Training Pendidikan: Pembelajaran Kata Perenungan dengan Metode trampil
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy Lianto, Chandra WijayaSebanyak 7 guru dari Sekolah Tzu Chi di Taiwan datang untuk memberikan sharing pengalaman mereka mengajar, terutama dalam pelajaran kata perenungan Master Cheng Yen.
Semangat Buddha dalam membimbing umat awam (makhluk hidup) tersebut hingga saat ini terus dijalankan oleh para anggota Tzu Chi di setiap badan misi Tzu Chi. Salah satu contohnya adalah pelatihan relawan Pendidikan dan guru-guru dari Sekolah Cinta Kasih dan Sekolah Tzu Chi yang diadakan dari Tanggal 1 Juli 2014 hingga 6 Juli 2014. Ini merupakan training ke-2 di tahun 2014 ini.
Pada tanggal 1 hingga 4 Juli, pelatihan diberikan pada guru-guru sekolah Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Sedangkan pada tanggal 5-6 Juli 2014, pelatihan diberikan kepada relawan pendidikan (Daai Mama/Papa) dan guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 18.00 WIB.
Saling Berbagi Untuk Memahami Kata
Perenungan Master Cheng Yen
Sebanyak 7 guru dari Sekolah Tzu Chi di Taiwan datang untuk
memberikan sharing pengalaman mereka
mengajar, terutama dalam pelajaran kata perenungan Master Cheng Yen. “Kami
datang untuk sharing pengalaman
pembelajaran Kata Perenungan (Jing Si Yu).
Selain itu juga kami ingin agar guru-guru dapat lebih terbiasa dan lebih
memahami bagaimana mengajarkan Kata Perenungan kepada anak-anak murid,” terang
Chiang To-Lin, guru sekolah Tzu Chi Taiwan.
Chiang To-Lin, salah seorang dari 7 guru Tzu Chi Taiwan berbagi kepada 122 peserta yang hadir mengenai cara – cara alternatif agar anak-anak dapat menyerap makna kata perenungan Master Cheng Yen yang salah satunya ialah melalui pementasan drama.
Dalam sharing di tanggal 5 Juli 2014 di Xi She Hall, Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Chiang To-Lin, salah seorang dari 7 guru Tzu Chi Taiwan berbagi kepada 122 peserta (105 guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dan 117 relawan pendidikan) yang hadir mengenai cara alternatif bagaimana anak dapat menyerap makna kata perenungan Master Cheng Yen yang salah satunya ialah melalui pementasan drama.
Ia memberikan contoh jika Seorang anak telah mempelajari Kata Perenungan yang baik di sekolah hari itu dan merasa sangat senang. Maka ketika sang anak pulang ke rumah, ia akan menceritakan hal ini kepada keluarganya. Dalam proses ini, orang tua murid pun akan mendapatkan dampak positif dari sang anak karena orang tua pun akan merasa anaknya sangat senang mempelajari Kata Perenungan yang sudah dipelajari di sekolah. Dengan begitu, orang tua pun akan merasa senang sembari mempelajari Kata Perenungan tersebut bersama sang anak. Sehingga di keluarga, mungkin saja selain orang tua, masih ada saudara ataupun kakek nenek yang juga telah mempelajari Kata Perenungan yang diceritakan oleh anak ini. “Menurut saya, satu kalimat dari Kata Perenungan jika dapat membuat anak merasa senang saat mempelajarinya, maka orang yang mendapatkan dampak positif ini bukan hanya sang anak saja, melainkan keluarganya, saudara ataupun temannya juga akan merasakan dampak ini, dan juga mendapatkan tanggapan yang positif dari mereka,” jelas guru yang mengajar di SMU Tzu Chi Taiwan. “Kami juga sangat berharap, dari pembelajaran kelas ini, anak-anak murid dapat mengingat Kata Perenungan di hati mereka serta mempraktekkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,” sambungnya.
Selain cara penyerapan kata perenungan, ada juga sesi untuk bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan anak murid dan cara membuat aturan di dalam kelas yang mana aturan ini akan menjadi panduan bagi guru dan murid dalam melakukan aktivitas di sekolah. Aturan yang diciptakan di dalam kelas juga dibuat bukan untuk membatasai para murid dalam berkembang melainkan untuk meningkatkan rasa tanggungjawab dan membantu para murid lebih mudah beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat nantinya.
Fang Mei Lun, guru Tzu Chi Taiwan turut memberikan saran kepada para guru Sekolah Tzu Chi Cengkareng tentang pembuatan tata tertib kelas
Menggunakan Metode yang Benar dan Menghemat
Tenaga
Di hari ke-2 (6 Juli 2014) kegiatan training dilanjutkan dengan praktik
pelaksanaan aturan yang telah dibuat kemarin. Praktik ini sendiri dibawakan
oleh para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. Setelah
melakukan praktik, para guru dari sekolah Tzu Chi Taiwan pun memberikan masukan
dan tips agar ke depannya apa yang diajarkan dapat dilaksanakan oleh para guru
Sekolah Cinta Kasih dengan baik di sekolah nanti.
Training selama 2 hari tersebut, cukup memberikan motivasi kepada para guru. Salah satunya adalah Aluisius Sigit Hadi Pracaya atau akrab di sapa Sigit. Sigit menerangkan jika di Tzu Chi memang sering kali ada kunjungan dari guru-guru Tzu Chi Taiwan yang memberikan masukan. Ia sangat mendukung dan mendorong karena metode-metode yang diberikan begitu update, terutama dalam dalam pembelajaran mengenai sikap. “Ini sangat relevan dengan kurikulum ajaran baru yang sangat menekankan pada sikap anak. Anak-anak tidak hanya dituntut untuk pintar tetapi juga harus bisa punya tingkah laku yang bagus. Ini juga menjadi suatu tantangan dan di sini (pelatihan) kita mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di dunia pendidikan yang biasanya hanya sekedar memberikan pengetahuan saja,”ujar Sigit yang bertanggung jawab sebagai Koordinator kesiswaan SMP ini.
Menurut Sigit tantangan lain yang dihadapi oleh para guru adalah menyediakan sebuah wadah untuk para murid bersosialisasi dengan lingkungan dan teman-temannya
Sigit juga menerangkan jika di Sekolah Cinta Kasih sendiri sudah menerapkan beberapa tata tertib. Salah satunya ialah kerapihan dan kebersihan, tidak hanya berbusana tetapi juga kerapihan kuku. “Ini merupakan peraturan yang sangat sederhana tetapi sangat nyata, karena hal ini jarang sekali diperhatikan oleh anak murid,” terang Sigit.
Adapun juga menurut Sigit tantangan lain yang dihadapi oleh para guru adalah menyediakan sebuah wadah untuk para murid bersosialisasi dengan lingkungan dan teman-temannya. “Kondisi pendidikan sekarang menuntut anak-anak untuk belajar keras sehingga terkadang memotong hak mereka untuk bermain dan bersosialisasi. Di Sekolah cinta Kasih Tzu Chi, kami memadai murid untuk dapat bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar melalui kelas budaya humanis Tzu Shao. Di sekolah juga ada kelas ekstra kulikuler seperti jurnalistik, itu juga salah satu cara murid untuk bersosialisasi dan refreshing,” ujar guru yang sudah mengajar di sekolah Cinta Kasih Tzu Chi sejak tahun 2008 ini.