Training Abu Putih ke-3 di Komunitas He Qi Utara 2

Jurnalis : Henny Yohannes (He Qi Utara 2), Fotografer : Aris Widjaja, Emy Nora, Joe Suati (He Qi Utara 2)

Amelia menjelaskan bagaimana Master Cheng Yen mengajak relawan mempraktikkan budaya humanis Tzu Chi: “Bersyukur, Menghormati, Mencintai”.

Salah satu kegiatan rutin yang diadakan oleh relawan Tzu Chi adalah Pelatihan Abu Putih. Kegiatan ini merupakan wadah pelatihan diri serta sarana pengetahuan bagi relawan yang baru bergabung di Tzu Chi. Pelatihan ini dilakukan oleh komunitas He Qi Utara 2 pada Minggu, 26 juni 2022. Dari total empat kali jadwal pelatihan, kegiatan kali ini merupakan pelatihan abu putih ketiga yang dilakukan secara offline di ruang Fu Hui Ting lantai 2 Tzu Chi Center PIK. Pelatihan ini diikuti oleh 88 peserta, mereka merupakan relawan kembang, relawan abu putih, relawan cakom, dan relawan Tzu Ching. Ada pula 40 orang panitia terlibat dalam acara ini.

Beberapa materi dibawakan dalam pelatihan ini. Materi pertama dibawakan oleh Amelia Devina yang menjelaskan bagaimana Master Cheng Yen mengajak relawan mempraktekkan budaya humanis yaitu “Bersyukur, Menghormati, Mencintai”. Tidak hanya dalam kegiatan dan kepada penerima bantuan (gan en hu) saja, tapi relawan juga harus mempraktikkan dalam kehidupan sendiri, seperti kepada diri kita sendiri, kepada orang tua kita, keluarga, masyarakat, dan juga kepada Bumi.

“Mencintai di sini adalah mencintai secara universal yang artinya tidak membedakan suku atau agama. Mencintai adalah kemampuan memeluk perbedaan dan bukan karena menginginkan timbal balik, mencari keuntungan atau karena ada maunya,” kata Amelia. “Kasih sayang justru harus hadir di saat masa-masa sulit yang tidak mudah dan membuat kita mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran yang berbeda dengan kita. Cinta kasih adalah sumber kekuatan, namun cinta kasih saja tidak cukup perlu dilengkapi dengan kesabaran,” paparnya.

Pao Erl memetik hikmah bahwa ketika kita hendak menolong sebaiknya kita lakukan sampai tuntas. Untuk itu diperlukan ketulusan hati didalam melakukannya.

Materi berikutnya disampaikan oleh Pao Erl terkait pendampingannya dalam salah satu kasus gan en hu. Dalam kasus ini, ia dapat memetik hikmah bahwa ketika kita hendak menolong sebaiknya kita lakukan sampai tuntas. Untuk itu diperlukan ketulusan hati dalam melakukannya.

“Bagaikan orang tua yang mengemban tanggung jawab untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan yang terbaik bagi anaknya. Begitulah seharusnya kita memberikan bantuan sehingga kebaikan ini akan menyentuh hati penerima. Walaupun kita tidak meminta, ia akan bersyukur dan ingin membalas budi, bagaikan ketika seorang anak memahami berkah dan kesempatan dalam hidupnya, ini tidak boleh di sia-siakan, ” ungkap Pao Erl, “untuk itu mari kita mengajak sahabat-sahabat kita untuk menyentuh hati mereka yang tidak beruntung, dan pada saat yang bersamaan kita juga mendapat manfaat atas pengalaman kita seperti pengetahuan kesehatan, konsultasi, keuangan dan lainnya.”

Kebajikan yang Mempertemukan

Orang tua Sphatika Winursita yang tadinya hanya mengantar anaknya berkegiatan akhirnya tertarik untuk ikut. Mereka bertiga merasa bahagia karena bisa diterima dan disambut di Tzu Chi tanpa perbedaan dan tanpa membeda-bedakan.

Sphatika Winursita (23) mengetahui Tzu Chi ketika berusia kanak-kanak melalui serial DAAI TV yang disukainya. Lalu saat di bangku kuliah, bersama teman-teman yang bergabung dalam Departemen Pengabdian Sosial Masyarakat dan lingkungan BEM FIB UI, ia menginjakkan kakinya pertama kali di Aula Jing Si pada 27 April 2019 dalam rangka observasi kegiatan sosial yang menjadi tulang punggung kegiatan Tzu Chi. Sejak saat itu, ia mulai tertarik untuk ikut kegiatan Tzu Chi hingga akhirnya bisa mengenakan seragam relawan.

“Saya merasa bahwa melakukan kebajikan sayang jika hanya dilakukan sendiri, tapi teman-teman kuliah saya sekarang sudah memiliki kesibukan masing-masing. Jadi, orang tua saya yang tadinya hanya mengantar saya berkegiatan akhirnya tertarik untuk ikut,” cerita Sphatika.

“Kami bahagia bisa diterima dan disambut di Tzu Ch walaupun kami berkeyakinan dan berpenampilan berbeda. Dari training ini pun, kami senang bisa tahu lebih dalam soal kegiatan-kegiatan Tzu Chi. Kami juga takjub dengan adanya pelajaran tata karma yang saat ini sudah sulit didapatkan secara mudah,” lanjut Sphatika.

Kekuatan Cinta Kasih Melintasi Benua

Setelah 2 tahun penantian, Onder Erkal (tengah) yang merupakan warga negara Turki akhirnya bisa mengenakan seragam abu putih dalam Pelatihan Abu Putih kali ini.

Onder Erkal (40) merupakan warga negara Turki yang menetap di Jakarta. Awal mula ia mengetahui tentang Tzu Chi berasal dari temannya yang berada di Singapura bernama Yen Ling yang merupakan relawan Tzu Chi di sana.

Saat Onder pindah ke Indonesia, Yen Ling memintanya untuk menghubungi Tzu Chi Indonesia. Suatu hari, saat dalam penerbangan ia bertemu dengan seseorang yang memiliki anak bersekolah di Tzu Chi School dan memperkenalkan ia dengan relawan Tzu Chi Jakarta. Tanggal 1 Maret 2020, Onder mengikuti sosialisasi relawan baru komunitas He Qi utara 2. Setelah 2 tahun penantian, ia baru dapat mengenakan seragam abu putih dalam pelatihan kali ini.

Tidak hanya mendapat materi di kelas tetapi para peserta juga diajak Tur Jing Si Tang agar para peserta semakin memahami filosofi dan misi visi Tzu Chi.

“Saya bahagia dan bersemangat, akhirnya bisa berada di tim yang sama. Di mana hal ini adalah masa yang menyenangkan, banyak waktu untuk mendengar dan belajar. Walaupun saya masih ada kendala bahasa, tetapi saya dapat memahami ide utama dan informasi yang diberikan,” aku Onder. Ia menambahkan kalau berkomunikasi melalui tulisan, ia lebih mudah mengerti karena dapat menggunakan aplikasi penerjemahan bahasa. “Tapi sampai saat ini saya tidak memiliki keluhan, karena latihan ini sungguh seimbang, termasuk tur Jing Si Tang, semua orang baik kepasa saya dan tidak keberatan kalau saya tidak bisa bahasa Indonesia dengan baik,” jelasnya.

Onder juga menyampaikan kepada relawan bahwa dirinya sangat ingin berkontribusi dan membantu dengan cara yang ia bisa. “Seseorang hanya dapat menjalankan kehidupannya dengan baik apabila bisa kontribusi terhadap orang lain,” ungkap Onder.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Training Abu Putih Ke-4 He Qi Tangerang: Menjadi Teladan dalam Memikul Tanggung Jawab di Jalan Bodhisatwa

Training Abu Putih Ke-4 He Qi Tangerang: Menjadi Teladan dalam Memikul Tanggung Jawab di Jalan Bodhisatwa

05 September 2024

Relawan Tzu Chi Tangerang mengadakan Training Abu Putih ke-4 di tahun 2024 dengan tema Menjadi Teladan dalam Memikul Tanggung Jawab di Jalan Bodhisatwa

Menerapkan Budaya Humanis dalam Kehidupan Sehari-hari

Menerapkan Budaya Humanis dalam Kehidupan Sehari-hari

05 Oktober 2022

Penerapan budaya humanis dalam kehidupan sehari-hari dibahas secara komprehensif dan mendalam dalam acara Pelatihan Relawan Abu Putih ke-4 yang diadakan oleh relawan komunitas He Qi Utara 2.

Menghargai Berkah

Menghargai Berkah

03 September 2020

Di saat pandemi, kegiatan bakti sosial Tzu Chi dibatasi dan mengharuskan para relawan tetap di rumah. Para relawan pun mencari cara untuk tetap bisa belajar Dharma dan mengikuti Xun Fa Xiang secara online. Begitu juga dengan pelatihan relawan.  Seperti pelatihan Relawan Abu Putih ke-3 di He Qi Utara 1 yang digelar pada 23 Agustus 2020, Pelatihan bertema Menghargai Berkah ini diikuti 102 relawan. 

Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -