Kondisi pandemi tidak menyurutkan semangat para siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi untuk tetap meraih prestasi. Di tahun ajaran baru ini, ada enam siswa dari SMA Cinta kasih Tzu Chi yang membawa nama baik sekolah dan berhasil masuk ke universitas negeri unggulan di berbagai wilayah di Indonesia.
Bersama Agus Purwanto, Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi Felix Tjahyadi dan Felicia berbagi kisah tentang perjalanan mereka bersekolah di SMA Cinta Kasih hingga berhasil masuk ke universitas ternama.
Mereka antara lain: Felix Tjahyadi (Jurusan Ilmu Komputer – Universitas Indonesia), Felicia (Jurusan Ekonomi – Universitas Indonesia), Khanti Paramita (Jurusan Gizi Kesehatan – Universitas Gajah Mada), Velisa Stevanie (Jurusan Bisnis Digital – Universitas Pendidikan Indonesia), Febriani Metta Sari (Jurusan Agribisnis – Universitas Mataram), dan Gilbert Owen (Jurusan Arsitek – Universitas Sumatera Utara).
Para pelajar angkatan 2020/2021 menjadi angkatan pertama yang melakukan pembelajaran jarak jauh berbasis online learning karena pandemi. Seluruh pelajaran tatap muka dialihkan dan semua harus beradaptasi tentang cara mengajar maupun belajar. Berbagai kendala dialami namun ternyata bukan merupakan halangan yang berarti.
Enam siswa dari SMA Cinta kasih Tzu Chi yang membawa nama baik sekolah dan berhasil masuk ke universitas negeri unggulan di berbagai wilayah di Indonesia.
“Saya bangga kepada mereka, karena ketika mereka mengikuti sebuah proses yang standarnya lumayan berat, mereka lolos. Mereka mempunyai kemampuan yang sangat baik dan layaklah kalau saya bangga kepada mereka,” ungkap Agus Purwanto, Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi.
Pak Pur, panggilan akrabnya berpesan bahwa di mana pun mereka berada, mereka tetap insan Tzu Chi. “Hiduplah, berperilakulah sesuai budaya humanis. Mencintai lingkungan, menjaga kebersihan, kerapian, tata krama, sopan santun, itu sangat penting di mana pun berada. Kemudian jadilah mahasiswa yang disiplin dan bertanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain,” pesan Pak Pur.
Terus Fokus dan Melawan Rasa Malas
Tanda lolos Universitas Indonesia yang dibagikan oleh Felix Tjahyadi dan Felicia. Ini merupakan tanda awal dari kerja keras mereka untuk mencapai cita-cita.
Membagikan kiat suksesnya lolos ke Universitas Indonesia melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Felix Tjahyadi mengaku kuncinya adalah fokus dan tidak terlena saat mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Felix mengatakan bahwa suasana rumah yang nyaman kadang membuat siswa menjadi tidak fokus pada pembelajaran, namun sebisa mungkin ia tidak terpengaruh dengan hal tersebut.
“Awalnya terasa baru, seperti nggak tahu harus apa. Jadi ya cuma satu hal yang bisa kita lakukan pas kelas online, rajin-rajin seaching di internet: cari bahan pelajaran bukan cuma dari satu sumber tapi beberapa lalu compare. Pasti dapat ilmunya lebih,” kata Felix. “Ya memang sekolah online itu ya kita harus fokus ya. Karena hawa rumah itu beda sekali, kita pasti lebih pengen tidur. Tapi sebisa mungkin selalu coba untuk fokus, coba tanya, dan cari banyak-banyak referensi,” imbuhnya.
Menyukai teknologi sejak duduk di bangku SMP, Felix yakin masa depannya akan ada di bidang ini. Untuk itu, ia tekun. Padahal ketika masuk SMA di jurusan IPA, pelajaran ilmu komputer hanya masuk dalam kurikulum Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU). Tapi ia menargetkan dirinya sendiri untuk bisa lebih mendalami teknologi dan ilmu komputer agar masuk universitas unggulan.
“Rasanya benar-benar senang dan terharu bisa masuk UI, universitas terkenal, banyak yang mau (kuliah) ke sana juga. Jadi benar-benar merasa, ‘Yes.. berhasil!’ Benar-benar bisa dapat apa yang saya pengen,” ungkap Felix.
Felix Tjahyadi (kiri) saat masih aktif berkegiatan dan bersekolah di SMA Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat.
Walaupun telah lolos masuk Universitas Indonesia, Felix tetap memotivasi dirinya untuk terus semangat. Ia tak mau lengah dan kalah dengan rasa malas yang kerap datang.
“Saya mikirnya masih ada banyak yang lebih jago di luar sana dan kalau misalnya saya online class dan ketinggalan presentase 10 atau 20 % dengan yang lebih jago, pasti akan malu sendiri. Jadi tetap harus semangat dan tidak lengah,” kata Felix semangat.
Bangkit Lagi Setelah Gagal
Tak jauh berbeda dengan Felix, Felicia juga menekankan bahwa fokus adalah kunci utama untuk tidak tertinggal selama belajar online. Ia bahkan merasakan bahwa belajar online membuatnya menjadi lebih leluasa karena bisa banyak mencari bahan lain dari internet.
“Sebenarnya cara belajar sih nggak jauh beda juga cara belajarnya dengan yang offline. Tetap harus fokus. Jadi kalau kurang ngerti pasti tanya guru. Selain itu lebih banyak seaching di internet, trus banyak baca juga. Satu lagi itu kalau ada teman tanya ke kita, kita jangan pelit untuk bagi ilmu yang kita tahu karena dengan bantu teman, ajarin teman, itu sama aja kayak kita ingat-ingat lagi materi pelajaran,” kata Feli, panggilan akrabnya.
Lolos di Jurusan Ekonomi UI, Feli awalnya sempat “diragukan” orang tuanya sendiri. Ia bercerita bahwa mama papanya sempat tidak percaya namun karena itu Feli mengaku seperti termotivasi untuk membuktikan bahwa dirinya bisa. “Kalau misalnya papa mama tidak menyangkal, mungkin sampai sekarang saya masih males-malesan dan tidak termotivasi untuk membuktikan kalau saya bisa,” aku Feli.
Felicia (kedua dari kanan) berfoto setelah aktif ikut berkegiatan pelestarian lingkungan sesuai dengan minatnya.
Felicia tertarik dengan ekonomi sejak kelas 11 SMA karena sering diajukan sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti berbagai lomba walaupun menurutnya hasilnya belum maksimal. “Sering kalahnya, Kak. Banyak gagalnya,” ujarnya. Tapi dari kekalahan itu, ia ternyata banyak mencari tahu dan semakin menyukai pelajaran ekonomi.
Melalui ekonomi pula, Feli nantinya berencana mengambil minat dalam bidang Ekonomi SDA dan Lingkungan. Bukan tanpa sebab, Feli ingin mempraktikkan aksi pelestarian lingkungan yang ilmunya ia dapatkan dari Tzu Chi.
“Sebenarnya saya punya prinsip, jadi karena sekolah di Tzu Chi, saya tersadarkan kalau Bumi ini udah mau rusak gitu. Apalagi ada perubahan iklim dan sebagainya. Nah ekonomi mungkin juga ada dampaknya pada Bumi. Jadi karena itulah ada keinginan untuk selamatkan Bumi,” papar Feli yang awalnya ingin masuk ke jurusan Ilmu Geografi namun karena ia mengambil jurusan IPS di SMA, ia mengambil langkah lain.
Kini setelah lolos di UI, Feli tetap terus berusaha dengan segala kemampuannya untuk bisa mengikuti perkuliahan online. Satu hal yang terus ia tekankan adalah kegagalan bukanlah akhir dari sebuah perjalanan. Kegagalan bisa menjadi satu kesempatan untuk memperbaiki diri.
“Saya pikir saya orang yang gagal tapi karena hasil ini, saya ubah mindset kalau gagal itu tidak selalu buruk. Kalau kamu gagal, bangkit lagi juga gapapa. Nah kalau kamu berhasil setelahnya, kamu pasti akan senang sekali. Dulu sering salahin diri sendiri karena kalaupun ikut lomba juga banyakan kalahnya tapi dari sana semakin belajar,” ungkap Feli mengingatkan para adik kelasnya.
Editor: Hadi Pranoto