Sou-Hsin Chien berharap di TIMA dalam 10 tahun akan terjadi perubahan yang sangat besar, tidak hanya dalam cara berpresentasi, tetapi juga cara dokter mengobati pasien.
Secara harfiah, kreativitas berarti kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Hal ini sama artinya dengan mencari pengguna baru ketiga diantara dua hal yang tidak hubungan sama sekali. Bukan menciptakan sesuatu yang tidak pernah lihat sebelumnya tetapi mencari sesuatu yang belum terpikir.
Nah, Nvidia adalah adalah suatu perusahaan yang sangat penting dalam Artificial Intelligence (AI). Kita bisa lihat harga saham dalam satu tahun akan terus meningkat (naik). Ini menunjukkan pengaruh Artificial Intelligence (AI) di masa depan, juga akan mempengaruhi dalam dunia kedokteran.
WHO (World Health Organization) mengatakan bahwa inovasi terutama dalam lingkup digital sedang terjadi dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kita berharap di TIMA dalam 10 tahun akan terjadi perubahan yang sangat besar, tidak hanya dalam cara berpresentasi, tetapi juga cara dokter mengobati pasien. “Akan terjadi perubahan yang sangat besar karena adanya penggunaan algoritma dan mesin pengetahuan. Mesin itu membuat perbaikan atau peningkatan yang sangat drastis,” jelas Sou-Hsin Chien, Kepala Tzu Chi Hospital di Taichung.
Dalam forum ini, Sou-Hsin Chien menjelaskan suatu gambar mengenai Artificial Intelligence (AI). Dalam gambar tersebut terdapat pensil yang melambangkan teknologi. Setiap pensil adalah Artificial Intelligence (AI) yang menuju ke masa depan, sedangkan lingkaran (aneka warna) melambangkan alam semesta. Juga terdapat wajah (bibir, alis) seorang wanita yang menggambarkan karakter paling penting di masa sekarang dan masa depan.
Lebih lanjut, Sou-Hsin Chien menjelaskan bila gambar tersebut dihubungkan dengan Tzu Chi, “Karena sangat penting peranan wanita, kita bisa belajar (lihat) dari Tzu Chi, shijie selalu lebih cerdas, lebih hebat daripada shixiong. Untuk itu, kita harus menghormati shijie kita, sebagai orang yang paling penting di dalam Tzu Chi,” tuturnya.
Sou-Hsin Chien menjelaskan Artificial Intelligence (AI) dapat bekerja selama 24 jam, baik dari segi akurasi dan efisiensi yang tentunya jauh lebih tinggi, namun itu semua tidak bisa digantikan dengan kehangatan antar manusia.
Di dalam Artificial Intelligence (AI), kita bisa melakukan mammograms 30 kali lebih cepat dengan akurasi sebanyak 100%. Ini terjadi dalam waktu yang cepat. Pada Crustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeat (CRISPR) Gene Editing dilakukan pada terapi kanker, terapi HIV, dan hampir semuanya berubah dalam skala kecepatan yang belum pernah terjadi. Semua ini akan mengalami perubahan besar, baik dari diagnosis ataupun hispatologi, tingkat akurasinya jauh lebih tinggi daripada dokter.
Pada UCLA Surgical Training menunjukkan bahwa Virtual Reality (VR) lebih baik daripada Traditional Training sebanyak 130%. Tidak hanya pada pelatihan, tetapi juga membantu meringankan rasa sakit dan mengobati kondisi penyakit mental. Ini sangat membantu pasien. “Bila pasien menggunakan mesin Virtual Reality (VR), dapat dilakukan operasi dengan alat Virtual Reality (VR). Sebelum Artificial Intelligence (AI), akan ada pengaruh pada sistem medis. Saya rasa rumah sakit pasti sudah mencoba menggabungkan teknologi ini,” jelas Sou-Hsin Chien.
Di Taichung Tzu Chi Hospital terdapat angka peringatan awal yang dapat mendeteksi tekanan darah, dan sebagainya. Kita bisa melakukan scoring dalam beberapa kategori dan data tersebut dapat dikirim ke handphone dokter. Dokter bisa lihat dan tahu dari data yang diterima. “Dulu perlu waktu beberapa minggu, namun sekarang sudah beda. Data itu akan mengirimkan warning (peringatan) bila angkanya tinggi atau rendah. Di sini, kita juga bisa membuat interval Cardiac Arrest ke CPR dalam 1 menit. Sebelumnya akurasinya 75%, tetapi sekarang sudah bisa mencapai 84,62%,” katanya lebih lanjut.
Tak lupa, Sou-Hsin Chien menjelaskan tentang Intelligent Robot (robot cerdas), “Bila diletakkan di suatu tempat maka robot ini tahu harus ke mana dan ke ruangan mana. Robot ini dapat mengukur tekanan, temperature dan oksigen, serta memberikan perintah ke pusat sehingga suster tidak perlu mengunjungi para pasien yang menular. Para suster dapat melihat dengan menggunakan lensa, dan pasien dapat melihat (hasil) di layar (robot pintar). Ini dapat menuruni tingkat penularan (penyakit),” imbuhnya.
Dalam forum ini, Sou-Hsin Chien menjelaskan suatu gambar mengenai Artificial Intelligence (AI). Setiap pensil adalah Artificial Intelligence (AI) yang menuju ke masa depan. Lingkaran (aneka warna) melambangkan alam semesta. Juga terdapat wajah (bibir, alis) seorang wanita yang menggambarkan karakter paling penting di masa sekarang dan masa depan.
Robot ini dilengkapi sepasang mata yang besar (dalam layar), dapat membimbing atau menunjukkan lokasi ataupun posisi benda, kita hanya mengikuti saja. “Robot ini juga dapat melakukan pengecekan, bila kita melakukan suatu hal yang salah, maka robot ini akan memerintahkan kita mengulang kembali. Yang penting adalah setelah 8 jam dalam 1 shift, harganya hanya 2 cent, sebagai pengganti biaya listrik. Harga ini lebih murah dibanding gaji suster,” jelas Sou-Hsin Chien.
Walaupun Artificial Intelligence (AI) dapat bekerja selama 24 jam, baik dari segi akurasi dan efisiensi yang tentunya jauh lebih tinggi, namun itu semua tidak bisa digantikan dengan kehangatan antar manusia. Apalagi ketika seseorang sakit, yang dibutuhkan itu adalah pendampingan, hal ini masih sangat minim kemungkinannya bisa digantikan oleh Artificial Intelligence (AI) yang memang sangat membantu dalam pengobatan, tetapi bukan berarti kita bisa mengabaikan interaksi antara manusia.
Eddie Chan Seng Hung (51), dokter anak, sangat mengagumi Sou-Hsin Chien, selalu memberikan inspirasi bagi setiap orang dan mendapatkan hal banyak dari setiap sharingnya. Walau teknologi dapat membantu kita secara professional, bagaimana menggunakan Artificial Intelligence (AI) ataupun teknologi dalam membantu operasi. Hal yang penting adalah bagaimana menyadari human touch, humanistic part, caring science. “Sou-Hsin Chien selalu membimbing timnya dalam humanistic care. Serta bagaimana membawa humanistic care dalam praktek di rumah sakit,” jelas Eddie Chan, relawan Komite asal Malaysia.
Pendampingan Pasien yang Humanis
Walaupun Artificial Intelligence (AI) sangat maju dan canggih, namun nilai pendampingan pasien sangatlah penting. Salah kasus pasien yang berumur tiga puluh empat tahun, dengan kondisi kaki yang memprihatikan. Pasien ini putus asa dan tidak memiliki harapan. “Ia jatuh dari lantai dua saat kerja, tulang punggung retak sehingga tidak bisa bergerak. Selama 14 tahun, ia berbaring di ranjang dan hanya bisa lihat posisi atas. Ia mencoba bunuh diri beberapa kali, tetapi tidak memiliki keberanian untuk pisau untuk bunuh diri. Ini sangat menyedihkan,” cerita Sou-Hsin Chien.
Ketulusan Sou-Hsin Chien dalam mendampingi pasien yang humanis, tidak hanya mengobati penyakitnya, tetapi merawat batinnya.
Ketika itu, kita membersihkan luka (di kaki). Namun bukan luka yang menjadi permasalahannya, melainkan kita harus membuat dia bangkit (dari keterpurukkan). Ibunya sudah tua dan tidak bisa menggendongnya. Di mata ibunya, anaknya seperti anak kecil. Pasien ini harus bisa berdiri.
Dalam kasus ini, kita membentuk suatu tim untuk membantu dan mengubah masa depan pasien tersebut. “Dalam center rehap, kita menyiapkan kursi roda dari Tzu Chi. Begitu sulit baginya untuk berdiri. Banyak insan Tzu Chi memberikan perhatian kepadanya,” kata Sou-Hsin Chien. Selain memulihkan fisiknya, Sou-Hsin Chien bersama insan Tzu Chi lainnya juga membantu membersihkan dan mengecat rumahnya.
Selain itu, “Kita mengajak dia melukis dengan menggunakan mulutnya. Dia memiliki nilai sendiri, dan kita mendorongnya untuk menjadi relawan Tzu Chi. Dengan gambar, ia bisa membantu orang lain. Hingga akhirnya ia menjadi relawan Tzu Chi dan telah dilantik menjadi Komite Tzu Chi. Inilah komitmennya kepada Master Cheng Yen,” imbuhnya.
Eddie Chan Seng Hung (51), dokter anak, sangat mengagumi Sou-Hsin Chien, selalu memberikan inspirasi bagi setiap orang dan mendapatkan hal banyak dari setiap sharingnya.
Tak hanya Eddie Chan, terdapat Hendry Hartono sangat terinspirasi ketulusan Sou-Hsin Chien dalam merawat pasien dari mulai zero become champion, bukan lagi hero. “Pasien yang tadinya tak bernilai, tak berdaya. Dengan kesabaran, ketulusan hati dan kesungguhan hati Sou-Hsin Chien, dirawat, dinasehati keluarganya, diperhatikan mulai dari mental dan fisiknya, hingga ikut mengecat kamarnya, dan akhirnya timbul suatu kombinasi semangat hidup yang luar biasa dari pasien, hingga akhirnya sembuh total serta dapat berkontribusi menjadi relawan Tzu Chi. Ia merawat seperti anaknya sendiri,” ujar Hendry Hartono, dokter umum asal Batam.
Editor: Metta Wulandari