagaimana achivement yang sudah dibuat oleh Tzu Chi Indonesia ini. Jadi, kita perlu membawa Tzu Chi Indonesia untuk dikenal dan membagikan pencapaian terbaik sejauh ini. I think everybody will be impress. Dengan misi yang sama, kami melihat potensi besar untuk berkolaborasi. Bersama, kita bisa mewujudkan dunia menjadi lebih baik,” ungkap Ludy.

Editor: Erli Tan

Artikel Terkait

Syifa, Pasien Talasemia Akhirnya Melakukan Transplantasi Sel Punca di Tzu Chi Hospital

Syifa, Pasien Talasemia Akhirnya Melakukan Transplantasi Sel Punca di Tzu Chi Hospital

23 November 2023

Assyifa Salsabila Balqis (11), pasien Talasemia Beta Mayor kini sudah menerima sel punca darah dari adiknya, Sultan Muhammad Alfatih (6). Setelah melalui proses yang tidak sederhana, transplantasi sel punca darah ini akhirnya berlangsung pada 20 dan 21 November 2023.

Mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang Berbudaya Humanis

Mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang Berbudaya Humanis

02 November 2020

Menjelang soft opening yang tinggal menghitung bulan, Tzu Chi Hospital Indonesia membekali para stafnya dengan berbagai pelatihan yang diadakan secara berkala. Ini bertujuan demi mewujudkan pelayanan kesehatan yang berbudaya humanis, berteknologi tinggi, dan bertaraf internasional.

Mengenal Tzu Chi Hospital Secara Langsung

Mengenal Tzu Chi Hospital Secara Langsung

13 September 2021

Relawan Tzu Chi yang berkomitmen untuk menjadi software Tzu Chi Hospital atau relawan pemehati rumah sakit mengikuti pelatihan on site yang berlangsung selama tiga hari, 11, 18, dan 25 September 2021.

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -