Tetap Semangat, Tak Ada Kata Putus Asa
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul KhotimahTerkendalinya kasus Covid-19 di Indonesia telah memungkinkan para relawan Tzu Chi untuk lebih leluasa mengunjungi para penerima bantuan Tzu Chi jangka panjang atau Gan En Hu. Seperti Lenny dan Haneke, relawan dari komunitas Xie Li Bogor yang pagi itu, Rabu 18 Mei 2022 mengunjungi Retno (63) warga Cibinong yang tengah berjuang untuk sembuh dari kanker payudara stadium 4.
Sudah setahun ini Retno dibantu Tzu Chi berupa biaya transportasi untuk berobat ke RS Kanker Dharmais, Palmerah Jakarta Barat. Bantuan ini sungguh membantu Retno yang mana penghasilan dari usaha salon dan pijat yang ia tekuni boleh dikata tak begitu ramai.
Pagi itu Lenny dan Haneke, tiba di Cibinong guna mengunjungi Retno, salah satu penerima bantuan Tzu Chi.
Kunjungan kasih pagi itu merupakan kunjungan kedua relawan Tzu Chi dengan Retno. Selama ini komunikasi mereka lebih banyak lewat daring, dampak dari pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19. Karena itu, baik Retno maupun relawan Tzu Chi, senang akhirnya bisa bertatap muka lagi.
“Dengan ada kunjungan begini kan yang sakit ada tambahan semangat, jadi dia tidak putus asa, ada perhatian lah. Mudah-mudahan dengan kesabaran Bu Retno, dengan keyakinan Bu Retno ini, juga dukungan para relawan, dia bisa lebih baik lagi,” kata Haneke, relawan Tzu Chi.
Bagi Retno, mengenal para relawan Tzu Chi seperti mendapatkan keluarga baru.
Kepada Lenny dan Haneke, Retno bercerita bahwa sakit kankernya semakin membaik setelah delapan bulan lalu menjalani operasi. Namun akhir-akhir ini jantungnya bermasalah. Ia pun berobat ke RS Harapan Kita, yang tak begitu jauh dari RS Kanker Dharmais.
“Bu Retno ini kuat ya menjalani hidup dengan sakitnya dia itu, nggak kelihatan sakit malah,” imbuh Haneke.
Retno memang memiliki mindset atau pola pikir yang sangat positif dalam menjalani cobaan hidup. Mempercayakan semuanya kepada Tuhan adalah cara terbaik. “Kita kan punya Tuhan ya, kita percaya sama Tuhan. Tuhan yang memberi, kita terima, sing penting bersyukur. Kalau kita bersyukur, Tuhan pasti menyembuhkan kita. Harus kuat, sakit enggak boleh lemah. Kalau lemah tambah stres,” tutur Retno.
Sejauh ini Retno sudah menjalani kemoterapi sebanyak enam kali, juga terapi radiasi dengan menggunakan Sinar X sebanyak 25 kali. Ajaibnya, rambut Retno tak rontok dan tak terlihat seperti sedang sakit berat.
“Kalau kita mau sembuh ya kita harus kuat. Jadi jam 4 saya berangkat dari sini, naik (angkutan umum) 32 ke Ramayana, tunggu bus ke situ ke Grogol, Jakarta Barat. Berhenti di Harapan Kita naik ojek. Kalau jalan kaki nggak kuat. Jam 7.30 sampai sana,” tambahnya.
Untuk menyambung hidup, Retno menekuni usaha salon.
Berbicara tentang Tzu Chi, Retno sendiri tahu tentang Tzu Chi dari mantan bos-nya dahulu yang menyarankannya untuk mengajukan bantuan. Rupanya tak hanya mendapatkan bantuan berupa biaya transportasi, Retno juga seperti mendapatkan keluarga baru. Maklum saja, Retno yang asli Solo, Jawa Tengah, ini tinggal di Cibinong hanya berdua dengan satu cucu perempuannya.
“Tzu Chi bagus, dukungannya luar biasa. Terima kasih atas dukungannya. Atas semuanya. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan Tzu Chi dan para relawannya sehat semua panjang umur,” pungkasnya.
Editor: Metta Wulandari
Artikel Terkait
Anakku Mengalami Gangguan Tumbuh Kembang
04 Oktober 2023Merawat anak yang mengalami Autissubtype PDD-NOS tentu perlu perjuangan, kesabaran, dan selalu bersyukur atas titipan yang diberikan Tuhan. Seperti yang dialami dan dirasakan oleh Novyanna.
Merasa Masih Ada yang Memperhatikan, Masih Ada Yang Peduli
09 Oktober 2019Kasih (22) masih tak
menyangka, di bedeng berukuran 3x6 meter yang ia tinggali bersama suami dan dua
anaknya, ia dikunjungi rombongan dokter dari Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi.
Ada Dokter Toto Suryana, Dokter Febriana Josephine, dua perawat, dan dua
relawan pemerhati.
Penghiburan untuk Pengungsi Gunung Sinabung
09 September 2016Relawan Tzu Chi Medan
mengunjungi para pengungsi letusan Gunung Sinabung di Posko Jambur Korpri
Sadaarih. Dalam kunjungan pada 4 September 2016 tersebut, relawan menghibur
para pengungsi yang telah lama merasakan kejenuhan.