Training Abu-abu Putih Hu Ai Kelapa Gading
Jurnalis : Wie Sioeng (He Qi Timur), Fotografer : Kurniawan (He Qi Timur)Saat kegiatan training kedua hendak dimulai, relawan abu-abu putih Tzu Chi berdiri dengan rapi dan teratur mengikuti jalannya acara pembukaan. |
| ||
Pelatihan Menyatukan Visi dan Misi Cinta Kasih Pelatihan relawan abu-abu putih ini adalah pelatihan kedua yang diadakan oleh Tzu Chi Hu Ai Kelapa Gading di tahun 2010, setelah sebelumnya pelatihan pertama diadakan pada tanggal 14 Maret lalu. Untuk jadwal di tahun ini, direncanakan akan ada 1 kali lagi pelatihan. Tujuan dari pelatihan ini tak lain adalah agar para relawan yang masih mengenakan seragam abu-abu putih dapat lebih mengenal, memahami, dan mendalami seperti apa Yayasan Buddha Tzu Chi beserta dengan sejarah, aturan, prinsip, serta misi dan visinya dalam menyebarkan harumnya cinta kasih kepada sesama. Dari dalam ruangan training, sayup-sayup terdengar lagu-lagu Tzu Chi yang syahdu dan menenangkan hati. Para relawan yang sudah datang segera melakukan pendaftaran ulang. Dengan penuh senyum dan kesungguhan hati, para relawan biru putih melayani pendaftaran ulang ini seraya mengantarkan mereka menuju ke barisan kursi tempat duduk sesuai dengan kelompoknya. Demi Ajaran Buddha dan Demi Semua Makhluk Usai pradaksina, Mars Tzu Chi dikumandangkan oleh para relawan untuk tetap bersama-sama menyatukan niat, tekad, dan ketulusan hati berjalan bergandengan tangan bersama-sama dalam dunia Tzu Chi. Phei Se shijie kemudian melanjutkan acara dengan menceritakan profil Master Cheng Yen agar para relawan abu-abu putih dapat lebih mengenal secara detail sosok Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi. Perkenalan ini bertujuan agar kita semua sebagai insan Tzu Chi makin mantap dalam menyatukan hati bersama melangkah di jalan kebajikan yang telah dirintis oleh Master Cheng Yen.
Ket : - Semua relawan berpradaksina untuk menguatkan berkonsentrasi dan tetap fokus dalam mengikuti jalannya pelatihan. (kiri)
Setelah beberapa waktu, Master Cheng Yen mengajak beberapa muridnya kembali menetap di wihara Puming melatih diri di ruang belakang. Waktu itu sudah masuk musim gugur di tahun 1964, Master Cheng Yen dan para muridnya menetapkan ketentuan pelatihan, antara lain. Pertama, tidak mengadakan acara pembacaa doa untuk pihak luar. Kedua, tidak mengadakan acara dharma untuk pihak luar. Terakhir, tidak meminta sumbagan, semuanya diusahakan secara mandiri. Hingga saat ini, biaya pengeluaran sehari-hari di Griya Perenungan di Hualien masih seperti semula. Berasal dari hasil pendapatan kerajinan tangan para murid dan tidak menyentuh atau menggunakan dana dari Tzu Chi satu sen pun. Langkah pertama Tzu Chi dimulai dengan misi amal sosial yang bermula dari kunjungan Master Cheng Yen ke sebuah rumah sakit. Di sana Master Cheng Yen melihat bercak darah dari seorang pasien yang tidak mendapatkan pelayanan dan perawatan yang layak. Dari hasil diskusi Master Cheng Yen dengan tiga orang Suster Katholik sahabatnya, sejak saat itu Master Cheng Yen bertekad untuk mengumpulkan dana amal menolong sesama. Dimulai dari tekad dan menghimpun potensi yang ada dalam dirinya, Master Cheng Yen bersama dengan para pengikutnya 30 orang ibu rumah tangga mengumpulkan dana dari sisa uang belanja ke dalam celengan bambu. Kisah celengan bambu ini kemudian berkembang seperti sekarang menyebar di 5 benua dan 54 negara di dunia. Kini sudah ada lebih dari 2 juta relawan mengikuti ajaran dan langkah Master Cheng Yen menyebarkan cinta kasih di dunia. Misi amal sosial adalah akar dari semua kegiatan Tzu Chi. Dimulai di Hualien hingga sekarang ada di bumi Indonesia tercinta, misi amal sosial Tzu Chi tersemai laksana logo Tzu Chi yang bagaikan perahu layar yang berlayar di lautan menyebarkan harumnya cinta kasih. Harumnya cinta kasih masuk ke dalam jiwa setiap insan Tzu Chi di manapun berada untuk membantu sesama dengan ketulusan hati. Seperti yang diungkapkan oleh Jishou shixiong di dalam setiap rapat kasus dan di berbagai kesempatan lain bahwa kebahagiaan bukanlah hal yang sulit untuk orang-orang yang mampu secara ekonomi, namun bagi orang-orang miskin dan menderita makna kata itu terasa sangat jauh dari jangkauan. Dengan mengikuti kegiatan amal sosial dan terjun langsung menangani kasus kita akan benar-benar merasakan, melihat dan mendengar setelah itu kita akan dapat memahami dan mendalaminya. Inilah Prinsip 10% - 30% - 60% dalam Tzu Chi. 10% hanyalah materi yang diberikan, 30% untuk si penerima yang kita bantu dan yang terpenting adalah 60% kembali ke diri kita sendiri, manfaat yang kita peroleh saat menjalankan kegiatan amal sosial.
Ket : - Dipandu Yeye shijie, tiga relawan Tzu Chi berbagi kisah pada saat mereka menjadi relawan di bidang penanganan pasien khusus. (kiri) Bertindak Nyata dalam Keseharian melalui Berbagai Pelatihan Saat waktu makan siang tiba, para relawan biru putih dengan pelayanan penuh hormat dan tulus memberikan sajian makan siang kepada para relawan abu-abu putih yang mengikuti pelatihan. Para peserta pun langsung mempraktikkan tata krama makan cara Tzu Chi. Hari pun semakin senja saat materi belajar shou yu (isyarat tangan) yang dipandu oleh Dewi shijie berakhir. Acara pun dilanjutkan dengan materi “Sukarelawan atau relawankah kita” yang dibawakan oleh Sudarman Shixiong. “Belajar bisa dengan jadi relawan atau sukarelawan, namun ada yang sangat berbeda. Apa itu? Sukarelawan adalah relawan yang suka-suka ya kalau bisa, ya kalau sempat. Tetapi relawan adalah benar-benar harus datang dari hati yang tulus dan mau bersumbangsih dengan sungguh-sungguh,” kata Sudarman. Sharing Relawan Sementara itu, Indra shixiong mengatakan, "Semua di sini selalu mau yang terbaik untuk diberikan kepada antar sesama dan banyak belajar dari semua Relawan yang lebih senior. Sekarang biar waktu ketemu dengan orang tua sedikit tetapi bisa tetap berbakti dengan memanfaatkan waktu yang ada untuk bisa ngobrol sebentar atau memberi perhatian." Setelah rehat sejenak, pelatihan dilanjutkan dengan materi “Menggarap ladang berkah. Menjadi relawan Tzu Chi berarti belajar menerapkan welas asih dengan tindakan nyata. Perlu banyak bodhisatwa dunia yang rela melepaskan ego mereka untuk bersama bergabung menggarap ladang berkah yang ada untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Seperti yang dikatakan oleh Sudarno shixiong. Acara terus berlanjut dengan informasi sekilas kegiatan Hu Ai Kelapa Gading dan kegiatan yang telah dijalani seperti pameran, program bebenah kampoeng, bazaar, istana dongeng ceria (kelas budi pekerti untuk anak-anak) dan kegiatan lainnya yang dibawakan oleh Tonny Shixiong Pelatihan Membawa Pesan Cinta Kasih Sampai ke Lubuk Hati Mereka juga berharap dengan adanya pelatihan akan menambah jumlah relawan yang aktif dan menambah pula relawan-relawan baru dari karyawan lainnya. Salah satu jalan yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan pelatihan seperti ini. “Yang saya dengar-dengar di Hu Ai Kelapa Gading ini pelaksanaan dan tata caranya bagus seperti acara pelatihan ini dan event-event Tzu Chi lainnya, jadi kita mau belajar banyak dari sini dan mencontoh untuk dijalankan apa-apa saja yang bisa disampaikan di sana,” kata mereka lagi. Bagi Liesna dan Nadya, secara pribadi pelatihan yang mereka ikuti cocok dan berjodoh baik dengan mereka. “Tidak bertentangan dengan iman saya sebagai seorang muslim, hubungan di Islam ada 2 yaitu Habluminallah (hubungan dengan Allah S.W.T) dan Habluminannas (hubungan antar sesama manusia) jadi semua itu bisa jalan beriringan dalam menyebarkan cinta kasih antar sesama,” kata Liesna dan Nadya. Tak terasa waktu cepat sekali berlalu, setelah mendengarkan Ceramah Master Cheng Yen, acara training ditutup dengan doa bersama dan penyampaian pesan cinta kasih dari Linda Awalludin Shijie, ketua He Qi Timur yang mengatakan bahwa kita telah berjodoh baik dengan Tzu Chi dan menjadi kesatuan dalam keluarga besar ini, kita harus menjaga jodoh baik ini dengan menjalani berbagai misi Tzu Chi sekaligus menjaga hubungan antar relawan dengan saling menghormati dan menjaga hati mereka hingga menjadi kekuatan yang besar dalam melangkah di jalan Cinta Kasih penuh makna ini, Gan en. Gan en. Sampai jumpa di pelatihan berikutnya dan semoga gelembung keluarga besar Tzu Chi menjadi semakin besar dan kokoh untuk menyebarkan cinta kasih kepada sesama. | |||
Artikel Terkait
Harmoni Satu Keluarga
23 Maret 2015 Alunan lagu Berbahasa Biak mengalun dari bibir para relawan di salah satu ruangan Kantor Tzu Chi penghubung Biak. Syair di atas merupakan refrein dari lagu “Satu Keluarga” yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Biak.Paket Lebaran 2019: Berbagi Kebahagiaan di Hari yang Fitri
10 Juni 2019Bantuan dan Santunan untuk Korban Kebakaran di Medan
20 Desember 2022Tzu Chi Medan Mandala memberikan bantuan dan santunan kepada warga korban kebakaran di Jl. Pukat I Gg. Buntu, Kelurahan Bantan Timur, Kecamatan Medan Tembung.