Tetap Bersyukur

Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Apriyanto
 
 

fotoSetelah menjalani operasi, Larasati nampak lemah. Kondisi sumbingnya yang lebar (sumbing ganda) membuat ia tak bisa menjalani operasi pembenahan sekaligus.

Di tengah hiruk-pikuk pengunjung, cahaya matahari mulai menerangi seisi halaman Rumah Sakit Bhayangkara, Padang. Perlahan-lahan sinar matahari yang terus menghangat merambati seluruh bangunan itu. Di tengah siraman matahari dan di bawah rerimbunan daun di salah satu sudut rumah sakit, Azuardi terus memperhatikan putri bungsunya Larasati yang tengah digendong Nelmawati, istrinya di ruang tunggu pasien.

Hari itu, Sabtu 18 Desember 2010 Tzu Chi bekerja sama dengan Polda Sumatera Barat mengadakan Bakti Sosial Kesehatan ke-72. Pada baksos kesehatan ini Tzu Chi memberikan bantuan operasi katarak, bibir sumbing, hernia, dan tumor sebagai bagian dari perayaan Hari Tzu Chi di Kota Padang yang ditetapkan pada tanggal 12 Desember 2010 lalu dan akan diperingati setiap tahunnya di tanggal dan bulan yang sama. Larasati adalah salah satu peserta yang sangat menantikan program ini.

Namanya Larasati
Tiga tahun yang lalu semestinya menjadi momen yang istimewa bagi Azuardi dan Nelmawati. Anak ke-4 dari belasan tahun mengarungi bahtera rumah tangganya ini lahir dengan selamat. Namun di balik persalinannya yang mudah, putri bungsu Azuardi lahir dengan bibir yang sumbing. Kendati demikian Azuardi tetap menerimanya dengan sukacita. “Anak adalah anugerah dari Allah SWT, apapun keadaannya dia harus kita sayangi,” kata Azuardi. Karena itulah bayi lugu itu kemudian diberi nama Larasati, dengan harapan ia akan tumbuh menjadi gadis yang cantik di kemudian hari.

Sebagai bayi yang lugu, Larasati tak bisa menyusu Air Susu Ibu (ASI) seperti bayi-bayi normal lainnya. Ini disebabkan karena sumbing Larasati cukup lebar hingga membelah langit-langit mulutnya. Akhirnya demi perkembangan dan kesehatan putrinya, Azuardi harus rela mengeluarkan dana lebih untuk membeli susu kaleng dan menyuapi Larasati dengan sendok setiap harinya. Ajaib, dengan segala keterbatasannya Larasati tumbuh layaknya bayi normal. Berat badannya seimbang dan kesehatannya pun cukup baik. Larasati juga tak banyak menangis seperti anak-anak yang lain jikalau menginginkan sesuatu. Secara keseluruhan Larasati memiliki pembawaan yang tenang meskipun terkadang ia mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan keinginannya.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebagai anak-anak, Larasati tidak rewel. Ia nampak lebih tenang dan bisa menahan gelisah dibandingkan anak-anak seusianya menjelang operasi. (kiri)
  • Murid-murid dari SMA Negeri 1 Padang memeragakan bahasa isyarat tangan dalam pembukaan Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-72 di Padang. (kanan)

Sebagai orang tua, Azuardi sangat ingin memberikan yang terbaik bagi putri bungsunya. Tetapi apa yang ia cita-citakan tak selalu imbang dengan daya yang ia miliki. Sebagai buruh pembuat batu bata pendapatan Azuardi yang minim hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Karena itulah Azuardi tak pernah bisa menyisihkan pendapatannya untuk biaya operasi Larasati yang cukup besar (sekitar Rp 8 juta). Keadaan ini membuat Azuardi dan Nelmawati menatap pilu wajah Larasati dan merindukan adanya mujizat.

Sampai suatu hari salah satu keponakan Nelmawati yang bekerja di salah satu toko relawan Tzu Chi, memberitahukan kalau Tzu Chi mengadakan bakti sosial kesehatan. Ketika mendengar berita gembira ini Azuardi bersama Nelmawati bergegas membawa Larasati ke SMA Negeri 1 Padang untuk didaftarkan sebagai peserta baksos. Setelah melampirkan beberapa persyaratan dan menjalani screening, akhirnya Larasati diperbolehkan untuk menjalani operasi pada Sabtu, 18 Desember 2010. Selain Larasati, hari itu juga ada 32 pasien yang menjalani operasi bibir sumbing, 37 pasien hernia, dan 26 pasien bedah tumor. Di hari yang sama, di SMAN Negeri 1 Padang juga ramai oleh 100 pasien peserta baksos mata (katarak).

Di hari yang begitu panas Larasati tetap saja tenang, meskipun banyak anak-anak lain telah merengek karena jenuh. Setelah 5 jam menanti akhirnya momen yang dinantikan itu tiba. Larasati dipersilakan untuk memasuki ruang tunggu operasi. Dan setelah menanti selama 1 jam akhirnya Larasati keluar dari ruang operasi dengan bibir yang telah terjahit. Karena sumbingnya cukup lebar dan pertumbuhan giginya menjadi tak normal, maka dokter menyarankan agar Larasati kembali menjalani operasi satu tahun kemudian. Sebuah kondisi yang sesungguhnya tidak memuaskan Azuardi dan Nelmawati pada saat itu. Namun karena kondisi fisik Larasati yang tidak memungkinkan untuk menjalani operasi besar sekaligus, Azuardi dan Nelmawati paham dan bersyukur atas berkah yang mereka terima hari itu. Setidaknya setelah menjalani operasi hari itu, sumbing Larasati lebih baik dari sebelumnya –rongga mulutnya sudah tidak terlihat. Azuardi dan Nelmawati bersyukur tidak hanya karena putri mereka bisa dioperasi, tapi juga karena telah dipertemukan dengan orang-orang yang suka membantu mereka yang sedang kesulitan.

  
 

Artikel Terkait

Seragam Sekolah untuk Anak-Anak di Pulau Tulang

Seragam Sekolah untuk Anak-Anak di Pulau Tulang

14 November 2016

Untuk memberikan semangat kepada anak-anak sekolah di Pulau Tulang, relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun membagikan seragam sekolah. Kegiatan yang digelar pada Kamis, 3 November 2016 ini, Relawan Tzu Chi bekerja sama dengan Dinas Sosial setempat.

Jelang Idul Fitri, Tzu Chi Pekanbaru Salurkan 877 Paket Sembako

Jelang Idul Fitri, Tzu Chi Pekanbaru Salurkan 877 Paket Sembako

02 April 2024

Sambut Idul Fitri, Tzu Chi Pekanbaru membagikan 877 paket sembako di tiga kelurahan, yakni Kelurahan Sialang Munggu, Kelurahan Tanjung Rhu, dan Kelurahan Bandar Raya.

Tangan yang Indah Mewujudkan Bumi yang Indah

Tangan yang Indah Mewujudkan Bumi yang Indah

22 Oktober 2013 Warga sekali lagi menunjukkan dukungannya terhadap kegiatan ini dan berharap dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa/I serta warga sekitar dapat menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan.
Cara untuk mengarahkan orang lain bukanlah dengan memberi perintah, namun bimbinglah dengan memberi teladan melalui perbuatan nyata.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -