Tiga Bersaudara Kelainan Saraf

Jurnalis : Mika Wulan (DAAI Tv), Fotografer : Erick Ferdinandus (DAAI Tv)

Terlahir dalam keluarga petani dengan 8 anak, nasib Odi Effendi, Adi Wijaya dan A Mei, tidaklah seberuntung seperti saudara-saudaranya yang lain. Penyakit syaraf yang menyerang ketiga kakak beradik ini membuat hidup mereka harus bergantung kepada orang lain setiap waktu. Melihat kondisi kakak beradik yang yatim piatu ini, relawan Jambi segera mengirim mereka untuk ditangani lebih intensif ke rumah sakit di Jakarta .

Awalnya Odi, Adi dan A Mei mempunyai kehidupan yang normal. Namun setelah kedua orangtuanya meninggal, setiap tahun satu persatu dari mereka mulai menderita kelainan saraf, yang dimulai dari anak pertama, ketiga, kelima dan ketujuh. Penyakit yang telah merenggut nyawa kakak tertua mereka itu, menurut diagnosa beberapa dokter adalah akibat kelebihan hormon, serta menurunnya fungsi syaraf motorik.

Menurut penuturan A Mei, jika tubuh mereka tersentuh, maka otomatis seluruh tubuh akan merasa seperti terkena aliran listrik, dan secara reflek tubuh mereka akan gemetar dan kejang. Ada saat dimana mereka tidak dapat lagi mengontrol refleknya, dan terserang kejang yang hebat sampai pingsan. Selain itu, penyakit tersebut juga mempengaruhi kemampuan berbicara mereka.

Odi, anak ketiga yang kini berusia 34 tahun, mulai menderita penyakit ini sejak umur 21 tahun. Sedangkan Adi, adiknya yang kini berusia 28 tahun, mulai terserang sejak usia 16 tahun. Dan terakhir A Mei yang kini berusia 26 tahun, mulai terserang pada usia 15 tahun. Melihat kenyatan ini, Saipah, orang yang membantu kehidupan mereka sehari-hari selama lima tahun terakhir ini, merasa sangat trenyuh dan prihatin.

Di Jambi, mereka hidup di rumah kontrakan yang diperoleh dari belas kasihan orang-orang serta saudara mereka yang masih mau membantu. Saat ketiga bersaudara ini mulai pasrah menjalani kehidupan mereka yang serba kekurangan, Tzu Chi datang memberikan sedikit harapan untuk mereka. Dengan bantuan biaya dari relawan Tzu Chi di Propinsi Jambi, mereka kemudian dibawa ke Jakarta untuk menjalani pengobatan yang lebih intensif dan lengkap.


Artikel Terkait

Apresiasi Sumbangsih Para Lao Pu Sa

Apresiasi Sumbangsih Para Lao Pu Sa

12 Maret 2018
Bersamaan dengan pelantikan relawan Calon Komite pada kegiatan training relawan komite dan calon komite 2018, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk pertama kalinya melantik relawan pelestarian lingkungan. Sebanyak 21 relawan dilantik dan diresmikan menjadi relawan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi.
Ramah Tamah Imlek: Menjaga Pikiran Menjaga Ucapan

Ramah Tamah Imlek: Menjaga Pikiran Menjaga Ucapan

25 Februari 2013 Bukan hanya sekedar menampilkan drama, tapi pemain juga diajak mendalami Dharma dan bervegetarian selama 108 hari. Dengan menyelami makna dari Dharma dalam drama ini, setiap orang diharapkan dapat menemukan pemahaman yang baik dan benar.
Menyelami Dharma Melalui Isyarat Tangan

Menyelami Dharma Melalui Isyarat Tangan

11 Oktober 2011 “Selesai melakukan pertunjukan (pertama) isyarat tangan, tidak ada tepuk tangan dari para penonton, situasi tenang dan penonton meneteskan air mata. Itulah Dharma, dapat menyentuh hati manusia,” cerita Yen Chiu Shijie saat pertunjukan isyarat tangan.
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -