Titik Balik Kehidupan
Jurnalis : Ivana, Fotografer : Ivana
|
| ||
Kamar operasi itu tidak terlalu besar, ada 2 ranjang masing-masing di sisi kanan dan kiri ruangan. Ibu Amah (38 tahun) memeluk Ade (8 tahun) yang merengek gelisah merasakan menit-menit operasi semakin dekat. Ade telah memakai jubah operasi dan terbaring di ranjang sebelah kanan. Tapi ia tak mau diam, sementara Amah terus membisikkan kata-kata dalam bahasa Sunda dalam usaha menenangkan hati putranya ini. Prosedur pembiusan dimulai, dalam belasan menit kemudian, Ade tertidur dengan tenang dan dr. Mustafa mulai melakukan operasi pada katarak di matanya. Saat dokter sedang bekerja pada mata Ade, Amah telah berpindah ke ruangan sebelah. Di sana ia menggenggam tangan Ahmad (5 tahun), putra bungsunya yang belum lagi sadar dari bius pascaoperasi yang sama. Diam-diam ia mengusap air mata yang meleleh di matanya, tak tega melihat putra-putranya harus menghadapi rasa takut pada operasi. Namun Amah pun tak kuasa menghindar karena berharap baksos kesehatan ini dapat memberi kesembuhan dan penglihatan pada mereka.
Keterangan :
Hidup Ikhlas Sesuai Rezeki Pekerjaan Supardi yang tidak tetap pemasukannya menjadi masalah dalam rumah tangganya bersama Amah dengan adanya 4 anak yang harus dibiayai. Karena itu Amah ikut bekerja sebagai pembantu toko dan rumah tangga untuk menambah pemasukan. Namun, kemiskinan bukan hal yang merisaukan Supardi dan Amah, sebab mereka sungguh ikhlas menerima rezeki yang datang dari hari ke hari. “Kalau narik saya tidak pernah minta bayaran harus berapa, terserah yang naik aja, nanti sudah sampai dikasi berapa, ya itu memang rezeki saya,” tutur Supardi tulus. Begitu pula kalau ada panggilan mijit, ia tidak memasang tarif dan menerima bayaran sukarela dari pelanggannya. Hal yang membebani hati Supardi dan Amah justru tentang kesehatan anak-anak mereka. Pernikahan mereka membuahkan 4 anak: Saeful Ahyar (21 tahun), Andri Firmansyah (14 tahun), Ade Ramdani, dan Ahmad Fauzi. Sejak kecil, Saeful, Ade, dan Ahmad mengalami gangguan penglihatan. Sementara Andri, penglihatannya normal, namun sering mengalami gangguan tenggorokan. Kondisi ini mengakibatkan Aep (panggilan Saeful) dan Ade tidak bisa bersekolah. Sehari-hari si sulung, Aep, lebih banyak tinggal di rumah, mengurus adik-adiknya sementara ayah dan ibu pergi bekerja. Dengan penglihatan terbatas Aep dapat mengerjakan berbagai tugas rumah tangga.
Keterangan :
Keikhlasan Membawa Rezeki Maka, di sinilah mereka pada hari ini. Relawan Karawang mengatur transportasi untuk keluarga ini dari Rengasdengklok ke RS Dr. Suyoto, Bintaro tempat pelaksanaan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-97. Meski telah mendengar bahwa Tzu Chi akan membantu pengobatan anak-anaknya, Supardi tidak menduga bahwa penanganan akan langsung dilakukan pada hari itu juga. Kabar bahagia seperti ini bahkan tak berani diimpikannya. “Saya hanya berharap Aep bisa lihat, bisa keluar rumah seperti teman-temannya,” ujarnya. Aep sendiri telah tumbuh menjadi anak yang sangat pemalu dan tertutup, meski senyum terus terukir di wajahnya yang polos. Ia memancarkan kesahajaan dan ketulusan yang menyentuh orang-orang yang melihatnya. Sementara itu, Ade dan Ahmad telah menjadi gelisah sejak mereka diperiksa kondisi kesehatannya praoperasi oleh dokter. Dalam pemahaman mereka yang terbatas tentang penyakit dan pengobatan, rasa takut terhadap operasi menyergap karena pengertian yang kabur, sekabur pandangan mereka terhadap dunia selama ini. Keduanya tak mau jauh dari Amah yang dianggap sebagai rasa aman bagi mereka. Tanpa persiapan batin, Supardi memantapkan hati menyetujui tindakan operasi untuk ketiga anaknya itu.
Keterangan :
Jalan Panjang Menuju Kesembuhan Usai menjalankan operasi, dr. Mustafa menerangkan bahwa Aep, Ade, dan Ahmad ketiganya menderita katarak congenital yaitu kelainan mata yang terbawa sejak lahir. Ini mempengaruhi perkembangan syaraf mata mereka, karena katarak yang menutup lensa mata menyebabkan retina tidak pernah terkena rangsang cahaya, yang selanjutnya menghambat perkembangan syaraf mata. Maka, Ade dan Ahmad yang dioperasi dalam umur yang lebih kecil punya harapan lebih besar dapat pulih penglihatannya dibanding Aep. Pengalaman panjang sebagai dokter mata, serta keterlibatannya yang telah lama sebagai anggota Tzu Chi International Medical Association (TIMA), memperdalam kepedulian dr. Mustafa pada ketiga anak malang ini. “Saya berharap Tzu Chi terus mem-follow up ketiga anak ini dengan baik. Ini sangat perlu. Saya dengar orang tuanya adalah tukang becak, kita berharap anaknya bisa lebih baik dibanding bapaknya,” kata dr. Mustafa. Setelah dioperasi dalam baksos, Aep masih memerlukan pengobatan lanjutan dengan laser di rumah sakit. Begitu pula Ade dan Ahmad yang hasil operasinya lebih memuaskan dibanding Aep, masih membutuhkan perhatian agar syaraf mata mereka berkembang baik sehingga penglihatan mereka berfungsi sepenuhnya. Bagaimanapun bagi Supardi dan Amah, rasa syukur mereka tak terucapkan. Menit-menit operasi memang berlangsung berat, apalagi tepat setelah pengaruh bius menghilang, Ade dan Ahmad cukup sulit ditenangkan dan terus mencoba melepas penutup mata sementara mereka. Pascaoperasi pasangan ini mulai merajut harapan akan masa depan yang lebih terang bagi anak-anak mereka. “Terima kasih,” ucap Amah yang mulai bisa tersenyum canggung pada relawan. | |||
Artikel Terkait
Banjir 2020: Bersyukur dengan Bantuan Banjir dari Tzu Chi
05 Januari 2020Rona bahagia tampak dari wajah warga Kampung Sukapura Jaya, Kecamatan Cilincing dan Kampung Rawa Indah, Kecamatan Kelapa Gading usai menerima bantuan banjir dari Tzu Chi, Sabtu sore, 4 Januari 2020.

Banjir Jakarta: Membersihkan Sekolah Cinta Kasih
23 Januari 2013 Di lingkungan Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, pagi itu pun sudah ramai dengan hadirnya para guru dan karyawan di hari pertama masuk kerja pascabanjir. Sejak Kamis 17 Januari 2013, kegiatan belajar sempat dihentikan karena banjir di jalan menuju gedung sekolah telah cukup tinggi.
Berbagi Kasih di Tahun Kelinci Air
26 Januari 2023Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Pusat Xie Li Jembatan Lima menyambut tahun baru Imlek 2023 dengan berbagi kasih kepada umat Wihara Karuna Murti. Pada kesempatan itu, relawan memberikan 100 paket Imlek.