Relawan berjalan menuju rumah Muhammad dan Masriya untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada mereka yang tengah sakit.
Apapun latar belakang kisahnya, perjumpaan dengan ladang berkah untuk ditanam benih-benih kebajikan, adalah jodoh baik yang harus dirawat dan dijaga. Ingat kisah Nurhasanah dari Selatpanjang Kepulauan Riau yang mendapat ‘hadiah’ dari DAAI TV untuk mewujudkan mimpinya?
Nurhasanah berhasil merajut mimpinya untuk mempertemukan suaminya yang sudah terpisah selama 23 tahun dengan keluarganya – ayah, ibu, dan saudaranya di Desa Jirak, Kecamatan Sajad, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Relawan Tzu Chi Singkawang yang mendapat kesempatan untuk menjadi saksi pertemuan mereka (29/9 - 7/10), serasa mendapatkan berkah melimpah sekaligus menjalin persaudaraan dengan Nurhasanah sekeluarg, juga merajut jalinan kasih dengan keluarga yang berada di Sambas.
Tim TIMA Singkawang (dr. Liem Fong Chung, Antonia, dan Herna) memeriksa kondisi Ibu Masriya.
Pada Minggu (29/10) relawan Tzu Chi Singkawang (Bambang, Jak Po, dan Veronika) bersama TIMA Singkawang (dr. Liem Fong Chung, Mashuri, Herna Nelly Yanti, dan Antonia) bertolak ke Kabupaten Sambas, persisnya menuju ke kediaman Muhammad dan Masriya yang adalah mertua Nurhasanah. Perjalanan menggunakan mobil ditempuh kurang lebih selama dua setengah jam. Setiba di rumah, para relawan disambut oleh Satina, adik ipar Nurhasanah, sementara Masriya sedang terbaring kurang sehat di kamarnya. Sudah beberapa hari demam dan dadanya terasa sesak.
Kunjungan TIMA Singkawang yang mendadak memberi kesan mendalam bagi keluarga tersebut karena TIMA Singkawang memberikan pelayanan kesehatan dengan memeriksa kondisi Masriya, Muhammad, dan kedua anak Satina yang sedang batuk dan pilek. Setelah memberi obat, beramah-tamah dengan keluarga, tim relawan lalu mohon diri berpamitan.
Foto bersama keluarga Bapak Muhammad dan Ibu Masriya.
Desa Jirak dan beberapa desa di sebelahnya rupanya tidak asing bagi dr. Liem dan Mashuri (TIMA Singkawang). Mereka berdua berkesempatan untuk dinas pertama kali sebagai petugas kesehatan di Puskesmas Semberang, desa sebelah Jirak. Ketika melewati Puskesmas yang dimaksud maka rombongan berhenti, dr. Liem dan Mashuri (TIMA Singkawang) bernostalgia dengan kawan lama yang tinggal di sekitar Puskesmas tersebut. Silaturahmi dan reuni singkat ini terasa seru ditambah lagi tak habis obrolan tim TIMA Singkawang yang ternyata saling mengenal satu sama lain. Memang jalinan jodoh yang indah sudah lama tak bertemu, silaturahmi tetap dapat terwujud.
Dokter Liem dan Mashuri bernostalgia di Puskesmas Semberang dan bercengkerama dengan kawan lama yang tinggal di sekitar Puskesmas tersebut.
Kembali mengunjungi Hiu Miau Djin
Dalam perjalanan kembali ke Singkawang, tim relawan menyempatkan diri untuk singgah di kawasan Pelabuhan Sintete. Di sana ada seorang pasien kasus penderita stroke. Seorang pria paruh baya bernama Hiu Miau Djin (64), tidak beristri, tinggal menumpang di rumah petak bersama pemuda lajang bernama Yanto (37). Oleh karena tuntutan pekerjaan Yanto sendiri jarang di rumah. Permohonan bantuan ke Tzu Chi Singkawang tercatat pada 15 Oktober 2022 saat Hiu Miau Djin mengalami serangan stroke pertama. Kondisi awal Hiu Miau Djin masih bisa duduk, bisa makan sendiri, dan ganti popok. Saat itu ia masih tinggal bersama Yanto dan dan almarhum ibu Yanto, Pang Fo Moi (79). Hiu Miau Djin merupakan salah satu pasien yang rutin dikunjungi oleh tim TIMA Singkawang.
Herna (TIMA Singkawang) dan Jak Po (relawan Tzu Chi Singkawang) membersihkan rumah Hiu Miau Djin.
Pada kunjungan kedua, tim mendapatkan kabar bahwa Hiu Miau Djin mendapatkan serangan stroke kedua. Kondisi tempat tinggal cukup memprihatinkan dari sisi kebersihannya. Tim relawan kala itu ikut membersihkan tempat tinggalnya. Yanto yang kala itu dituntut untuk mengurus Ibunya dan kakak angkatnya ini, juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Para tetangga juga ikut berpartisipasi dalam melihat dan merawat Hiu Miau Djin saat adik angkatnya harus bekerja dan tidak ada di tempat. Selain mendapatkan bantuan Gan En Hu rutin dari tahun 2018, bantuan seperti pengecekan kesehatan, pakaian, obat–obatan, popok dewasa, karpet, dan kebutuhan lainnya selalu dibawa setiap kali kunjungan dilakukan.
Kurang lebih sudah terhitung 5 kali kunjungan dilakukan ke rumahnya. Kondisi pasien saat ini sudah tinggal sendirian bersama Yanto mengingat di pada bulan April 2023 Ibu Pang Fo Moi meninggal dunia. Beliau terbaring di depan pintu masuk. Kondisi kesehatan beliau cukup baik walau hanya dapat terbaring. Tangan kanannya masih dapat bergerak, sehingga beliau masih dapat makan dan mengganti popok sendiri.
Antonia (TIMA Singkawang) membantu membersihkan badan Hiu Miau Djin.
Di sana (29/10) Jak Po (relawan Tzu Chi Singkawang), dr. Liem, Antonia, dan Herna (TIMA Singkawang) membantu mengelap dan membersihkan badan Hiu Miau Djin. “Malu saya,” tutur beliau saat hendak dibantu untuk diganti pakaian dan popoknya sembari dilakukan pengecekan kesehatan oleh TIMA Singkawang. Seusai dilakukannya pengecekan kesehatan, tim kembali pulang ke Singkawang.
Sungguh indah ketika sebuah jodoh dapat terjalin dan dirawat dengan baik. Jalinan jodoh baik atau buruk, semuanya terjalin saat berucap, berdiam diri dan berperilaku. Semoga jalinan jodoh ini dapat terus dirawat dan tidak terputus.
Editor: Metta Wulandari