Penandatanganan MoU antara Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ini diharapkan dapat memperkuat upaya pencegahan dan deteksi dini kanker payudara di Indonesia, serta berkontribusi pada pengendalian angka kanker secara lebih efektif.
Kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Berdasarkan data dari Pusat Observasi Global atau Globocan pada tahun 2022, Indonesia tercatat mengalami lebih dari 408.661 kasus baru kanker dan hampir 242.099 kematian akibat penyakit ini. Angka ini menempatkan kanker sebagai penyebab kematian ketiga terbesar di Indonesia.
Kanker payudara tercatat sebagai penyebab kematian tertinggi, diikuti kanker leher rahim, kanker paru, dan kanker kolorektal. Ini menunjukkan bahwa kanker terutama pada wanita menjadi ancaman serius.
Pada wanita, kanker payudara adalah kanker yang paling banyak terjadi, sementara pada pria, kanker paru menjadi jenis kanker yang paling umum dijumpai. Kedua kanker ini meski menyerang kelompok yang berbeda, memiliki angka kejadian yang signifikan sehingga penanganannya perlu menjadi prioritas utama dalam upaya pencegahan dan pengobatan kanker.
Angka kematian yang tinggi akibat kanker payudara menunjukkan pentingnya deteksi dini dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang risiko kanker. Kanker payudara misalnya, meski menjadi salah satu kanker dengan angka kejadian tinggi, jika terdeteksi sejak dini, tingkat keberhasilan pengobatan dan angka harapan hidup penderita dapat meningkat signifikan.
Upaya pencegahan dan deteksi dini kanker perlu terus digalakkan. Pemerintah, organisasi kesehatan, serta masyarakat harus bekerja sama meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang kanker mengingat dampaknya yang sangat besar terhadap kesehatan dan kehidupan.
Nani Firmansyah mengajarkan bagaimana melakukan SADARI.
Tzu Chi Indonesia tak terkecuali, berkomitmen meningkatkan kesadaran masyarakat dalam upaya pencegahan kanker payudara. Ini terwujud dalam penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) bersama Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) pada Sabtu, 15 Februari 2025 di Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara.
“Pada hari ini juga adalah hari kanker internasional. Jadi tepat sekali kalau hari ini kita mengadakan pakta kerjasama antara YKPI dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sehingga dengan kita menegakkan tonggak hari ini kita akan menyebarkan cinta kasih kepada masyarakat. Dan semoga ini menjadi langkah awal kita semua untuk mencegah kanker maupun mendeteksi dini supaya tidak terjadi stadium lanjut,” ujar Dr Ruth O. Anggraeni, Ketua Harian Tzu Chi International Medical Association (TIMA) Indonesia.
Titien Pamudji, Wakil Ketua II YKPI merasa bahagia dengan kolaborasi yang diteken bersama Tzu Chi Indonesia. Ia mengemukakan, sesuai dengan visi YKPI, bahwa Indonesia bebas kanker payudara stadium lanjut, YKPI banyak melakukan kegiatan promotif dan preventif.
“Kegiatan tersebut antara lain sosialisasi skrining dan deteksi kanker payudara serta praktik SADARI, juga operasional unit mobil mamografi yang saat ini mobilnya ditempatkan di RS Dharmais. Juga pelatihan pendamping pasien kanker payudara bersertifikat internasional sejak tahun 2015. YKPI juga selama ini bekerjasama dengan LSPR (London School of Public Relations) sehingga pelatihannya digelar di LSPR,” katanya.
Seminar dan Sosialisasi tentang Deteksi Dini Kanker Payudara
Para peserta mempraktikkan SADARI.
Usai penandatanganan MoU, digelar pula seminar mengenai pentingnya skrining deteksi dini kanker payudara serta praktik SADARI. Praktik SADARI adalah pemeriksaan payudara sendiri yang dilakukan secara rutin untuk mendeteksi adanya perubahan pada payudara yang dapat mengarah pada kanker. SADARI dapat dilakukan di rumah dan tidak membutuhkan biaya.
Nani Firmansyah dari YKPI mengajarkan para peserta yang kali ini adalah para relawan Tzu Chi, para staf badan misi Tzu Chi Indonesia, serta masyarakat umum bagaimana melakukan SADARI. Dengan pengetahuan ini, 300 peserta yang memadati Ruang Guo Yi Ting, Aula Jing Si, Tzu Chi Center dapat berbagi informasi yang sama kepada orang terdekat mereka dan meningkatkan kesadaran di lingkungan sekitar.

Melalui seminar ini, dr. Abdul Rahman, SpB, Subsp, OnK (K) membuka mata para peserta tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara, dan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk menghindari kanker pada stadium lanjut.
Narasumber lainnya adalah dr. Abdul Rahman, SpB, Subsp, OnK (K). Ia menjelaskan bahwa skrining kanker payudara sangat dianjurkan, terutama bagi wanita yang berusia di atas 30 tahun. Skrining ini, yang bisa dilakukan melalui mamografi, sangat penting untuk mendeteksi kanker payudara pada tahap awal, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi.
Wanita dengan pola hidup yang tidak teratur, seperti jadwal tidur yang larut atau yang mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, punya kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker payudara, misalnya ibu atau saudara ibu atau ayah juga termasuk dalam kelompok berisiko tinggi.
“Yang paling penting juga adalah begitu dia tahu posisinya dia punya risiko tinggi, dia wajib memeriksakan ke fasilitas kesehatan, tidak harus ke rumah sakit minimal contoh ke bidan, atau ke perawat yang mengerti, yang sudah terlatih. Bahkan sekarang kan pemerintah juga mempunyai program misalnya cek kesehatan gratis saat ulang tahun, nah itu bisa dipergunakan. Kalau untuk yang di bawah umur 30 tahun boleh enggak? Boleh.. dengan sadari saja tadi dengan tiap bulannya,” jelas dr. Abdul Rahman, SpB, Subsp, OnK (K).
Jill peserta dari masyarakat umum mendapatkan banyak ilmu dari seminar ini.
Salah satu peserta, Jill mendapat informasi tentang seminar ini dari seorang teman. Ia yang pernah mengalami multiple kista di payudara dan sempat menjalani operasi dan terapi hormonal, bergegas mendaftar untuk hadir dalam seminar guna menimba pengetahuan.
“Ilmu barunya banyak banget, dari cara pemeriksaan payudara sendiri atau sadari tadi, kemudian faktor-faktor risiko. Tadi sempat saya bertanya langsung pada Dokter Abdul bahwasanya untuk terapi hormonal itu juga tidak bermakna secara signifikan terkait kanker payudara yang penting kita bisa mengelola tadi makan sehat, kemudian stress dikelola dengan baik dan yang penting tadi SADARI,” tuturnya.
Mimi Tjondro juga memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai pentingnya deteksi dini.
Peserta lainnya, Mimi Tjondro yang juga relawan Tzu Chi memetik banyak ilmu dari seminar ini. Ilmu yang didapat akan ia sebarkan pada anggota keluarganya, dan juga teman-temannya. “Manfaatnya bisa memeriksa payudara sendiri, bisa SADARI, lebih ada pengetahuan untuk mendeteksi dini. Sebenernya di rumah juga pernah lakukan, cuma enggak detail. Jadi di sini akhirnya tahu langkah-langkahnya,” katanya.
Editor: Arimami S.A