Topan Haiyan: Mengetuk Hati Para Guru

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
 

foto
Jumat, 15 November 2013, guru Taman Kanak-kanak Tzu Chi School melakukan penggalangan dana bagi korban bencana Haiyan di Filipina.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh National Disaster Risk Reduction and Management Council (NDRRMC) Filipina pada tanggal 18 November 2013, sebanyak 3.976 orang meninggal, 18.175 terluka, dan 1.598 orang masih dinyatakan hilang akibat Topan Yolanda atau Haiyan yang menyerang Filipina pada tanggal 8 November 2013 lalu.

 

Kejadian ini menyebabkan duka yang mendalam bagi warga Filipina dan dunia. Insan Tzu Chi dari berbagai negara juga telah mulai bergerak untuk membantu dan mengumpulkan dana bagi korban Topan Haiyan. Di Indonesia sendiri penggalangan dana sudah dimulai bagi kalangan internal relawan dan staf Yayasan Buddha Tzu Chi sejak 11 November lalu.

Pada tanggal 15 November 2013, guru-guru TK Tzu Chi School juga melakukan penggalangan dana seusai meeting yang mereka lakukan. Sebanyak 5 orang guru diantaranya merupakan guru yang berasal dari Filipina. Mereka berbagi kisah mengenai keadaan Filipina saat ini yang beberapa wilayahnya hancur karena Topan. Mereka bersyukur tempat tinggal mereka serta sanak saudara aman dari bencana, namun di sisi lain mereka juga merasakan duka yang mendalam.

Walaupun berada di negara lain, mereka tak hanya ingin berdiam diri saja. Kelima guru ini mengajak guru-guru lainnya untuk melihat keadaan Filipina pascabencana, dan mengetuk hati guru lainnya untuk turut membantu warga Filipina. usai melakukan penggalangan dana, mereka pun bersama-sama berdoa bagi Filipina.

foto   foto

Keterangan :

  • Sebanyak 5 orang guru TK yang berasal dari Filipina memberikan gambaran mengenai keadaan Filipina pascabencana (kiri).
  • Zhuang Rui Hu (Kanan) merasa empati terhadap korban bencana karena ia pun pernah terkena bencana banjir besar di kampung halamannya, Shantou, Cina (kanan).

Salah satu guru yang juga warga Filipina, yaitu Tulayba Rowelie Locsin, ia merasa bersyukur bekerja di Tzu Chi. Di saat bencana besar melanda negaranya, insan Tzu Chi dari berbagai negara bergerak untuk memberikan bantuan dengan cepat. “Saya merasa sangat bersyukur kepada Tzu Chi karena bantuannya. Walaupun di Indonnesia, saya merasa bersyukur dan gembira, karena guru-guru di sini juga ikut membantu. Walaupun jauh dari Filipina, tapi mereka juga menunjukan rasa empatinya bagi Filipina,” ucapnya. Ia juga berharap warga Filipina yang terkena bencana dapat segera memiliki tempat berlindung yang aman dan kehidupan dapat kembali normal lagi.

Rasa empati bagi Filipina juga dirasakan oleh guru lainnya, seperti Zhuang Rui Hua. Melihat video tentang bencana yang terjadi di Filipina ia teringat tentang kampung halamannya di Shantou,Cina. Saat itu kampung halamannya terkena banjir besar dan dalam sekejap rumah-rumah terendam banjir, kejadian itu membuatnya dapat merasakan kejadian yang menimpa Filipina. Melihat berita-berita yang menimpa Filipina ia merasa empati, namun ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan untuk korban bencana, sehingga hari itu ia berterima kasih pada guru-guru Filipina di Tzu Chi School yang memberikan kesempatan kepadanya dan guru-guru lainnya untuk menyalurkan bantuan.
 
Ia mengatakan, di Tzu Chi ia merasakan cinta kasih itu tiada batas suku, bahasa, dan negara, karena setiap manusia berusaha untuk saling membantu. “Seperti kata Master Cheng Yen, ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam hidup ini, yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan. Berbuat kebajikan itu tidak harus menunggu, asalkan ada waktu dan kesempatan, kita harus melakukan,” ucapnya.

  
 

Artikel Terkait

Cegah Stunting, Tzu Chi Sinar Mas Bagikan Makanan Tambahan

Cegah Stunting, Tzu Chi Sinar Mas Bagikan Makanan Tambahan

18 April 2024

Selama enam bulan terakhir, relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas komunitas Xie Li Indragiri memberikan makanan tambahan bagi 8 anak stunting di 5 desa di Kecamatan Batang Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

Membulatkan Tekad di Jalan Tzu Chi

Membulatkan Tekad di Jalan Tzu Chi

01 April 2013
Dengan membawakan materi "Menggalang Hati" Johnny Shixiong memaparkan kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami oleh para relawan dan memberikan pemahaman serta cara-cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi kesulitan tersebut.
Satu Mata Kembali Melihat, Satu Keluarga Bersukacita

Satu Mata Kembali Melihat, Satu Keluarga Bersukacita

15 Juni 2020
Relawan He Qi Tanggerang melakukan kunjungan kasih ke rumah Madi di Desa Beberan, Kec. Ciruas, Kab. Serang, Banten (11/06/2020). Madi adalah pasien operasi katarak dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke 128 yang diadakan 8 bulan lalu. Selain untuk mengetahui kondisi mata kiri Madi saat ini, relawan juga memberikan satu paket bantuan sembako kepada keluarga Madi guna meringankan beban mereka di tengah pandemi Covid-19 ini. 
Keharmonisan organisasi tercermin dari tutur kata dan perilaku yang lembut dari setiap anggota.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -