Update terbaru terkait operasi implan koklea dikupas dalam TIMA Global Forum 2023.
Sejak tahun 2016, sekurangnya sudah ada 17 anak yang telah menerima bantuan implan koklea dari Tzu Chi Indonesia. Jumlah yang terbilang banyak mengingat masih mahalnya alat implan koklea itu sendiri. Tzu Chi Indonesia terus berupaya membantu anak-anak dengan gangguan pendengaran berat dan sangat berat ini untuk mendapatkan implan koklea yang disesuaikan dengan persyaratan yang ada.
Implan koklea adalah prosedur medis berupa pemasangan alat elektronik khusus yakni alat bantu dengar yang ditanam dibawah kulit kepala melalui tindakan operasi. Meski Indonesia masih berkutat dengan mahalnya alat implan koklea, namun dari sisi tindakan operasi pemasangan implan koklea itu sendiri sudah banyak kemajuan.
Dari tahun ke tahun tindakan operasi pemasangan implan koklea di Indonesia makin canggih dan aman. Bahkan tingkat keberhasilannya sudah di atas 95 persen. Hal itu disampaikan Dr. Soekirman Soekin Sp.THT- KL (K), M.Kes pada TIMA Global Forum 2023 yang digelar pada 16–17 Juni 2023.
Dr. Soekirman Soekin Sp.THT- KL (K), M.Kes menjelaskan kemajuan tindakan medis terkait implant koklea di Indonesia.
Dr. Soekirman Soekin memberikan gambaran dari sisi medis kepada para peserta bagaimana tindakan operasi implan koklea. Ia juga memaparkan apa saja yang perlu ditingkatkan dari segi medis terkait penanganan pasien, yakni perlunya pendidikan khusus untuk dokter dan pemeriksa pendengaran dalam menentukan diagnosa yang tepat apakah anak ini atau orang ini memang kandidat yang bisa menjalani operasi implan koklea.
“Jadi kerjanya ini kerja tim, dokter bedahnya, dokter yang menentukan sistem pendengarannya, dokter yang menentukan anatomi radiologisnya yang kita namakan neuroradiologis. Lalu dokter anak atau dokter penyakit dalam yang menyatakan dia fit untuk dilakukan tindakan, bahwa tidak ada penyakit lain. Kemudian psikiatris atau psikolog untuk menyatakan bahwa alat ini disimpan selama hidup di telinganya. Jadi dia harus tahu bahwa nanti kalau alatnya rusak perlu maintenance, secara psikis dia harus siap,” jelas Dr. Soekirman Soekin.
Dr. Chuan Jen Hsu, Vice President dari Tzu Chi Hospital di Kota Taichung, Taiwan berbagi inspirasi tentang kerja keras yang dilakukan timnya dalam menangani pasien implant koklea.
Narasumber lainnya tentang implan koklea dalam forum ini adalah Dr. Chuan Jen Hsu, Vice President dari Tzu Chi Hospital di Kota Taichung, Taiwan. Dr.Chuan Jen Hsu memaparkan bagaimana prosedur pemberian bantuan implan koklea di Taiwan.
Di Taiwan, sejak tahun 2016, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Taiwan dan National Health Insurance Administration Taiwan mulai memberikan bantuan operasi implan koklea kepada anak-anak di bawah usia 18 tahun, tetapi hanya untuk satu telinga. Bagi mereka yang ingin operasi telinga kedua, atau yang tidak memenuhi syarat untuk subsidi pemerintah, termasuk mereka yang berusia di atas 18 tahun, Buddhist Tzu Chi Medical Foundation memberikan subsidi khusus sehingga mereka dapat mengajukan permohonan ke rumah sakit Tzu Chi.
“Setelah kami merapikan datanya, kami akan meminta Buddhist Tzu Chi Medical Foundation untuk melakukan peninjauan dan memutuskan apakah perlu memberikan subsidi. Besaran subsidi juga berbeda-beda, untuk masyarakat berpenghasilan rendah atau menengah ke bawah. Sebagian besar biaya operasi mereka disubsidi, sehingga mereka hanya perlu membayar sejumlah kecil uang. Untuk masyarakat menengah ke atas, mungkin harus menyiapkan biaya sebesar 100.000 dolar NTD,” terang Dr.Chuan Jen Hsu.
Sejak tahun 2010 hingga saat ini, Dr. Chuan Jen Hsu bersama timnya telah mengoperasi 320 pasien, dan semuanya berhasil. Tentu saja operasi ini sangat membantu penyandang tunarungu dan mengubah kehidupan mereka. Mereka yang awalnya hidup di dunia tanpa suara, tetapi dengan operasi implan koklea, dapat berintegrasi ke dalam masyarakat dan menjalani kehidupan yang normal. Salah satu kunci betapa cemerlangnya tim medis Tzu Chi Hospital di Taiwan adalah kerja keras dalam melakukan penelitian dan terus meningkatkan kemampuan.
“Saya pikir semua anggota kami telah bekerja sangat keras, sehingga kami bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Tentu saja, operasi semacam ini masih membutuhkan kerja sama semua orang, jadi saya pikir bantuan pengobatan dari Buddhist Tzu Chi Medical Foundation membuat kami memiliki banyak pasien. Ini juga membantu kami membuat dapat mematangkan kemampuan operasi dan dapat membantu lebih banyak pasien,” sambung Dr. Chuan Jen Hsu.
Tan Lay Ean dari TIMA Malaysia tahun lalu terkesan dengan pelaksanaan TIMA Global Forum 2023 yang sangat sukses.
Mendengar pemaparan dua narasumber tersebut, Wie Sioeng, Ketua Misi Amal Tzu Chi Indonesia yang juga menjadi peserta pada TIMA Global Forum 2023 ini sangat optimis. Salah satunya dengan kehadiran Dr. Soekirman Soekin yang merupakan seorang Dokter THT- Ahli Otologi dan kini telah bergabung di Tzu Chi Hospital.
“Kami berharap ke depan Tzu Chi Hospital bisa menjadi rumah sakit rujukan untuk melakukan tindakan ini. Setidaknya karena bantuannya melalui Tzu Chi dan bisa dilakukan juga di rumah sakit Tzu Chi, pendekatan humanis atau pendampingan kita kan akan lebih baik,” ujarnya.
Peserta lainnya adalah Tan Lay Ean dari TIMA Malaysia. Ia bergabung dengan TIMA Malaysia sejak tahun 2015. Sebelumnya ia terlebih dulu bergabung dengan Tzu Ching atau muda-mudi Tzu Chi. Menghadiri TIMA Global Forum 2023 merupakan kesempatan yang luar biasa dalam meng-upgrade wawasannya tentang kemajuan pengobatan dalam lingkup global. Ia juga terkesan dengan bantuan kemanusiaan TIMA Indonesia dan Tzu Chi Indonesia.
“Begitu banyak kisah menyentuh. Juga TIMA Indonesia melakukan banyak hal yang bagus sekali. Kerja bagus yang diberikan kepada masyarakat. Saya juga sangat terkesan dengan Tzu Chi Hospital yang sangat dilengkapi dengan berbagai peralatan canggih di tiap departemennya, peralatan yang sangat modern,” kata Tan Lay Ean yang merupakan apoteker di Caring Pharmacy di Kuala Lumpur.
Editor: Metta Wulandari