Training Calon Komite Tzu Chi: Menyelami 37 Faktor Pencapaian Pencerahan (bagian 2)

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Johnsen, Henry Tando (He Qi Utara), dr. Ong (He Qi Barat), Yuliati
 

foto
Selama dua hari para relawan mengikuti kegiatan pelatihan dengan penuh antusias.

Tema yang diambil pada pelatihan calon komite dan komite tahun ini mengacu pada pendalaman 37 faktor pencapaian pencerahan. 37 faktor pencapaian pencerahan merupakan praktik ke dalam diri sendiri untuk membenahi diri menjadi insan Tzu Chi yang bisa mengembangkan mazhab Tzu Chi dan mewariskan ajaran Jing Si nantinya. “Dalam rumah batin kita harus memiliki 37 faktor pencerahan,” ucap Hendry Chayadi dalam sharingnya. Sehingga setelah menyelaminya diharapkan bukan sekedar dihafalkan saja, melainkan juga dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Di dalam 37 faktor pencapaian pencerahan berisi tentang empat landasan perenungan, empat usaha benar, empat landasan keberhasilan, lima akar, lima kekuatan, tujuh faktor pencerahan, dan delapan jalan mulia yang dikupas tuntas. Bukan hanya pengupasan secara teori saja, namun juga terdapat sharing bagian dari 37 faktor pencapaian pencerahan yang telah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu sharing diberikan oleh Agus Yatim Shixiong. Dalam sharingnya, Agus Shixiong berbagi apa yang ia pahami dari 37 faktor pencapaian pencerahan ini yang ia praktikkan selama menjadi relawan pelestarian lingkungan. Ia berbagi Dharma tentang empat landasan perenungan dan empat usaha benar yang telah ia pahami tentang perubahan dirinya yang awalnya suka merokok dan kini berhasil tidak menghisap rokok kembali. Ia mengatakan bahwa “Rokok itu mematikan. Tetapi rokok itu tidak akan mematikan jika kita tidak menyentuhnya. Sama halnya dengan arak. Arak itu tidak akan memabukkan jika tidak diminum”.

Bukan hanya sharing mengenai empat landasan perenungan dan empat usaha benar, juga terdapat sharing tentang lima akar lima kekuatan yang disampaikan oleh Oey Hoey Leng. Hoey leng memberikan penjelasan “Membuang cinta kasih untuk menjadi benar” yang setiap orang bisa lakukan di mana saja dan terhadap siapa saja. Bagi sebagian besar orang tanpa menyadarinya, akan melakukan perbuatan yang dianggapnya benar ternyata bisa menyakiti orang lain. “Ketika seorang relawan melihat ada anak sudah menerima sebuah roti tapi mau menerima kembali roti tersebut. Tanpa mencari tahu kebenarannya, relawan melarangnya dan menganggap anak tersebut mencuri. Anak itu pun menjadi down mentalnya. Padahal anak itu tidak bermaksud untuk mencuri. Dia hanya mengambil satu roti lagi untuk diberikan kepada adiknya yang sedang sakit. Relawan ini tidak salah, tetapi ia telah membuang cinta kasih yang seharusnya dikembangkan,” kata Hoey Leng memberikan contoh. “Alangkah baiknya jika relawan ini menanyakan dengan lembut kepada anak tersebut,” tambahnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Hendry Tjahjadi memberikan sharingnya tentang 37 faktor pencapaian pencerahan yang menjadi tema pelatihan tahun ini (kiri).
  • Sharing empat landasan perenungan dan empat usaha benar oleh relawan, salah satunya Agus Yatim Shixiong (kanan).

Selain menyelami 37 faktor pencapaian pencerahan untuk pelatihan ke dalam diri juga diharapkan bersama-sama menggiatkan kegiatan bedah buku di komunitas masing-masing. Sehingga setiap orang senantiasa meningkatkan kesadaran.

Melakukan Segala Sesuatu Dengan Hati
Lisawati (43), salah satu peserta pelatihan calon komite Tzu Chi mengikuti pelatihan ini dari awal hinggal usai kegiatan dengan penuh semangat. Sejak tahun 2009 ia sudah aktif mengikuti kegiatan Tzu Chi di misi pelestarian lingkungan. Ia juga mengikuti beberapa kegiatan Tzu Chi lainnya seperti kegiatan survei kasus, kunjungan kasih ke pasien, kunjungan ke panti asuhan, baksos, dan lain-lain. Keaktifan Lisawati bukan tidak menemui halangan. Sejak awal bergabungnya di Tzu Chi, Lisawati tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya terutama adik kakaknya. Berkat jalinan jodoh yang baik, ia tetap teguh pada pendiriannya dan terus bersumbangsih di Tzu Chi.

Bahkan, ia yang bervegetarian sejak tahun 2011 juga tidak memperoleh dukungan dari keluarganya. “Awalnya tidak boleh vegetarian karena takut kekurangan gizi yang terkandung dalam daging. Tapi saya tetap bervegetarian. Saya tidak pernah menuntut untuk dimasakin menu yang berbeda, apa yang bisa saya makan ya saya makan,” ungkap Lisawati. Ia adalah satu-satunya dari enam bersaudara yang mengikuti jalan Tzu Chi. Meskipun tidak memperoleh dukungan dari kakak adiknya tetapi ia terus menapakkan kaki di Tzu Chi. Lisawati hanya bersikap diam jika saudara-saudaranya membicarakan tentang Tzu Chi yang dianggap tidak bagus. Bahkan salah satu adiknya bersikap agak keras menentang keputusan Lisawati yang bergabung dengan Tzu Chi. “Saya diam saja. Belum ada rencana mengajak saudara saya. Setiap orang memiliki jodoh masing-masing, cepat atau lambat,” ucap anak ketiga dari enam bersaudara ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Disampaikan juga sharing mengenai lima akar lima kekuatan oleh Oey Hoey Leng (kiri).
  • Lisawati (tengah) menjadi seorang pribadi yang sudah mulai bisa mengontrol diri setelah menjalin jodoh baik dengan Tzu Chi (kanan).

Ia pun diberikan kepercayaan di komunitasnya untuk memegang tanggung jawab sebagai ketua Xie Li Cengkareng Barat 2. “Selama ini saya masih ragu ambil tanggung jawab ini. Saya ingat kata Master  Cheng Yen “lakukan saja”. Komunitas kami juga mendukung, jadi keragu-raguan ini jadi mantap,” ucap Lisawati. Ia terus menunjukkan kegiatan positif yang ia lakoni. Sehingga ia berhasil mengajak ayahnya untuk ikut terjun mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan di depo pelestarian lingkungan Kosambi. “Papa lebih bijaksana, ia tahu kegiatan saya positif. Saya juga ajak papa ikut daur ulang di depo Kosambi. Juga pernah ajak ikut acara Waisak Tzu Chi,” katanya.

Lisawati mengaku sejak bergabung dengan Tzu Chi, ia mulai bisa mengontrol diri menjadi lebih baik. “Dulu saya itu emosian dan gampang kepancing. Orang ngomong apa ngikut saja. sekarang setelah di Tzu Chi saya belajar mengontrol diri, seperti ada rem. Kalau mau emosi kayak ditarik lagi,” ungkapnya. “Aku bersyukur ketemu Master Cheng Yen. Hari ini ada belajar 37 faktor pencapaian pencerahan. Sepertinya aku dapat pencerahan. Kita seolah-olah diingatkan kembali untuk melakukan segala sesuatu dengan hati,” tambah Lisawati.

Dengan mengikuti training calon komite ini, ia mendapatkan semangat baru dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai ketua Xie Li. “Mudah-mudahan kita bisa terapkan di komunitas. Bisa merekrut lebih banyak Bodhisatwa. Termasuk bedah buku 37 faktor pendukung pencerahan juga bisa berjalan,” ungkap Lisawati.

  
 

Artikel Terkait

Kamp 4 in 1 2019: Menumbuhkan Lingkaran Kebajikan

Kamp 4 in 1 2019: Menumbuhkan Lingkaran Kebajikan

29 Juli 2019
Menjadi relawan adalah pilihan. Ketika pilihan sudah ditetapkan maka pantang untuk ditinggalkan. Beragam kisah kesungguhan relawan dalam kemanusiaan terangkum dalam materi-materi Kamp 4 in 1 kali ini, Sabtu dan Minggu, 27-28 Juli 2019.
Bagi Beras di Kampung Simpak

Bagi Beras di Kampung Simpak

07 Oktober 2014
Tepatnya Jumat, 3 Oktober 2014, pukul 11.30 WIB, 35 orang relawan Tzu Chi Tangerang tiba di Kampung Simpak untuk melakukan survei dan pembagian kupon beras Cinta Kasih Tzu Chi. Keesokannya, 4 Oktober 2014, pukul 12.00 WIB, di Vihara Dharma Mulia, pembagian beras  dilakukan seusai warga melakukan kebaktian pagi.
Memberi Harapan bagi Penerus Bangsa

Memberi Harapan bagi Penerus Bangsa

10 Mei 2016 Senin, 25 April 2016, insan Tzu Chi Perwakilan Sinar Mas menggelar penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada 82 pelajar di SD 30 Tekalong Jaya, Kalimantan Barat. Dalam kegiatan ini juga terdapat pemberian kebutuhan sekolah bagi siswa.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -