Training Calon Komite Tzu Chi: Sukacita Mengikuti Pelatihan (Bagian 1)

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Johnsen, Henry Tando (He Qi Utara), dr. Ong (He Qi Barat), Yuliati
 

foto
Satu per satu peserta pelatihan calon komite dan komite Tzu Chi menerima souvenir usai kegiatan.

Relawan Tzu Chi terdiri dari gabungan berbagai warna tanpa membedakan latar belakang untuk bersama-sama memanjangkan tali estafet cinta kasih bersumbangsih membantu sesama yang membutuhkan. Demikian juga dengan warna seragam relawan yang dikenakan. Mulai dari abu putih, biru putih, hingga komite Tzu Chi bersama-sama bersumbangsih di masyarakat. Masing-masing memiliki tanggung jawab yang berbeda, salah satunya relawan Komite Tzu Chi. Seorang relawan komite Tzu Chi memiliki tugas utama menggalang hati dan menggalang dana, sehingga tercapailah misi Tzu Chi bisa membantu yang tidak mampu dan mendidik yang mampu.

Menggalang hati dan menggalang dana tentunya harus bisa menjadi teladan bagi relawan lainnya maupun masyarakat. Sehingga penampilan dan tata karma dalam berjalan, duduk, berbaring yang menjadi sikap dalam keseharian juga turut dijaga. Menjadi seorang komite Tzu Chi harus berikrar hati Buddha dan tekad guru sebagai tanggung jawab, namun sebelumnya perlu melatih diri agar memiliki ketulusan, kebenaran, keyakinan, kesungguhan sehingga bisa memberikan cinta kasih, sukacita kepada masyarakat. Seperti yang diharapkan Master Cheng Yen bahwa bahu kanan memikul semangat ajaran Buddha, bahu kiri memikul citra Tzu Chi, di depan menunjukkan budi pekerti sendiri.

Untuk mencapai semua itu tentunya memerlukan pelatihan diri. Sehingga pada tanggal 8 – 9 Maret 2014, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan pelatihan calon komite dan komite Tzu Chi di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Sebanyak 133 relawan yang terdiri dari 69 calon komite dan 64 relawan komite yang berasal dari Tzu Chi Jakarta, Tangerang, Bandung, Makassar, Padang, Medan, batam, dan Biak. Dengan penuh sukacita, relawan mengikuti pelatihan selama dua hari ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebanyak 133 peserta mengikuti pelatihan calon komite dan komite Tzu Chi pada tanggal 8-9 Maret 2014 (kiri).
  • Djaya Iskandar (tengah) dengan penuh semangat mengikuti kegiatan pelatihan ini bersama relawan lainnya (kanan).

Pada pelatihan calon komite dan komite Tzu Chi ini sedikit berbeda dengan pelatihan calon komite sebelumnya. Di hari pertama, Sabtu, 8 Maret 2014, relawan calon komite dan komite Tzu Chi juga diterjunkan ke masyarakat selama beberapa jam untuk mensosialisasikan kata perenungan Master Cheng Yen dan ditempelkan di toko, warung makan, apotik, toko bangunan, dan lain-lain. Para relawan pun terlihat bersemangat dengan kegiatan yang mereka lakukan. Mereka memasuki satu per satu ruko yang terdapat di daerha Muara Karang, Jakarta Utara.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam pelatihan kali ini, relawan diterjunkan ke masyarakat untuk mensosialisasikan kata perenungan Master Cheng Yen dan menempelnya di toko-toko di Muara Karang (kiri).
  • Andy Wang (tengah) memperkenlkan kata perenungan Master Cheng Yen kepada pemilik warung makan dan sekaligus meminta ijin untuk memasangnya di tembok warung (kanan).

Andy Wang, salah satu peserta pelatihan calon komite mengaku merasa senang dengan kegiatan yang telah ia lakukan dengan relawan lainnya. Kata perenungan yang akan ditempelkan pada toko di sambut baik oleh para pemilik toko. Bahkan di sebuah warung makan sederhana, tanpa ia kenalkan tentang Tzu Chi pemilik toko pun dengan antusias meminta relawan untuk langsung memasang selebaran kata perenungan tersebut. “Ini membawa sukacita. kita bisa begitu gampang masuk daerah sana karena masyarakat menerima Tzu Chi,” ungkap Andy Shixiong dalam sharingnya.

Selain Andy Wang Shixiong pengalaman yang sama disampaikan oleh Djaya Iskandar Shixiong yang merupakan relawan Tzu Chi Batam. Ia mengaku bahwa kegiatan penempelan kata perenungan di toko-toko sudah pernah dilakoninya di Batam. “Kita sudah sering lakukan. Tahun lalu sudah beberapa kali lakukan. Perbedaannya di sini lebih singkat waktunya jadi tidak bisa mengenalkan Tzu Chi lebih lanjut,” ungkap Djaya Iskandar Shixiong. Ia pun menceritakan pengalamannya ketika melakukan kegiatan yang sama di Batam. “Bahkan kita dulu pernah diusir oleh pemilik toko,” ceritanya. Setiap relawan yang mengikuti kegiatan ini pun tampak berseri-seri karena pengalaman-pengalaman menarik yang mereka peroleh.

(Besambung Bagian 2)

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih : Menghargai dan Mensyukuri Alam

Suara Kasih : Menghargai dan Mensyukuri Alam

31 Mei 2010
Dimulai dari selembar kertas, anak-anak mampu mengerti bahwa pepohonan dapat memengaruhi kondisi iklim. Inilah yang disebut pendidikan. Pendidikan budaya humanis Tzu Chi tak hanya diterapkan pada orang dewasa, melainkan juga pada anak kecil.
Suara Kasih: Menyelami Dharma

Suara Kasih: Menyelami Dharma

30 Mei 2011
Sungguh, agar masyarakat dapat aman dan selamat, kita harus menyelaraskan pikiran. Bila pikiran tidak selaras, maka akan terjadi bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia sehingga warga tidak dapat hidup tenteram.
Internasional : Berbuat Sesuatu untuk Bumi

Internasional : Berbuat Sesuatu untuk Bumi

19 Maret 2010
Saat itu, relawan juga mengajarkan pelajaran membuat enzim alami yang  memanfaatkan kulit jeruk. Sisa kulit jeruk ditambahkan air gula merah kemudian dibiarkan selama tiga bulan untuk fermentasi.
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -