Tetap Bersyukur

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

fotoM. Noor tengah menjalani pemeriksaan bagian depan mata dengan menggunakan mikroskop (slit lamp) untuk memeriksa penyakit atau kelainan pada kelopak dan bola matanya.

Ada peribahasa yang mengatakan bahwa mata adalah jendela dunia. Dengan mata kita bisa melihat apa saja. Bahkan ada yang mengatakan bahwa benda terbesar yang ada adalah mata, karena apa saja bisa masuk dalam penglihatan kita. Pernahkah kita berpikir, apa jadinya kita tanpa adanya mata? Sudah pasti kita tidak akan bisa melihat indahnya dunia.

 

 

 

Di samping perannya yang begitu besar, ternyata mata sangat rawan dengan berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang paling sering menyerang bagian vital tubuh kita ini adalah katarak. Penyakit katarak biasa terjadi pada mereka yang sudah berusia lanjut, namun tidak menutup kemungkinan penyakit ini akan terjadi pada anak-anak akibat bawaan dari kelahiran.

Minggu, 12 Februari 2012 lalu, bertempat di Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan kegiatan berupa screening pasien penderita katarak. Sekitar 200 pasien penderita penyakit mata mengikuti kegiatan ini. Pasien yang datang tidak hanya pasien dari wilayah Jakarta saja, ada pula pasien yang jauh-jauh datang dari Banyumas, Jawa Tengah.

Selviana, anak usia delapan tahun ini merupakan salah satu penderita katarak yang mengikuti screening. “Pertama curiga ada penyakit katarak waktu usianya lima bulan, ada bintik di matanya. Pernah operasi juga waktu usianya enam bulan, tapi sekarang tumbuh lagi sampai anaknya hampir tidak bisa melihat,” ujar paman Selviana saat menemaninya melakukan screening. “Saya sekarang masih sekolah, sudah bisa membaca. Tapi sulit untuk melihat huruf-huruf. Kadang-kadang kalau membaca dibantu sama teman, dibacain,” cerita anak kelas 2 SD di Banyumas ini.

foto    foto

Keterangan :

  • Selviana didampingi relawan saat memeriksakan keadaan matanya pada screening yang diadakan hari Minggu, 12 Februari 2012 di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi (kiri).
  • Pemeriksaan diawali dengan pemeriksaan visus atau tajam penglihatan tanpa ukuran apapun. Pemeriksaan dilakukan dengan mata tanpa bantuan apapun (kacamata), untuk mengetahui sampai dimana mata dapat melihat atau membaca. (kanan).

Tidak mudah memang bagi anak-anak untuk bisa menerima penyakit yang dideritanya, lingkungan sekitar harus bisa mendukung untuk menjaga kondisi psikologis anak agar tidak timbul perasaan rendah diri. Beruntung lingkungan tempat Selvi tinggal bisa menerima dan mendukung kesembuhan Selvi. “Teman-teman baik, tidak suka ngledekin, malah sering membantu,” tuturnya.

Cerita lain datang dari Muhammad Noor (50). Entah apa yang seharusnya dia rasakan, sedih atau mungkin gembira. Pasalnya, belum genap seminggu penjual ikan hias ini kehilangan rumahnya akibat kebakaran yang terjadi 7 Februari 2012 lalu. Namun, dari sanalah ia mengetahui tentang kegiatan Tzu Chi termasuk kegiatan (screening pasien katarak) yang berlangsung hari itu (12/2/12).

Penyakit katarak telah dirasakannya dari tahun 2010 lalu, namun tidak banyak yang bisa dia lakukan. Kesehariannya yang dia habiskan dengan berjualan ikan hias tidak begitu banyak menghasilkan untung baginya. “Kadang kalau lagi ramai sekali, penghasilan bisa sampai Rp 100.000,- per hari, tapi kalau lagi sepi bisa nggak ada pembeli sama sekali. Artinya ya nggak dapat duit,” ceritanya.

foto  foto

Keterangan :

  • Suasana screening penderita katarak yang diadakan di Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi berlangsung dengan rapi. Pasien dengan sabar menunggu giliran pemeriksaan (kiri).
  • Di saat menunggu giliran pemeriksaan, relawan Tzu Chi menjelaskan kepada pasien mengenai hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit katarak (kanan).

“Keinginan buat operasi biar sembuh pasti ada, tapi kondisinya nggak mendukung,” keluhnya. Sudah sedari lama ayah satu anak ini ingin melakukan operasi, namun kondisi perekonomian keluarga tidak mencukupi. Ditambah lagi musibah yang terjadi belakangan ini yang menambah beban keluarga. “Rumah habis, warung juga habis, sekarang cuma bisa jualan ikan,” tambahnya. Kebakaran yang terjadi beberapa waktu lalu itu menghanguskan 7 RT di RW 07 dan 2 RT dari RW 06 Kelurahan Kartini, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Namun, keberuntungan pasti akan selalu didapat bagi mereka yang senantiasa bersyukur. “Rasanya senang bisa ketemu Tzu Chi, impian buat operasi bakalan terwujud. Jadi bisa jelas lagi kalau mau baca koran, sekarang kan penglihatan saya gurem,” katanya menambakan. Dari hasil screening yang melalui empat tahap tersebut, M. Noor berhasil lolos ke tahap operasi. Namun, sepertinya jalinan jodoh belum mengabulkan keinginan suami Agustini ini. Kadar gula darah yang tinggi mengakibatkannya belum bisa melakukan operasi. Sebersit rasa kecewa timbul dalam hatinya, “Ada kekecewaan, tapi itu juga untuk kebaikan saya. Saya tetap bersyukur,” ungkap Noor menambahkan.

Setelah diteliti, pasien penderita katarak dalam screening kali ini kebanyakan adalah kaum laki-laki. “Penderita katarak memang dominan pada laki-laki, karena laki-laki kebanyakan lirik kanan-kiri,” canda salah satu Tim Medis Tzu Chi, yang disambut tawa oleh pasien yang sedang menunggu giliran untuk diperiksa. “Kenapa laki-laki? Karena laki-laki kebanyakan merokok. Rokok merupakan salah satu penyebab timbulnya katarak karena asap yang dikeluarkan dari rokok tersebutlah yang dapat menimbulkan gangguan pada mata,” jelasnya, “selain itu, mengangkat beban berat saat kita jongkok juga dapat memicu katarak, karena pusat beban saat kita mengangkat (dari posisi jongkok ke posisi berdiri) ada di mata.”

  
 

Artikel Terkait

Berbagi Visi dan Misi Bersama

Berbagi Visi dan Misi Bersama

19 Agustus 2015
Pengalaman selama 12 tahun dalam mengelola Rumah Susun yang baik menjadi salah satu alasan Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan studi banding ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng, Jakarta Barat (Kamis, 13 Agustus 2015).
Indahnya Berbagi

Indahnya Berbagi

08 September 2016

Relawan He Qi Pusat mengadakan pelatihan untuk Relawan Abu Putih untuk merangkul relawan yang ingin memupuk ladang kebajikan dan memperpanjang barisan relawan Tzu Chi Indonesia.

Kelas Edukasi tentang Usia Emas Seorang Anak

Kelas Edukasi tentang Usia Emas Seorang Anak

20 September 2017
Rapat relawan Tzu Chi Palembang kali ini diisi dengan sebuah seminar Golden Age. Materi ini dipaparkan oleh Dr.Mr.Odiesta.
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -