Tetap Menjadi yang Terbaik

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Anand Yahya
 

fotoPara siswa SMA Negeri 1 Padang kini terpaksa belajar di tenda karena tempat belajar mereka mengalami kerusakan parah akibat gempa. Hal ini cukup menghambat proses belajar mengajar.

 

"Cita-cita kami sudah jelas, pengin menjadi yang terbaik dan tauladan di Propinsi Sumbar," ujar Jufril Siry, Kepala Sekolah SMA 1 Negeri Padang saat kami temui di kantornya, 9 September 2009.
Sedianya, tanggal 13 November 2009 mendatang, sekolah terbaik di Padang, bahkan Sumatera Barat ini akan disurvei untuk ditentukan statusnya, apakah akan menjadi sekolah berstandar internasional (SBI) atau tetap seperti saat ini.

Usaha untuk meraih predikat SBI pun telah dirintis sejak 3 tahun lalu. "Tapi Tuhan Yang Maha Esa punya rencana lain. Gempa bumi 30 September lalu telah memporak-porandakan semua persiapan yang telah kami lakukan," ungkapnya.

Saat gempa terjadi, Jufril Siry sedang memasang CCTV dan proyektor di beberapa ruangan kelas dalam rangka pemenuhan persyaratan sebuah sekolah SBI. Alhasil, CCTV dan proyektor yang telah terpasang pun menjadi berantakan. Karena gempa itu pula, akhirnya diputuskan bahwa penilaian SMA 1 Negeri Padang sebagai sekolah berstatus SBI ditunda hingga tahun depan. "Namun, harapan itu tidak boleh punah karena dari SMA 1 lah lahir banyak pemimpin nasional dan internasional, Azwar Anas contohnya," jelasnya lebih lanjut.

 

foto  foto

Ket: - Seorang pekerja membongkar gedung sekolah SMA Negeri 1 Padang yang hancur terkena gempa. (kiri)
       - Para relawan Tzu Chi sedang berlatih di area penyekopan peletakan batu pertama SMA Negeri 1 Padang yang          akan diadakan pada tanggal 10 November 2009. (kanan)

Belajar di Tenda
Di tengah suara pukulan palu yang terdengar tak henti, orang yang berlalu lalang, dan ruangan tenda yang tak bersekat, Dodi Prananda tetap berusaha untuk menyimak pelajaran yang sedang disampaikan oleh ibu gurunya. "Oleh kepala sekolah sudah diwanti-wanti agar suasana belajar di kelas harus dirasakan sama seperti biasa," ungkap Dodi sambil mengingat-ingat. Walau begitu, Dodi juga mengaku cukup sulit belajar di dalam tenda. "Sebenarnya cukup terganggu dengan suara-suara, orang yang berlalu lalang, dan cuaca yang panas," tandas siswa yang juga pemimpin redaksi Pers Sekolah Smansa ini. Maka ia pun berharap semoga akan ada gedung baru yang akan mengembalikan suasana kegiatan belajar dan mengajar yang hilang akibat gempa. Hal senada dikatakan oleh Tri Suci Samadani, seorang siswi yang berharap dapat segera kembali belajar di kelas. "Kalau di sini (tenda ini –red) masih lumayan, jumlah muridnya sedikit, kalo yang di tenda depan lebih kasihan. Sudah muridnya banyak kelasnya sempit pula," tandasnya berempati.

 

foto  foto

Ket: - Relawan Tzu Chi Padang sedang berlatih isyarat tangan didampingi oleh relawan Tzu Chi Jakarta untuk            acara peletakan batu pertama pembangunan SMA Negeri 1 Padang. (kiri)
       - Relawan Tzu Chi Jakarta sedang melatih siswi SMA Negeri 1 Padang yang akan tampil saat peletakan batu           pembangunan sekolah mereka tersebut. (kanan)

Pendidikan yang Utama
"Saat ini, Padang sedang  memasuki masa rekonstruksi, masyarakat telah kembali membangun  rumah dan gedung mereka yang roboh. Namun  bagaimana dengan tempat ibadah, sekolah, dan berbagai fasilitas umum lainnya?" ujar Fauzi Bahar, walikota Padang saat meninjau lokasi peletakan batu pertama SMA 1 Negeri Padang. "Untung ada Tzu Chi yang datang memberi angin segar bagi pendidikan di sini," ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa sampai saat ini, Tzu Chi menjadi pihak pertama yang memberikan bantuan gedung sekolah baru di Padang usai gempa lalu.

Belajar Isyarat Tangan
Vegi Vinanda Maskita tampak sedang mengikuti dan mengulangi arahan yang diberikan oleh Goh Poh Peng Shijie, relawan Tzu Chi. Walaupun kelihatan kesulitan mengikuti, Vegi tetap serius memperhatikan dan mengulang setiap gerakan. "Agak susah karena bukan bahasa kita," pungkasnya. Hal senada juga dikatakan oleh Sriaresti, seorang siswi lainnya. "Pertama kali belajar agak susah, tapi setelah diulang-ulang, lama-lama bisa," tuturnya.

Saat ditanya berapa persen kesiapannya untuk tampil, Sriaresti mengatakan sudah yakin 70 persen dan siap tampil. Goh Poh Peng juga bertutur bahwa mereka itu daya tangkapnya cepat. Walaupun ada kesulitan, ia optimis pertunjukan isyarat tangan kelak di acara peletakan batu pertama akan sukses. "Anak-anak ini mau belajar," katanya singkat.

 

 

 

 

 

 
 

Artikel Terkait

Pelepasan Bantuan Bagi Korban Gempa di Turki dan Suriah

Pelepasan Bantuan Bagi Korban Gempa di Turki dan Suriah

21 Februari 2023

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ikut berpartisipasi dalam membantu korban gempa di Turki dan Suriah dengan mengirimkan 4.800 lembar selimut dan 30 unit genset melalui Pemerintah Indonesia.

Kunjungan Sekolah Anak Terang

Kunjungan Sekolah Anak Terang

31 Oktober 2022

Murid-murid dan guru Sekolah Anak Terang berkunjung ke Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara. Mereka diperkenalkan lebih dalam tentang budaya humanis, cinta kasih, pelestarian lingkungan, juga dunia pertelevisian.

Belajar Langsung dari Praktik Nyata

Belajar Langsung dari Praktik Nyata

23 Maret 2009 Selain pesan-pesan dan nasihat, keduanya juga mendapatkan gambaran tentang kondisi kehidupan para penghuni panti, dan menjadi cerminan bagi mereka untuk tidak menitipkan atau menelantarkan kedua orangtua mereka di panti jompo. “Nggaklah, kami lihat dan dengar dari mereka (penghuni panti) sendiri betapa nggak enaknya hidup di panti.
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -