Teruslah Mengasah Diri

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Juliana Santy, Witono
 

foto
Agus Hartono sedang menjelaskan tentang pelatihan Zhen Shan Mei.

Lengkingan suara orang yang tengah sholat subuh gema membahana membangunkanku  di pagi hari Sabtu 25 Maret 2014.   Meski kokok ayam tidak lagi terdengar, namun sayup-sayup mengalun di telinga, kicauan burung –burung bernyanyi ceria di sela-sela pepohonan yang tumbuh subur di depan kompleks perumahan seolah mereka menyapa “Selamat Pagi”. “Ah, pelupuk mata masih terasa berat membalas kicauan yang merdu terdengar itu, namun  di dalam  relung hati menyahutnya Semangat Pagi” gumamku.

Dinginnya udara pagi hari ternyata bisa dihangatkan dengan secangkir air putih yang membasuh kerongkonganku.  Dengan sigap, kaki gontai menderapkan langkah untuk  berkemas diri  mengapai jadwal padat yang sudah menanti. Seusai menjalankan kegiatan  demi kegiatan  lainnya,  menjelang tengah hari dengan tergopoh-gopoh saya  menuju Aula Jingsi Tzu Chi di Pantai Indah Kapuk, Jakarta tempat diadakannya training Zhen Shan Mei kedua.

Mentari bersinar cemerlang menghangatkan suasana training kedua Zhen Shan Mei yang dibuka pada pukul 14.00 oleh Juliana Santy shijie, dan ratusan  peserta relawan Tzu Chi dari lima He Qi di Jakarta memenuhi deretan tempat duduk   di ruangan Xi She Ting.  Sesuatu hal menarik dari training  ini adalah kehadiran  beberapa komite yang  menjadi peserta training seperti: Hok Lay shixiong, Liwan shixiong, dan Like Hermansyah shijie. Di awal acara,  Like shijie  yang juga terdaftar sebagai peserta training memberikan sharingnya :   “Selain menjadi mata dan telinga Master Cheng Yen, hasil karya relawan Zhen Shan Mei Tzu Chi harus dapat menginspirasi  orang lain berbuat kebaikan “You Ni Men Zhen Hao” (Kehadiran Kalian sangatlah baik) kata  ketua tim training He Xin ini dengan lugas dan tegas. Sharing Beliau yang penuh semangat  segera memompa semangat positif ke seluruh peserta training foto, menulis, video,  dan skrip ini. “ Luar biasa!” kata Liwan shixiong menanggapinya.   Tidak lama berselang,  Agus Hartono shixiong  turut memberikan kata sambutannya. Ia sangat mengharapkan para peserta training mampu mendapatkan banyak manfaat   dari kegiatan training yang akan diadakan rutin sekali setiap bulan. “Rencananya tanggal 25-27 April  camp Zhen Shan Mei seluruh Indonesia akan diselenggarakan di Aula Jingsi PIK”, katanya dengan penuh antusias. Hadirin bertepuk tangan menyambut dengan suka cita kabar baik ini sebelum pembagian kelas berdasarkan subjek yang telah dipilih oleh masing-masing peserta training seperti: fotografi dasar/fotografi lanjut, menulis dasar/ menulis lanjutan, video dasar/video lanjutan dan skrip dasar/skrip lanjutan.  

Kelas Menulis Lanjutan
Apriyanto Shixiong adalah mentor kelas menulis lanjutan memberikan penjelasan dari slide PPT yang diikuti oleh 4 orang peserta, dimana saya salah seorang yang terdaftar sebagai peserta di kelas ini.   “shixiong dan shijie di sini ibarat Bongkahan batu permata mentah yang perlu terus diasah  sehingga menjadi batu permata yang indah” katanya.  “Sebuah batu permata tidak akan berkilau tanpa digosok.” Kata mutiara ini tergiang bukan hanya di telinga namun telah menembus relung hati saya untuk menorehkan tinta di atas kertas putih dan menuangkannya kedalam bentuk tulisan. Memang benar, training ini selain untuk menambah wawasan pengetahuan juga untuk terus mengali potensi yang terpendam dalam diri, mempraktikkannya  secara terus menerus dan konsisten sehingga kualitas dirinya dapat berkilau. Saya pernah membaca buku kisah tokoh terkenal:  Demosthenes. Beliau adalah orator ulung pada zaman romawi kuno ternyata seorang yang bicaranya gagap. Saat pertama kali dia mencoba berbicara di muka umum, dia ditertawakan dan dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Namun dia tidak menyerah , terus menerus mencoba, berusaha semampunya dengan konsisten memotivasi dirinya  dan akhirnya sejarah dunia telah mencatat seorang ahli pidato yang sangat disegani oleh kawan maupun lawannya. Masalah gagap yang dihadapi oleh Demosthenes dianggap sebagai ujian  untuk terus menerus mengasah kemampuan dirinya sehingga kilauan permata akhirnya bersinar dari pidatonya yang diucapkannya. Demikian pula,  menulis cerita yang menarik dengan memasukkan alur cerita yang jelas, memberikan karakter , diiringi dengan konflik dan menimbulkan emosi bagi pembacanya  pastinya dapat memberikan nilai lebih dari sekedar merangkai kata-kata ringan.

foto   foto

Keterangan :

  • Like shijie (kiri) sedang melakukan praktik menulis. Like merasa kegiatan menulis merupakan hal yang penting bagi sejarah Tzu Chi (kiri).
  • Dalam kelas menulis lanjutan kegiatan lebih banyak dalam bentuk diskusi (kanan).

“Jangan menganggap remeh kemampuan diri sendiri sebab setiap manusia memiliki potensi yang tidak terhingga”  Master Cheng Yen.

Melangkah di Jalan Bodhisatwa sebagai jalan pelatihan diri berarti setiap orang juga harus siap terus menerus mengasah  kemampuan diri. Meski jalan yang akan ditempuh adalah jalan penuh batu dan berkelok-kelok , namun sepasang kaki  harus tetap melangkah maju  mengikuti derap sang waktu yang tidak pernah berhenti berdetak dan bermanfaat bagi banyak orang. Jam tetap bekerja meski tidak dilihat orang  dan selalu menunjukkan waktu yang berguna bagi seluruh insan di dunia.  Semoga karya-karya kita dapat bermanfaat bagi banyak orang dan memberikan inspirasi untuk berbuat kebajikan di ladang berkah Tzu Chi.  Teruslah mengasah diri hingga kelak kilau permata bersinar dari dalammu.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih : Hati yang Penuh  Syukur

Suara Kasih : Hati yang Penuh Syukur

12 Juli 2010
Di stasiun kereta yang ramai, insan Tzu Chi mengadakan pameran untuk mensosialisasikan pelestarian lingkungan, dan pentingnya bervegetarian, demi meredam pemanasan global.
Selamat Ulang Tahun, Han Han

Selamat Ulang Tahun, Han Han

27 Desember 2008 Lantunan lagu Happy Birthday itu mengalun riang dari muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) yang pada hari itu datang ke kediaman Han Han, gadis berusia 16 tahun yang mengidap Celebral palsy yang dibantu oleh Tzu Chi beberapa tahun ini. Bulan Desember adalah bulan yang membahagiakan bagi Han Han karena pada 5 Desember yang lalu ia genap berusia 16 tahun.
Baksos Tzu Chi ke-100: Memulihkan Asa Hendri

Baksos Tzu Chi ke-100: Memulihkan Asa Hendri

13 Oktober 2014 Penyakit merupakan momok terbesar bagi setiap insan, terlebih bagi mereka yang berasal dari kalangan kurang mampu. Jika terkena penyakit, mereka tidak lekas memeriksakan ke dokter justru membiarkannya. Ini dilakukan mereka bukan karena tidak ingin sembuh, tetapi lantaran ketidakberdayaan untuk menanggung biaya pengobatan yang besar.
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -