Salah satu materi yang dibawakan dalam TIMA Global Forum ini adalah bagaimana diagnosa terkini gangguan irama jantung (Arrhythmias). Materi di bawakan oleh Dr Sumeet S. Chugh, professor cardiology dari Cedar Sinai Hospital Los Angeles, Amerika Serikat.
Asosiasi medis Tzu Chi yang dikenal dengan Tzu Chi International Medical Association (TIMA) menggelar acara TIMA Global forum di Jakarta. Acara diadakan selama 2 hari 16-17 Juni 2023 di Tzu Chi Centre PIK, Jakarta Utara. Tima Global Forum di Jakarta mengangkat tema “Exploring the Unseen Journey of Love and Care”.
Salah satu materi yang dibawakan dalam TIMA Global Forum ini adalah bagaimana diagnosa terkini gangguan irama jantung (Arrhythmias). Materi di bawakan oleh Dr Sumeet S. Chugh, professor cardiology dari Cedar Sinai Hospital Los Angeles , Amerika Serikat. Dr Sumeet menjelaskan apa saja tipe dari gangguan irama jantung, bagaimana mendiagnosa dan penanganannya serta memberikan gambaran perkembangan baru dalam perawatan gangguan irama jantung. Gejala gangguan jantung bisa dilihat dari beberapa hal seperti debaran/detak jantung, dada terasa tidak nyaman, pusing, kesulitan bernafas, lelah, pingsan, dan hingga henti jantung. “Cara paling mudah dalam mendiagnosa gangguan jantung adalah dengan melihat heart rate /denyut nadi apakah normal, terlalu cepat, atau bahkan terlalu lemah. Saat ini bahkan irama jantung bisa dilihat di monitor dengan menggunakan jam tangan yang sangat ringan dan sangat efektif membantu menghitung detak jantung,” kata Dr. Sumeet. Pentingnya diagnosa awal ini untuk bisa menghindari gejala lanjutan dimana gangguan jantung bisa menimbulkan stroke hingga kematian.
Prof. Sumeet menjelaskan apa saja tipe dari gangguan irama jantung, bagaimana mendiagnosa dan penanganannya serta memberikan gambaran perkembangan baru dalam perawatan gangguan irama jantung. “Cara paling mudah dalam mendiagnosa gangguan jantung adalah dengan melihat heart rate /denyut nadi apakah normal, terlalu cepat, atau bahkan terlalu lemah,” kata Prof. Sumeet.
Prof. Sumeet menjelaskan dalam penanganan gangguan irama jantung bisa dilakukan tanpa pembedahan. Penanganan tanpa bedah ini yaitu dengan prosedur “Catheter Ablation” yang dilakukan di Laboratorium Klinik Electrophysiology. Prosedur Catheter Ablation ini merupakan tindakan pertama dimana tingkat keberhasilan nya mencapai 90-95%. Gangguan jantung sendiri juga dapat dihindari dengan menjaga gaya hidup sehat, olahraga, dan menjaga berat badan menjadi salah satu pencegahan gangguan jantung yang paling efektif.
Pembicara berikutnya adalah Professor Robert M Graham, Head Molecular Cardiology Laboratory dari Victor Chang Cardiac Research Institute Australia yang menjelaskan tentang bagaimana melindungi jantung dan sel otak dengan menggunakan “spider venom peptide” (peptide racun laba-laba).
Menyambung dari apa yang disampaikan Prof. Sumeet, Professor Robert M Graham, Head Molecular Cardiology Laboratory dari Victor Chang Cardiac Research Institute Australia menjelaskan hal terkait bagaimana melindungi jantung dan sel otak dengan menggunakan “spider venom peptide” (peptide racun laba-laba). Prof. Graham menambahkan bahwa 5 - 6 juta orang Indonesia mengalami serangan stroke dan saat ini belum ada obat yang bisa melindungi jantung dan otak dari serangan Ischemia. Menurut Prof. Graham, racun laba-laba dapat digunakan untuk mengatasi serangan jantung dan stroke. Teknologi molekular biologi bisa menjadi satu terobosan untuk membantu penanganan dan perawatan gangguan jantung dan stroke. Saat ini penelian ini masih terus dikembangkan dan harapannya dapat segera diaplikasikan dan digunakan.
Prof. Graham menambahkan bahwa 5 - 6 juta orang Indonesia mengalami serangan stroke dan saat ini belum ada obat yang bisa melindungi jantung dan otak dari serangan Ischemia. “Racun laba-laba dapat digunakan untuk mengatasi serangan jantung dan stroke. Teknologi molekular biologi bisa menjadi satu terobosan untuk membantu penanganan dan perawatan gangguan jantung dan stroke,” terangnya.
Kemajuan Teknologi, Berkah Bagi Pasien dan Dokter
Bila tubuh kita adalah sebuah rumah maka tulang adalah penyangganya, dan tulang belakang (spine) adalah tiang utamanya. Begitu pentingnya tulang belakang ini, sebab ia juga menjadi tempat menempelnya sistem saraf pusat.
Lalu apa jadinya bila tulang belakang seseorang mengalami gangguan? “Ini adalah foto seorang wanita yang menderita skoliosis (salah satu kelainan tulang -red),” kata Dr. David L. Skaggs, M.D., Direktur Departemen Tulang Belakang, RS Cedar Sinai, Amerika Serikat. Ia menampilkan foto tampak punggung seorang wanita yang alih-allih lurus, tulang punggungnya berbentuk seperti huruf S. “Kondisi ini bukan hanya tidak indah secara penampilan, tapi juga berarti gangguan fungsi paru-paru (karena tertekan bentuk tulang), gangguan gerak, juga rasa sakit fisik yang berkepanjangan,” tambah David L. Skaggs.
David L. Skaggs, M.D., Direktur Departemen Tulang Belakang, RS Cedar Sinai, Amerika Serikat merasa bersyukur saat ini telah ditemukan robot yang dapat membantu operasi. Keberadaan robot membuat prosedur pemasangan baut menjadi lebih akurat dan minim kesalahan.
Bersyukur, saat ini telah ditemukan robot yang dapat membantu operasi pemasangan baut ini. Dan inilah inti dari presentasi Dokter David yang berjudul Robotics in Spine Surgery. Keberadaan robot membuat prosedur pemasangan baut menjadi lebih akurat dan minim kesalahan. Di samping itu keberadaan robot juga meringankan beban fisik para dokter dalam melakukan pemasangan baut secara manual. Menurut data, dokter spesialis tulang belakang yang banyak melakukan operasi pemasangan baut, ternyata beresiko tinggi mengalami gangguan saraf leher karena beban fisik saat memasang baut secara manual. Sekali lagi bersyukur, keberadaan robot dapat menghindarkan para dokter dari resiko ini.
Namun, sebagaimana segala sesuatu mengandung kelebihan dan kekurangan, pemakaian robot dalam operasi tulang belakang berarti para dokter harus tetap penuh kehati-hatian dalam penggunaannya. “Sebab pemasangan baut dengan robot (dengan perantara alat) dapat membuat dokter kehilangan kepekaan sentuhan saat menjalaninya,” jelas Dokter David.
Namun, sebagaimana segala sesuatu mengandung kelebihan dan kekurangan, pemakaian robot dalam operasi tulang belakang berarti para dokter harus tetap penuh kehati-hatian dalam penggunaannya. “Sebab pemasangan baut dengan robot (dengan perantara alat) dapat membuat dokter kehilangan kepekaan sentuhan saat menjalaninya,” jelas Dokter David. Ibarat memasang paku rumah dengan tangan dan dengan mesin pemasang paku, namun dalam tingkatan yang jauh berbeda. Nyatanya, kesungguhan hati para dokter tetap tak tergantikan oleh kemajuan teknologi. Dan Dokter David menyatakan persetujuannya. Beliau menutup presentasi dengan ungkapan, “Rasa syukur, penghormatan, dan cinta kasih dapat menyatukan hati para dokter, perawat, ahli farmasi, dan pasien. Dengan kesatuan hati ini kita bisa mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.”
Editor: Hadi Pranoto